• Cerita
  • Di DAMRI Kenangan itu Terpatri

Di DAMRI Kenangan itu Terpatri

Bagi sebagian orang, DAMRI adalah kenangan. Kenangan masa kuliah sampai masa kerja. Berhentinya rute DAMRI mencerabut kenangan tersebut.

Penumpang bus DAMRI Bandung dialihkan ke Trans Metro Bandung (TMB), Kamis (28/10/2021). Sejumlah rute bus DAMRI berhenti beroperasi sementara dengan dalih tak ada biaya operasional. (Foto: Prima Mulia/BandungBergerak.id)

Penulis Putra Wahyu Purnomo28 Oktober 2021


BandungBergerak.idBus berwarna biru itu tengah melaju menembus hujan lebat yang mengguyur sepanjang jalan tol Cileunyi-Mohamad Toha. Di dalamnya penumpang hanya mengisi beberapa kursi saja, lengkap dengan pengamen yang tengah memainkan lagu dengan gitar kopongnya.

Beberapa penumpang nampak terlelap, ada juga yang tengah mengawang memandang hujan di luar jendela. Setelah selesai mengantar penumpang sampai di tujuannya, bus menuju perhentian terakhirnya di Jalan Dipatiukur, lalu kembali ke garasi dan entah kapan akan kembali.

Sebab, bus DAMRI jurusan Dipati Ukur itu termasuk salah satu dari 8 rute di Bandung yang dihentikan operasinya per Kamis (28/10/2021). Keputusan ini terpaksa diambil perusahaan penyedia angkutan publik ini karena tak tahan menanggung kerugian dan tidak sanggup menanggung operasional selama pagebluk melanda.

Sontak kabar berhentinya 8 rute bus DAMRI Bandung mengagetkan sejumlah pihak, terutama para pelanggan bus yang punya ciri khas berwarna biru dan bergambar siluet kota di sisi-sisinya tersebut.

Dwita Leoni (24) perempuan yang kini tinggal di daerah Tanjung Sari, Kabupaten Sumedang, mengaku kaget saat mendengar berita tentang berhenti beroperasinya sejumlah trayek DAMRI Bandung. Apalagi ia sebagai pelanggan DAMRI semenjak masih duduk di bangku kuliah sampai saat ini bekerja.

Dwita tetap sedih walaupun DAMRI kesayangannya hanya berhenti sementara, sebagaimana disampaikan manajemen. Ia tak menyangka bahwa moda transportasi andalannya itu tidak mampu menutupi biaya oprasional. Padahal menurutnya selama ini DAMRI seperti tidak mengalami masalah apa pun, jika melihat jam operasionalnya yang cukup padat.

"Kaget sih, apalagi sampe sekarang aku masih pake damri buat pergi ke kantor. Dan kaget juga karena alasannya kerugian karena yang aku liat justru damri masih lancar lancar aja beroperasinya selama aku pake damri buat bolak balik kantor," ujar Dwita saat dikonfirmasi melalui pesan singkat, Kamis (28/10/2021).

Bagi Dwita, DAMRI bukan lagi sekadar alat transportasi umum. Ia menganggap DAMRI kawan baiknya karena nyaman digunakan dan dapat mengantarnya ke berbagai tempat yang ia kehendaki.

"Kayak dari zaman kuliah sudah pakai DAMRI. Dari kuliah dari Bandung ke Jatinangor ya pakai DAMRI gitu, sampai ke yang kayak sudah hafal gitu loh sama supirnya, sama kondekturnya gitu. Terus sampai punya panggilan khusus buat kondektur sama supirnya gitu ya, pokoknya sudah bener-bener nemenin susahnya masa kuliah itu ya sama DAMRI," ungkapnya.

Hampir semua trayek DAMRI yang kini dihentikan operasinya sudah dinaiki Dwita. Sebut saja DAMRI Elang-Jatinangor, Jatinangor-Dipati Ukur, Elang-Jatinangor via Cibiru, juga Tanjungsari-Kebon Kalapa. Banyak kenangan yang didapat selama menaiki bus milik perusahaan pelat merah itu.

"Kayak pas berhenti beroperasi ini tuh meskipun cuma sementara gitu jadi agak mellow gitu loh, kaya ya Allah, transportasi yang gua gunakan untuk berangkat ke kampus dan ke kantor sekarang berhenti beroperasi gitu," ungkap Dwita.

Senada dengan Dwita, Immanuella (24), perempuan asal Jakarta yang menempuh pendidikan di Jatinangor, menyayangkan keputusan penutupan kegiatan operasional DAMRI Bandung. Menurutnya, DAMRI adalah satu transportasi yang sangat membantu masyarakat karena dapat menjangkau berbagai tempat dengan ongos yang terjangkau.

Ia bercerita bagaimana awal mula dirinya berkenalan dengan bus legendaris tersebut, yang berawal dari ketidaktahuannya tentang transportasi dari Bandung menuju Jatinangor.

"Pertama kali naik DAMRI itu sebenarnya ga sengaja. Waktu itu aku ga tahu tempat travel itu di mana, terus karena aku sendiri doang di Bandung kayak ga punya teman sama sekali, jadi kayak pernah dengar-dengar gitu ada DAMRI. Terus akhirnya nunggu kan, ternyata DAMRI-nya sebenarnya sudah ga ada lagi yang dari Bandung ke Jatinangor itu karena udah jam enaman. Waktu itu kayaknya tahun 2016 apa 2017 gitu. Terus jadinya naik DAMRI yang ke Elang apa ya kalo ngga salah. Terus dari Elang naik angkot lagi dua kali kalo ngga salah," ujar gadis pelanggan DAMRI yang kerap disapa Ella ini.

Ella pun menyampaikan pengalaman menarik saat naik DAMRI bersama teman-temannya. Di bus DAMRI kadang temannya bisa sampai tertidur, atau bahkan hanyut dalam obrolan-obrolan yang menyenangkan sambil tertawa lepas. Atau jika kondisi bus sedang ramai, ia dan teman-temannya sering saling pangku untuk berbagi tempat duduk.

Farah Andini (21), pelanggan lainnya yang setia dengan DAMRI, mengetahui kabar buruk itu dari media sosial. Mahasiswi di satu kampus swasta di Kota Bandung ini tentu kaget dengan berita itu. Pasalnya, DAMRI adalah salah satu moda transportasi yang paling sering digunakannya sejak tahun 2018 selama menempuh perjalanan dari rumahnya di Kopo menuju tempatnya berkuliah maupun ke tempat magang kerja saat ini.

Sama dengan pelanggan lainnya, Farah memiliki banyak pengalaman menarik dengan DAMRI, seperti harus menunggu lama kedatangan bus, maupun tertinggal DAMRI terakhir yang menuju terminal Leuwipanjang.

"Sering banget nunggu DAMRI tapi lama datangnya terus juga pernah beberapa kali ketinggalan," imbuh perempuan yang kerap menggunakan DAMRI Leuwipanjang-Dipatiukur.

Pool DAMRI Bandung, Kamis (28/10/2021). Sejumlah rute bus DAMRI berhenti beroperasi sementara dengan dalih tak ada biaya operasional. (Foto: Prima Mulia/BandungBergerak.id)
Pool DAMRI Bandung, Kamis (28/10/2021). Sejumlah rute bus DAMRI berhenti beroperasi sementara dengan dalih tak ada biaya operasional. (Foto: Prima Mulia/BandungBergerak.id)

Baca Juga: DAMRI Bandung Berhenti, Kepentingan Umum Tercederai
Pengembangan Transportasi Publik di Bandung Membutuhkan Konsistensi

Riuh di Medsos

Dihentikannya sejumlah trayek DAMRI Bandung pun riuh di media sosial. Di Twitter, misalnya, banyak orang yang ramai-ramai memberikan pernyataan terkait berhentinya kegiatan operasional DAMRI. Kebanyakan dari mereka adalah para pengguna bus DAMRI baik saat menjadi mahasiswa maupun ketika sudah bekerja.

Salah satu akun Twitter @monamiCROISSANT atau Ziggy Zezsyazeoviennazabrizkie milik pengarang novel “Semua Ikan di Langit”, menciutkan kesedihannya mengetahui bahwa DAMRI tak lagi beroperasi. Dalam cuitanya ia menyebut:

"RIP Bus, semoga dia menemukan hidup baru di langit bersama Beliau dan Ikan-ikan," cuitan tersebut bertanggal 27 Oktober 2021 tepat saat pengumuman pemberhentian sementara oprasional DAMRI Bandung.

Akun mahasiswa yang kuliahnya di Jatinangor dan sering memakai jasa DAMRI pun tak mau ketinggalan, seperti disampaikan @inezslytn:

"Yah astaga sedih banget sih:( pake damri jaman kuliah buat ke nangor huhuhu," begitu cuitnya, mengingat masa-masa semasa kuliahnya.

Beberapa warganet memberikan saran terhadap pengelolaan DAMRI, seperti disampaikan akun @demilestari:

"Kalau memang sepi, apaqa nggak ada yang menghitung kebutuhan per trayeknya berapa, kan kalau udah tahu kelebihan & kekurangannya mungkin bisa dimanage. Bisa dengan penambahan rute, merger rute atau penambahan jam operasional (sampai jam 9 malam)." Dirinya mencoba membagikan pendapatnya agar pengelolaan Damri kedepannya memperhitungkan beberapa aspek termasuk kebutuhan per trayeknya,” cuitnya.

Editor: Iman Herdiana

COMMENTS

//