• Kolom
  • TELUSUR SEJARAH LEMBANG: Kisah Keluarga Ursone #5 Alessandro Ursone dan Mausoleum Keluarga Ursone

TELUSUR SEJARAH LEMBANG: Kisah Keluarga Ursone #5 Alessandro Ursone dan Mausoleum Keluarga Ursone

Alessandro/Alexandro Ursone adalah sang bungsu dari tiga bersaudara Ursone.

Malia Nur Alifa

Pegiat sejarah, penulis buku, aktif di Telusur Pedestrian

Berita koran mengenai istri Alessandro Ursone di surat kabar Algemeen Indisch dagblad: de Preangerbode tanggal 14 Februari 1952. (Sumber: Delpher.nl)

1 Desember 2024


BandungBergerak.id – Saat itu bulan April tahun 2017, ketika jam menunjukkan pukul satu dini hari. Telepon seluler saya berbunyi dan ketika saya cek ternyata berasal dari sebuah nomor telepon rumah, lalu coba saya angkat dan terkejutnya saya ketika mendengarkan suara seorang kakek. Ia kemudian memperkenalkan diri kepada saya, namanya adalah Roni Noma. Ia adalah cucu dari Pietro Antonio Ursone dan ingin segera bertemu dengan saya keesokan paginya.

Singkat cerita kami kemudian saling kenal, bahkan saking hangatnya beliau saya pun mengajak beberapa kawan saya untuk mengunjungi kediamannya di Jalan Hata, kota Bandung. sebuah rumah kuno indah yang berada di pojokkan.  Di sana kami diajak berkeliling rumah sambil sang empunya rumah menceritakan kisah keluarga Ursone kepada kami semua. Yang paling saya ingat dari rumah itu adalah sebuah piano milik Pietro Antonio Ursone yang masih sangat terawat, piano itu satu jenis dengan sebuah piano yang terdapat di wisma Kerkoven di kompleks Observatorium Bosscha, karena konon cerita sepasang piano itu sama.

Selain dari Om Roni, kisah keluarga Ursone ini saya dapat dari Om Billy Janz, seorang cucu pemilik onderneming Jayagiri, Alexander Janz. Om Billy adalah seorang saksi hidup  karena melihat kiprah dari generasi anak dan cucu keluarga Ursone. Selain itu ketika kompleks Baroe Adjak dijadikan kamp interniran saat pendudukan Jepang, Om Billy yang saat itu masih kanak-kanak tinggal di kompleks Baroe Adjak tersebut, bahkan hingga saat ini di rumah beliau masih terdapat sebuah vas yang terbuat dari marmer Cararra milik keluarga Ursone.

Selain itu saya dipertemukan oleh semesta pada belasan mantan pegawai Baroe Adjak tahun 50-an dan 60-an. Banyak sekali kisah dan suka cita yang mereka  alami yang diceritakan kepada saya, hingga tidak terasa 8 tahun sudah saya melakukan metode sejarah lisan pada kawasan yang sering saya sebut dengan “Dunia Narnia”. Semua kisah riset saya ini ditutup dengan pertemuan saya dengan kawan lama (seorang nenek yang saat itu, tahun 2016, berusia 78 tahun) ketika melakukan ibadah Umrah. Nenek tersebut selama 14 hari sekamar dengan saya tanpa saya tahu latar belakang nenek tersebut, dan nenek tersebut bernama Warsah.

Akhir tahun 2022, saya mendapatkan informasi mengenai keberadaan keluarga jongos dari van Blommestein, hingga selama beberapa hari terus saya melacak di mana tempat tinggal mereka. Hingga di suatu pagi alamat tersebut saya dapatkan dan akhirnya saya pun berkunjung. Betapa kagetnya saya ketika mengetahui bahwa keluarga jongos tersebut adalah keluarga Nenek Warsah, dan begitu merindingnya saya ketika nenek bercerita bahwa nama Warsah adalah pemberian dari Pietro Antonio Ursone. Kisah romansa saya dengan Baroe Adjak seperti telah diikat takdir, sempat saya lelah dan berusaha untuk berhenti, namun selalu ada cara dari semesta ini untuk membuat saya kembali. 

Baca Juga: TELUSUR SEJARAH LEMBANG: Kisah Keluarga Ursone #3 Anna Carolina van Dijk (Deetje Ursone).TELUSUR SEJARAH LEMBANG: Kisah Keluarga Ursone #4 Oerki dan Sopiah (Mavalda Ursone)

Arsip foto keluarga Ursone milik Om Roni Noma di kediamannya di Jalan Hata, Bandung. (Foto: Dokumentasi Malia Nur Alifa)
Arsip foto keluarga Ursone milik Om Roni Noma di kediamannya di Jalan Hata, Bandung. (Foto: Dokumentasi Malia Nur Alifa)

Alessandro /Alexandro Ursone

Alessandro /Alexandro Ursone, bungsu dari tiga bersaudara Ursone ini adalah seorang yang berbeda dengan kedua kakaknya. Kisah tentang Alex ini pertama saya peroleh dari para pekerja Baroe Adjak. Bahwa Alex ini tidak menikah namun nyainya banyak. Salah satu nyainya ia abadikan menjadi sebuah patung marmer yang sekarang terpajang di halaman selatan Grand Hotel Lembang. Patung tersebut sekilas seperti  dewi Aphrodite, namun para narasumber mengatakan itu adalah gambaran kecantikan seorang wanita yang bernama Melia, entah siapa nama aslinya, namun yang jelas ia seorang wanita pribumi.

Dari situs Delpher saya memperoleh berita surat kabar Algemeen Indisch dagblad: de Preangerbode tanggal 14 Februari 1952 yang menyatakan bahwa ada satu orang wanita Eropa yang resmi dinikahi Alex, namanya adalah Teresa Belso dan mereka memiliki anak bernama Anita Ursone. Namun ketika saya melakukan konfirmasi kepada para narasumber, semua narasumber tidak mengetahui tentang ini.

Berbeda dengan dua kakaknya yang bekerja di peternakan dan perkebunan, Alex ini lebih memilih untuk bekerja sebagai perwakilan  marmer Cararra dan kantornya berada di Jalan Banceuy. Bandung.  Selain itu Alex adalah seorang ketua perkumpulan budaya di Garut selatan dan juga sebagai komisaris observatorium Bosscha dan ia juga tergabung dalam Italiaansche Fascistische Partij.

Mausoleum keluarga Ursone di Kerkof Pandu, Bandung. (Foto: Dokumentasi Malia Nur Alifa)
Mausoleum keluarga Ursone di Kerkof Pandu, Bandung. (Foto: Dokumentasi Malia Nur Alifa)

Mausoleum keluarga Ursone.

Awalnya pemakaman keluarga Ursone berada di Kebon Jahe, namun tahun 1930-an ketika Baroe Adjak mencapai masa jayanya, pemakaman keluarga tersebut dipindahkan ke Kerkof Pandu. Apabila kita mengunjungi mausoleum keluarga Ursone kita akan menemukan sejumlah nama lengkap dengan tanggal lahir dan hari kematian, sekarang akan saya runut siapa saja yang dimakamkan di mausoleum tersebut.

  1. M. G. Ursone, ia adalah Maria Giuseppa Ursone, ibu dari tiga Ursone bersaudara.
  2. P. A. Ursone , ia adalah Pietro Antonio Ursone , kakak tertua dari tiga Ursone bersaudara.
  3. Antonio Domenico De Biasi, ia adalah suami dari sepupu perempuan Ursone bersaudara yang bernama Martha Ursone, dan De Biasi ini adalah direktur Baroe Adjak yang terakhir di tahun 1966.
  4. Terdapat tulisan yang hilang hanya menyisakan 3 huruf IJK, awalnya itu adalah nama dari besan kel Ursone, mertua Giuseppe yang akhirnya dipindah ke  bagian dalam mausolium namanya yaitu, J. A. G. van Dijk ia adalah ayah dari Anna Carolina van Dijk. Kepanjangan dari J. A. G. adalah Johan Adrinus  Gerardus van Dijk.
  5. A. C. Ursone, ia adalah Anna Carolina Ursone, terlahir van Dijk. Ia adalah istri Giuseppe yang namanya diabadikan di kapel Baroe Adjak sebagai Deetje.
  6. A. Ursone, ia adalah Alessandro atau Alexsandro Ursone, bungsu dari tiga Ursone bersaudara.
  7. G. M. Ursone adalah Giuseppe M. Ursone , merupakan anak nomor dua dari Ursone bersaudara.
  8. Dr. G.G. Ursone adalah Dr. Giuseppe Gioachino Ursone atau sering disebut Pino Ursone, ia adalah seorang Ursone yang mendirikan pabrik farmasi Carlo Erba Farmintalia yang lokasinya tepat di seberang Grand Hotel Lembang, namun sekarang telah menjadi restoran cepat saji dan pom bensin.
Mausoleum keluarga Ursone di Kerkof Pandu, Bandung. (Foto: Dokumentasi Malia Nur Alifa)
Mausoleum keluarga Ursone di Kerkof Pandu, Bandung. (Foto: Dokumentasi Malia Nur Alifa)

Kesimpulan dari kisah keluarga Ursone ini adalah, sebuah pelajaran untuk tidak mudah menyerah, untuk menggapai cita-cita yang diimpikan namun tetap dengan hati yang lapang dan jujur dibarengi dengan jiwa yang selalu membumi. Semoga kisah keluarga Italia pertama yang berkiprah di Priangan ini dapat memberikan kita semua motivasi.

Minggu depan saya akan mulai menuliskan tentang sosok sang komandan, karena telah banyak dari para pembaca yang mulai menghubungi  saya untuk mengetahui kisah dari sang komandan yang bernama lengkap John Henrij van Blommestein.   

*Kawan-kawan dapat membaca artikel-artikel lain Malia Nur Alifa, atau tulisan-tulisan lain tentang Sejarah Lembang

Editor: Ahmad Fikri

COMMENTS

//