PILGUB JABAR 2024: PKB Pasangkan Kadernya Acep Adang Ruhiyat dan Gita Dwi Natarina Suarakan Isu Perempuan
Meski mengusung suara perempuan, Acep Adang Ruhiyat dan Gita Dwi Natarina perlu membuktikan bahwa keterwakilan perempuan bukan semata-mata demi mendulang suara.
Penulis Muhammad Akmal Firmansyah30 Agustus 2024
BandungBergerak.id - Pasangan Acep Adang Ruhiyat dan Gitalis Dwi Natarina menjadi calon Gubernur dan Wakil Gubernur Jabar ketiga yang mendaftar Pilgub Jabar 2024 serta menyerahkan dokumen ke Komisi Pemilihan Umum (KPU) Jabar, Kamis, 29 Agustus 2024. Pasangan ini diusung oleh Partai Kebangkitan Bangsa (PKB).
Ketua DPW PKB Syaiful Huda mengatakan, kedua kadernya ditugaskan untuk menjadi calon Gubernur dan Wakil Gubernur Jabar sesuai arahan pimpinan pusat. Pihaknya memasangkan kiai Acep yang anggota DPR RI dengan penyanyi jebolan ajang pencari bakat Gitalis Dwi Natarina atau akrab disapa Gita KDI.
Pasangan ini mengusung tagline Jabar Bahagia Lahir Batin agar warga bisa bahagia dan lepas dari segala kesulitan yang dihadapinya. Syaiful juga menuturkan, segala persyaratan pencalonan dari kedua kadernya ini sudah disiapkan serta verifikasi lebih lanjut yang akan dilakukan KPU Jabar akan disiapkan.
“Mohon nanti tunggu verifikasinya ada yang kurang, insyaallah akan kami tuntaskan sampai waktunya nanti ditetapkan,” sebut Huda.
Pantauan BandungBergerak di KPU Jabar, pasangan Acep Adang Ruhiyat dan Gitalis Dwi Natarina diiringi rombongan partai ulama dan santri. Mereka tiba di halaman perkantoran penyelenggara pesta demokrasi di Jalan Garut pada pukul 21.30 WIB. Acep mengenakan peci hitam dengan pakaian hijau dan Gita KDI menggunakan kerudung hitam.
Memajukan Pesantren, Lapangan Pekerjaan, dan Perempuan
Acep Adang Ruhiyat menegaskan akan berkomitmen terhadap proses pesta demokrasi yang adil dan transparan. Ia bersama Gita KDI akan melakukan perhatian pada pondok pesantren yang menjadi tempat pembinaan karakter dan pelatihan pendidikan. Sayangnya, ia menilai pesantren belum memiliki perhatian dari pemerintah.
Selain masalah pondok pesantren, Acep menginginkan pemerataan pendidikan dalam segi layanan dan akses. Selama ini, kualitas pendidikan di Jawa Barat tidak merata. “Jangan sampai wajib 12 tahun tapi banyak yang tidak bisa melanjutkan ke jenjang lebih tinggi, hanya tamat SD, SMP, dan seterusnya,” bebernya.
Kader partai berlambang bola dunia dikelilingi bintang-bintang ini menuturkan, ia dan Gita KDI akan selalu meningkatkan apa yang dikerjakan oleh gubernur sebelumnya. Dengan mempertahankan program atau pokok pekerjaan yang baik dan meningkatkan apa yang belum baik.
Menurut Acep lapangan kerja perlu ditingkatkan, begitu juga industri local. Selain itu, para pelaku UMKM juga memerlukan pelatihan atau keterampilan disamping mendapatkan berbagai fasilitas.
Acep juga menyoroti persoalan stunting di Jawa Barat. Hal ini terkait dengan kemiskinan. Maka, program kerjanya nantinya meliputi pengentasan kebodohan, kemiskinan, pengangguran. “Ini akan menjadi prioritas utama,” imbuhnya.
Masalah Perempuan dan Anak di Jawa Barat
Calon Wakil Gubernur Gitalis Dwi Natarina mengatakan, Jawa Barat memiliki banyak persoalan yang menyangkut perempuan dan anak. Mereka menjadi kelompok rentan mengalami kekerasan verbal dan nonverbal. PKB merupakan satu-satunya partai yang mengusung calon perempuan dan menyatakan komitmen tegasnya untuk membangun Jabar bahagia lahir batin dengan memprioritaskan hak-hak perempuan.
“Saya prioritaskan para perempuan karena kebahagiaan itu terlahir dari rumah, di rumah ada seorang ibu. Jadi kita perlu melibatkan perempuan sebagai pahlawan yang diperlakukan dengan adil, baik dari sisi perlindungan hukum seperti kekerasan yang mungkin selama ini tidak tahu. Kami bertekad akan mendengar dan bekerja keras melindungi dan memberikan kebijakan yang pas untuk perempuan di Jabar,” jelas Gita.
Gita akan focus memajukan perempuan-perempuan Jabar. Kaum perempuan harus memiliki kemandirian ekonomi di mana kondisi saat ini masih jauh panggang dari api. “Saya mohon doa semuanya semoga kami diberikan kelancaran semua visi misi kami bisa kami wujudkan semaksimal mungkin,” ungkap Gita.
Baca Juga: PILGUB JABAR 2024: Mengusung Jeje Wiradinata dan Ronal Surapradja, PDI Perjuangan Menyebutnya Kejutan
PILGUB JABAR 2024: Ahmad Syaikhu - Ilham Habibie Mengusung Iman dan Teknologi
PILGUB JABAR 2024: Calon dari PDI Perjuangan di antara Jejak-jejak Murung Kontestasi di Masa Lalu
Keterwakilan Perempuan Bukan Semata untuk Menarik Suara
Politik di Indonesia masih dikatakan belum ramah terhadap perempuan. Antik Bintari dalam Perempuan dan Pilkada: Peluang dan Tantangan menyebutkan, keterwakilan perempuan dalam politik tidak sekedar mencari kekuasaan semata, akan tetapi penegasan sikap politik bahwa politik tidak hanya milik kepentingan laki-laki melainkan juga perempuan.
Secara umum, keterwakilan perempuan di ruang-ruang politik maupun ruang-ruang publik masih rendah. Tidak ada partai yang secara konkret membela kepentingan perempuan.
Antik menilai, perempuan dalam helatan pemilu atau pilkada hanya dijadikan sebagai pelengkap atau pendulang suara yang dimobilisasi untuk memenangkan salah satu calon atau elite politik tanpa mempertimbangkan kebutuhan-kebutuhan isu spesifik perempuan. Walaupun demikian, Antik berharap kehadiran perempuan sebagai kepala daerah bisa melengkapi cara pandang laki-laki dalam menyelesaikan persoalan negara.
“Kehadiran perempuan sebagai kepala daerah sesungguhnya akan melengkapi cara pandang kaum laki-laki yang tentunya memiliki perspektif berbeda dalam memahami dan menyelesaikan persoalan bangsa,” ujar Antik, diakses dari Jurnal Keadilan Vol 1 tahun 2020, Jumat 30 Agustus 2024.
*Kawan-kawan yang baik silakan membaca tulisan lain Muhammad Akmal Firmansyah atau artikel-artikel tentang Pilgub Jabar atau Pilwalkot Bandung