• Berita
  • Merayakan Kemenangan Kecil Dago Elos dengan Festival Musik Solidaritas

Merayakan Kemenangan Kecil Dago Elos dengan Festival Musik Solidaritas

Hasil penjualan tiket festival musik di Dago Elos akan dipakai untuk proses hukum yang masih panjang. Pihak Muller telah mengajukan banding.

Festival musik di Dago Elos, Bandung , Selasa, 15 Oktober 2024 merayakan kemenangan atas vonis bersalah keluarga Muller oleh pengadilan. (Foto: Yopi Muharam/BandungBergerak)

Penulis Yopi Muharam17 Oktober 2024


BandungBergerak.idAzan isya berkumandang di masjid at-taqwa. Suaranya merambat meletati gang-gang permukiman Dago Elos. Di pelataran balai RW Dago Elos, sejumlah pemuda tengah mempersiapkan alat band untuk menggelar Elos Fest, Selasa, 15 Oktober 2024. Band unit punk asal Bandung, Kontrasosial akan menjadi penampil perdana di pagelaran ini.

Orang-orang muda segera memadati ruang seluas lapang voli. Mereka berpakaian serba hitam, ada juga yang memakai jaket dipenuhi dengan spike hingga emblem band punk. Bahkan, beberapa orang merancungkan rambutnya ke atas. Meyimbolkan identitas mereka sebagai anak punk.

Teriakan saling sahut ‘Dago bersatu, tak bisa dikalahkan - Dago melawan, melawan setan tanah’ terus menggema. Suaranya sampai terdengar beberapa meter dari lapangan. Maklum, euforia tersebut dirayakan atas kemenangan kecil warga Dago Elos setelah berhasil membuktikan pemalsuan tanah Muller bersaudara, Dodi Rustandi Muller dan Heri Hermawan Muller. Dua terdakwa tersebut telah divonis bersalah oleh PN Bandung, 14 Oktober 2024.

Ebi, pentolan Kontrasosial berorasi saat dirinya tampil. Dia mengingatkan kepada seluruh penonton yang hadir untuk tetap mengawal sengketa yang menimpa warga Dago Elos. “Harus kita kawal hingga para mafia tanah Dago Elos dipenjarakan,” ujarnya diiringi teriakan penonton.

Pria asal Yogyakarta ini menjelaskan, Kontrasosial merupakan band yang lahir di Dago Elos. Akamsi, Ebi menyebutnya. Selama kurun waktu delapan tahunan sejak 2016, Ebi dan seluruh personel Kontrasosial terus mengawal warga. Bukan tanpa alasan, gitaris mereka, Bili merupakan warga asli Dago Elos.

Anjir, gua bersolidaritas buat warga lain yang lahannya akan dirampas negara, sekarang aku yang ngalamin,” tutur Ebi menirukan keluhan Bily, kepada BadungBergerak, selepas Kontrasosial tampil. Bagi Ebi, sudah menjadi kewajiban bandnya untuk mengawal kasus ini. Bahkan, menurutnya sejumlah lagu Kontrasosial direkam di rumah Bily.

“Terus kami juga pernah punya infohouse, terus perpus di rumah Bily itu. Terus beberapa album kontrasosial digarap di rumah Bily,” lanjut Ebi. Sebagai band beraliran punk, Kontrasosial memiliki andil dalam pergerakan solidaritas. Ebi bilang “punk is solidarity not competion.

Terkait solidaritas warga Dago Elos, dia mengapresiasinya. Keguyuban dan semangat warga mampu menjebloskan dua penipu, Muller bersaudara ke balik jeruji. Hal tersebut bisa dilakukan karena warga tak patah arang dan tetap solid mempertahankan ruang hidupnya.

“Mereka kuat, mereka solid, mereka kompak, dan akhirnya mereka bisa mengalahkannya sekarang,” jelasnya.

Festival musik di Dago Elos, Bandung, Selasa, 15 Oktober 2024 merayakan kemenangan atas vonis bersalah keluarga Muller oleh pengadilan. (Foto: Yopi Muharam/BandungBergerak)
Festival musik di Dago Elos, Bandung, Selasa, 15 Oktober 2024 merayakan kemenangan atas vonis bersalah keluarga Muller oleh pengadilan. (Foto: Yopi Muharam/BandungBergerak)

Terus Bersolidaritas Adalah Kunci

Di tengah hiruk-pikuk pagelaran band, terdapat sejumlah tenan yang menjajakan makanan ringan. Lia Piltasari (42 tahun) berada di jajaranan tenan itu. Lia terlihat sedang menyiapkan semangkok siomay yang dijualnya kepada pembeli. Ekspresi semringah terlihat di wajahnya.

Sejak kepindahannya ke Dago Elos pada tahun 2019, dia bergabung bersama warga untuk melawan mafia tanah. Setiap persidangan, dia kerap ikut untuk mengawal. Dia bersyukur atas semangat warga dan para solidaritas yang turut membantu warga sehingga dapat memenjarakan duo Muller.

Lebih dari itu, dengan adanya acara ini, menurut Lia dapat membantu dukungan untuk warga, terlebih dalam hal ekonomi juga. Lia biasanya berjualan di teras rumahnya. Jika ada acara seperti ini, Lia merapatkan lapak jualannya bersama warga lain. Acara ini menambah-nambah pemasukan bagi Lia dan anaknya.

“Alhamdulillah dengan adanya acara ini, kita warga buka lapakan yang pastinya kita dapet rejeki, dapet pemasukan dari berjualan,” tuturnya, saat BandungBergerak menghampiri tenan makanan yang beralaskan meja berukuran kurang lebih 120 x 50 cm.

Lia menyadari, selama sengketa tanah berlangsung, warga Kota Bandung acap kali merasa terganggu dengan aksi yang dilakukan warga Dago Elos. Bagi Lia, itu adalah salah satu caranya untuk mempertahankan ruang hidupnya. Dengan adanya acara ini, tentu sangat disambut baik oleh Lia dan warga Dago Elos. Intinya dapat mengabarkan perjuangan Dago Elos telah membuahkan hasil.

“Tapi dengan adanya acara ini, mereka tahu yang terjadi Di Dago Elos itu apa,” terang Lia. Terkait putusan 14 Oktober yang memenjarakan Muller bersaudara selama 3 tahun 6 bulan, dia tetap bersyukur. Setidaknya warga dapat membuktikan bahwa mafia tanah benar-benar ada. Mereka mengincar tanah seluas 6,3 hektare tersebut.

Lia bersama warga Dago Elos kini akan mempersiapkan tantangan selanjutnya. Acara ini adalah satu cara mereka untuk terus melawan.

Baca Juga: Warga Dago Elos Bercukur Sampai Plontos, Menumbuhkan Babak Baru Setelah Vonis Bersalah Muller
Hajat Kemenangan Warga Dago Elos Menyambut Vonis Bersalah Muller Bersaudara

Festival musik di Dago Elos turut menggerakkan ekonomi warga sekitar, Selasa, 15 Oktober 2024. (Foto: Yopi Muharam/BandungBergerak)
Festival musik di Dago Elos turut menggerakkan ekonomi warga sekitar, Selasa, 15 Oktober 2024. (Foto: Yopi Muharam/BandungBergerak)

Kemenangan Kecil Patut Dirayakan

Seorang pemuda tengah sibuk menyiapkan acara perayaan kemenangan Dago Elos. Dia adalah Ojan (24 tahun), salah satu jaringan solidaritas yang setia mengawal kasus sengketa tanah Dago Elos. Pada saat sidang 14 Oktober kemarin, dia mengawal di dalam ruang sidang. Saat pembacaan putusan, Ojan tak kuasa menahan isak tangis atas haru yang telah dicapai oleh warga.

“Kelak kau akan mengingat yang membawamu ke sini,” demikian tulisan di punggung baju berwarna biru tua milik Ojan. Penggalan tersebut adalah lagu milik Perunggu berjudul 33x. Tulisan tersebut seakan merepresentasikan alasan Ojan terus mengawal kasus sengketa ini.

Ojan menjelaskan di balik diselenggarakannya acara ini adalah untuk menyambut kemenangan kecil Dago elos. “Walaupun kemenangan kecil patut untuk dirayakan,” tutur Ojan. Arti kemenangan kecil, kata Ojan, karena tantangan warga masih belum selesai pascasidang putusan saja.

“Karena perjuangan warga enggak selesai di sini aja. Ini baru tahap awal untuk perjalanan warga yang baru,” ungkapnya. Ojan menerangkan pagelaran Elos Fest ini dipersiapkan hanya satu hari. Persiapan peralatan pun terbilang mendadak.

Elos Fest ini berbeda dengan acara yang sering diadakan oleh warga. Untuk memasuki ke wahana festival, pengunjung harus membeli tiket sebesar 50 ribu rupiah. Hasil penjualan tiket akan digunakan untuk perjuangan Dago Elos selanjutnya.

“Karena ke depannya warga mempersiapkan untuk ke ranah hukum. Apalagi untuk menuju peninjauan kembali yang kedua,” jelasnya. “Maka dari itu warga juga butuh kas dana yang besar untuk ke depannya,” lanjut Ojan.

Terkait banding yang akan dilakukan oleh Muller bersaudara, Ojan berharap hakim menolaknya. Sebab, bukti yang diajukan warga sudah sangat kuat untuk membuktikan klaim duo Muller itu. “Semoga di tingkat banding, kasasi atau lebih lanjutnya itu bisa ditolak. Apalagi dengan bukti yang sangat kuat tentang pemalsuan dokumen dan kebohongannya,” ujarnya.

Hal senada juga diutarakan oleh Lia. Dia berharap warga dapat hidup dengan tenang tanpa dibayang-bayangi akan digusur. Terlebih penggusuran ini atas mafia tanah yang mengklaim seenaknya tanah yang sudah ditempati warga berpuluh-puluh tahun.

“Saya ingin menjalankan kehidupan berdua sama anak saya dengan tenang. Pokoknya jangan ada yang mengusik lagi,” tutupnya.

*Kawan-kawan yang baik bisa membaca tulisan-tulisan lain dari Yopi Muharamatau artikel-artikel lain tentang Dago Elos

Editor: Iman Herdiana

COMMENTS

//