• Kolom
  • CATATAN DARI BUKU HARIAN #19: Mengenal Lebih Dekat Jurnalis dan Sastrawan Sunda Rosyid E. Abby

CATATAN DARI BUKU HARIAN #19: Mengenal Lebih Dekat Jurnalis dan Sastrawan Sunda Rosyid E. Abby

Rosyid E.Abby dikenal sebagai jurnalis dan pengamat film. Ia juga sutradara teater, penyair, penulis skenario, serta penulis drama.

Kin Sanubary

Kolektor Koran dan Media Lawas

Rosyid E. Abby jurnalis, penulis sekaligus Ketua Regu Pengamat Film Indonesia. (Foto: Dokumentasi Kin Sanubary)

23 November 2024


BandungBergerak.id – Rosyid E. Abby dikenal sebagai jurnalis dan pengamat film sekaligus sutradara teater, penyair, penulis skenario dan naskah drama. Sering menjadi narasumber dan juri di pelbagai kegiatan seni budaya.

Perkenalan dan persahabatan antara penulis dengan Kang Ocid begitu biasa dipanggil oleh sesama wartawan,  bermula dari  sosial media Facebook, jauh sebelumnya penulis mengikuti tulisan dan karya-karya Kang Ocid sejak tahun 90-an yang dimuat di koran Pikiran Rakyat dan media cetak berbahasa Sunda Galura,  di mana Kang Ocid menjadi salah seorang redakturnya.

Selanjutnya sering bertemu di berbagai kegiatan teater dan film. Ketika PWI Jawa Barat menyelenggarakan peringatan Hari Pers Nasional tahun 2023, di Karawang penulis bersama Kang Ocid mendapat penghargaan dari PWI Jawa Barat. Rosyid E Abby dianugerahi Pangajen Satya Budaya  dan penulis menerima Pangajen Rumawat Aksara.

Baca Juga: CATATAN DARI BUKU HARIAN #17: Mengenal Leonard Triyono, Penyiar Bersuara Khas dari Washington DCCATATAN DARI BUKU HARIAN #18: Mengenal Agus Wahyudi, Filatelis dan Kolektor Benda Jadul dengan Sejuta Cerita Sejarah

Rosyid E. Abby bersama keluarga. (Foto: Dokumentasi Kin Sanubary)
Rosyid E. Abby bersama keluarga. (Foto: Dokumentasi Kin Sanubary)

Menulis Puisi dan Cerpen

Rosyid E.Abby lahir di Bandung, 19 September 1965. Karya-karyanya yang berbentuk puisi, cerpen, esai, artikel, terjemahan, naskah drama, teater, dan sinetron baik dalam bahasa Sunda maupun bahasa Indonesia jumlahnya mencapai ratusan.

Rosyid menikah dengan Ika Rostika Rumsari dan dikaruniai tiga orang anak yaitu Rhaka Nurhuda, Aditya Nurrahman Aulia dan Hasna Nurhafidzah Maharani Putri.

Menyukai membaca sejak SD terutama membaca sajak. Saat masih duduk di kelas VI SD ia sudah gemar membaca karya sastra klasik. Novel sastra pertama yang ia baca adalah Siti Nurbaya saat masih duduk di Kelas VI (1979). Ketika SMP kelas I (1980) ia sudah membaca karya klasik dunia terjemahan Indonesia, Romeo and Juliet karya William Shakespeare.

Di SMP kelas I pula ia sudah mencoba-coba menulis puisi dan cerita pendek berbahasa Indonesia yang dimuat di majalah dinding (mading) dan buletin sekolah. Menginjak Kelas I SMA (1982), puisinya berbahasa Sunda untuk pertama kali dimuat di Koran Sipatahunan, dan puisi berbahasa Indonesia pertama kali dimuat di Koran Santana (Jakarta) dan Pelita Minggu (Jakarta).

Dari sanalah muncul motivasi untuk terus menulis puisi dan cerpen, baik Bahasa Indonesia maupun Bahasa Sunda, dan mulai berani mengirimkannya ke berbagai koran serta majalah yang terbit di Jakarta dan Bandung, termasuk Pikiran Rakyat dan Mangle (Mangle Rumaja).

Adapun keterlibatanya dalam bidang teater, Rosyid awalnya tergabung dalam kelompok teater sejak kelas II SMP (1981). Teater pertama yang ia masuki adalah Teater Ge-Er di Gelanggang Generasi Muda (GGM) Bandung dengan instruktur Yesmil Anwar dan Erry Anwar.

Pada tahun 1986, barulah ia mendalami Kasundaan dengan menjadi anggota Kursus Ngarang Sundanologi pimpinan sastrawan Adang S, yang kemudian berkembang menjadi Caraka Sundanologi atas saran sastrawati Aam Amilia.

Selanjutnya tahun 1989, ia magang menjadi tenaga honorer tetap (THT) di PT Pikiran Rakyat (PR), dan tahun 1990 diangkat menjadi karyawan tetap PR. Sejak 1993, Rosyid dipindahkan ke Tabloid Sunda Galura (Grup Pikiran Rakyat), namun statusnya tetap sebagai karyawan PT Pikiran Rakyat.

Karya-karya yang telah dihasilkan Rosyid antara lain Lembah Pengasingan (naskah drama, 1984), Di Bawah Matahari (kump. puisi, 1987), Tembang Kasih tak Pernah Istirah (kump. puisi, 2004), Pengembaraan Sunyi (kump. puisi, 2007), Kasidah Cinta Sang Muadzin (drama musikal, 2007), Sajak-sajak Rosyid E. Abby (kumpulan puisi Sunda, 2010), Kabayan Ngalanglang Jaman (drama, 2010), Kasidah Cinta Sang Abid (drama musikal, 2010), Kasidah Cinta Sang Singa Allah (drama, 2011), Simponi Dunya Kelas Teri (kump. puisi Sunda, 2012), Mentari di Riak Danau (skenario film penyuluhan, TVRI Jabar), dan Akhir Sebuah Kelalaian (skenario film penyuluhan, TVRI Jabar).

Rosyid E.Abby menjadi ketua dewan juri pada Festival Teater Berbahasa Sunda 2024. (Foto: Dokumentasi Kin Sanubary)
Rosyid E.Abby menjadi ketua dewan juri pada Festival Teater Berbahasa Sunda 2024. (Foto: Dokumentasi Kin Sanubary)

Meraih Penghargaan

Puisi berbahasa Sunda karya Rosyid, berjudul Sareupna dan Senen Pasosore, yang dimuat di Galura tahun 2003 dan 2005, dianugerahi Hadiah Sastra dari Lembaga Bahasa dan Sastra Sunda (LBSS) pada tahun 2004 dan 2006.

Pada tahun 2011, Rosyid mendapat "Anugerah Budaya" dan memperoleh hadiah Kujang Mas dari Bupati Bandung, H. Dadang M. Nasser.

Rosyid E.Abby dikenal sebagai jurnalis dan pengamat film, sekaligus sutradara teater, penyair, penulis skenario dan penulis drama.

Kang Ocid sering menjadi narasumber dan juri di pelbagai kegiatan seni dan budaya, terutama film, teater dan sastra.

Selain aktif di pengamatan dan kepengurusan Forum Film Bandung (FFB), Kang Ocid pun aktif di kepengurusan PWI Jawa Barat. Secara formal Kang Ocid bekerja sebagai Pemimpin Redaksi Koran Sunda "Galura" salah satu media cetak milik Grup Pikiran Rakyat Bandung.  Selain itu menjadi Redaktur Sastra "Pertemuan Kecil" di koran Pikiran Rakyat Bandung. Di samping mengajar di Fakultas Ilmu Seni dan Sastra Universitas Pasundan (FISS Unpas) Bandung.

Rosyid E.Abby bersama penulis pada sebuah pementasan teater yang disutradarainya. (Foto: Dokumentasi Kin Sanubary)
Rosyid E.Abby bersama penulis pada sebuah pementasan teater yang disutradarainya. (Foto: Dokumentasi Kin Sanubary)

Penghargaan yang diperoleh di antaranya: Hadiah Sastra LBSS dari Lembaga Basa dan Sastra Sunda (2004 dan 2006); Anugerah Budaya dari Bupati Bandung (2011); Penghargaan "Pangajen Satya Budaya" dari PWI Jawa Barat, pada HPN Tingkat Jawa Barat (2023); Penghargaan "Manusastra"  (Tokoh Kebahasaan dan Kesastraan) dari Bupati Bandung (2023); Penghargaan sebagai Tokoh Kebahasaan dan Kesastraan, Budayawan Tingkat Kabupaten Bandung (2024); serta Juara lll Baca Puisi antar Wartawan-Penyair se-Indonesia (Hari Pers Nasional 2024 di Jakarta).

Rosyid telah berkecimpung dalam bidang kepenyairan dan penulisan selama 45 tahun lamanya. Dedikasi dan kecintaannya terhadap literasi dan budaya tak diragukan lagi. Ia tetap konsisten hingga kini, kuncinya kecintaan dan keikhlasan dalam dunia yang dilakoninya. Membuktikan bahwa dengan semangat dan komitmen yang kuat, kita dapat mencapai prestasi dalam bidang yang kita cintai.

*Kawan-kawan dapat membaca karya-karya lain Kin Sanubary dalam tautan berikut

Editor: Ahmad Fikri

COMMENTS

//