• Berita
  • Musik dari Orang-orang Muda Bandung Membela Dago Elos

Musik dari Orang-orang Muda Bandung Membela Dago Elos

Orang-orang muda Bandung bersolidaritas untuk warga Dago Elos yang berjuang melawan penggusuran. Kukuh menolak mafia tanah.

Konser musik band punk asal Bandung di Dago Elos, Rabu, 9 Oktober 2024. Orang-orang muda bersolidaritas untuk Dago Elos. (Foto: Yopi Muharam/BandungBergerak)

Penulis Yopi Muharam11 Oktober 2024


BandungBergerak.idKampung Dago Elos riuh. Orang-orang muda berkumpul di pelataran balai RW menyaksikan unit band punk asal Bandung, Dongker, Rabu, 9 Oktober 2024. Tidak hanya itu, banyak lapakan baca dan makanan yang berbaris di sepanjang jalan sempit menuju balai pertemuan warga tersebut. Bahkan, lahan parkir pun sampai tidak mampu membendung sepeda motor sehingga sebagian parker dialihkan ke Terminal Dago.

Mereka berdesak-desakan menikmati alunan musik distorsi khas band subkultur. Acara ini merupakan bagian dari rangkaian untuk mengawal sidang putusan pemalsuan dokumen tanah Dago Elos, Senin, 14 Oktober 2024. Mereka kompak serentak menggaungkan ‘Dago melawan tak bisa dikalahkan’ saat band Dongker saat naik ke atas panggung. Sebelumnya, pada pukul 16.00 WIB warga Dago Elos mengadakan diskusi dengan tajuk ‘Membongkar Praktik Mafia Tanah’.

“Kehadiran kalian tuh api kehidupan buat warga-warga Dago Elos,” ujat Delfi, pentolan Dongker saat melakukan orasi.

Di sisi lain, gitaris dan vokalis Dongker, Arnold menyadari bahwa di Indonesia terutama di Bandung merupakan sarang mafia. Kasus yang menimpa warga Dago Elos, contohnya. “Kita sebagai rakyat melihat fenomena itu harus bela orang-orang baik yang ada di Dago Elos,” timpal Arnold.

Band yang didirikan pada tahun 2016an itu mampu mendulang ratusan orang muda untuk datang ke Dago Elos. Lantunan ‘Dago melawan tak bisa dikalahkan’ terus menggema hingga di lagu terakhir. Kepalan tangan mengudara hingga sorakan menjadi penyemangat moril bagi warga.

Delfi menyadari, kehadiran musik di tengah sengketa sangat efektif untuk membawa ratusan massa. Musik menjadi ajang menyebarkan isu sengketa tanah terutama kepada orang-orang muda. Terlebih kebanyakan pendengar Dongker adalah orang-orang muda.

“Terus ketika efektifitas itu dilihat oleh teman-teman yang membutuhkan, kami rasa emang kami punya kewajiban buat hadir,” ujar Delfi, setelah tampil, saat ditemui BandungBergerak ditemani tiga personelnya.

Di sisi lain, Arnold sepakat degan Delfi, Dongker harus hadir di tengah sengketa tanah yang menimpa warga Dago Elos. Ia dan kawan-kawan harus mengawal dan mendampingi warga Dago Elos hingga menang di pengadilan. Bagi Arnold, sudah menjadi kewajibannya untuk membela warga yang akan terampas ruang hidupnya.

“Maksudnya kami hadir di sini untuk membela keadaan warga Dago Elos. Kita support warga Dago Elos biar semangat berjuangnya untuk melawan mafia tanah. Semoga aja kita menang,” ujar musikus yang bersama kawan-kawannya mendirikan Dongker saat berkuliah di ITB.

Selain itu, penggebuk drum Dongker, Dzikrie mengungkapkan penampilan band di Dago Elos mampu mengamplifikasi isu sengketa tanah ke khalayak luas. Ia berharap, para influencer Bandung yang mempunyai massa lebih besar seharusnya mampu mengamplifikasi isu ini. Delfie juga mengharapkan agar para musisi bisa menyuarakan isu ini lewat karyanya. Tidak harus melalui musik keras seperti Dongker.

Delfie mengambil contoh di Amerika Serikat saat isu rasial ‘black live metters’ menguap ke publik, anak-anak hardcore di sana mampu mendonasikan uang sebesar 10 miliar rupiah dari hasil menjual kaus band. Hal serupa juga bisa dilakukan di Indonesia dengan massa yang lebih besar lagi untuk mendukung sesama rakyat yang dirugikan.

“Itu bukan untuk kebutuhan pribadi. (Tapi) enggak harus uang juga, tapi solidaritasnya bisa dicontoh juga,” jelas Delfie.

Baca Juga: Muller Bersaudara Memohon Dibebaskan dari Jeratan Hukum Pidana Pemalsuan Dokumen Tanah Dago Elos
Sidang Perkara Pemalsuan Dokumen Tanah Dago Elos Membeberkan Asal-usul Penambahan Nama Muller oleh Terdakwa
Sidang Pemalsuan Dokumen Tanah Dago Elos, Jaksa Berharap Majelis Hakim Menolak Nota Keberatan Terdakwa Duo Muller

Konser musik band punk asal Bandung di Dago Elos, Rabu, 9 Oktober 2024. Orang-orang muda bersolidaritas untuk Dago Elos. (Foto: Yopi Muharam/BandungBergerak)
Konser musik band punk asal Bandung di Dago Elos, Rabu, 9 Oktober 2024. Orang-orang muda bersolidaritas untuk Dago Elos. (Foto: Yopi Muharam/BandungBergerak)

Musik Sebagai Media Perlawanan

Hawa dingin Dago Elos terasa sangat menusuk. Tetapi, kepadatan massa yang ingin menyaksikan Dongker mampu mengalahkan hawa dingin itu. Tidak ada panggung saat Dongker tampil. Namun, mampu membuat acara tersebut terasa seperti festival musik pada umumnya. Berdesak-desakkan.

Saat lagu pertama dimainkan, seorang muda yang turut serta menjadi bagian dari solidaritas Dago Melawan, Ojan (24 tahun) tengah sibuk mengawasi acara. Sesekali dia mengeluarkan gawainya untuk merekam. Ojan menerangkan acara ini merupakan respons atas jalannya persidangan Dago Elos melawan Muller CS – terdakwa yang mengklaim tanah seluas 6,3 hektare itu. Atas dasar itulah, solidaritas Dago Elos menyelenggarakan acara musik ini.

“Di mana sidang itu adalah hal yang sangat penting bagi perjuangan Dago Elos. Itulah dasar adanya mumusikan hari ini tuh,” ujar Ojan setelah Dongker usai tampil. Ojan mengungkapkan tujuan awal terselenggaranya permusikan ini untuk menyemangati warga Dago Elos. Intinya warga Dago Elos tidak sendiri untuk berjuang mempertahankan tanahnya.

Di sisi lain, dua orang ibu tengah asyik menonton acara ini. Mereka adalah Novi Mulyani (44 tahun) dan Lia Piltasari (42 tahun). Keduanya merupakan warga asli Dago Elos yang saat ini sedang berjuang mempertahankan ruang hidupnya di pengadilan.

Novi, sepakat dengan Ojan. Adanya acara ini dapat membangkitkan motivasi warga untuk senantiasa berjuang dan bersemangat mempertahankan tanahnya. Begitu pun Lia, dirinya mengatakan terselenggaranya permusikan di lingkungan sengketa merupakan sebuah momentum. Acara ini bagi Lia adalah ajang berkumpulnya masyarakat untuk bersolidaritas.

“Kami siap melawan,” ujar Lia.

Kendati musik yang dimainkan bising, bagi Novi tidak masalah. Menurut Novi, alunan tersebut mampu membakar api perlawanan bagi warga Dago Elos. Setidaknya massa yang datang mampu membuat warga Dago Elos tidak merasa sendiri. Mereka dikawal oleh ratusan orang yang peduli terhadap nasib yang menimpa warga Dago Elos.

“Lihat mereka tadi kita jadi semangat. Karena, jujur, itu yang kita perlukan. Dukungan,” tutur Novi. Di sisi lain, Lia menimpal bahwa dirinya tidak merasa sendiri dan sampai kapanpun Lia akan terus melawan ketidak adilan yang menimpanya dan ratusan warga Dago Elos lainnya.

Lebih dari itu, Novi berpesan kepada orang-orang muda yang mendominasi gelaran acara, bahwa harus melek terhadap isu penggusuran. Dia mengingatkan bahwa penggusuran bisa menimpa siapa pun. Tidak memandang asal atau daerah yang ditinggalinya. Mafia tanah masih berkeliaran.

“Jangan diam aja. Karena Bandung saat ini sedang tidak baik-baik saja. Penggusuran banyak di titik-titik di Kota Bandung. Contohnya kita yang terdampak,” terangnya. “Kalo mereka takut untuk melawan, masa muda mereka akan terancam pastinya. Jadi harus tetap semangat,” Lia menambahkan.

Mereka berharap agar Muller cs segera dipenjara. Kehadiran mereka mengancam ruang hidup Dago Elos. “harapan saha pengin si muller dipenjara. Dan Jo Budi hartanto dan antek-antek yang membiayai semoga semuanya masuk ke penjara. Diadili,” harap Novi yang diamini oleh Lia. “Musnahkan mafia tanah yang ada di negeri ini,” tutupnya.

*Kawan-kawan yang baik bisa membaca tulisan-tulisan lain dari Yopi Muharamatau artikel-artikel lain tentang Dago Elos

Editor: Iman Herdiana

COMMENTS

//