TELUSUR SEJARAH LEMBANG: Kisah Keluarga Ursone #3 Anna Carolina van Dijk (Deetje Ursone).
Giuseppe Ursone menikah dengan Anna Carolina van Dijk dan tinggal bersama di peternakan Baroe Adjak. Giuseppe terpukul saat Anna meninggal dunia.
Malia Nur Alifa
Pegiat sejarah, penulis buku, aktif di Telusur Pedestrian
9 November 2024
BandungBergerak.id – Karena kerasnya dunia kerja Ursone bersaudara yang diciptakan sang komandan, maka tak ada waktu bagi mereka berdua untuk berurusan dengan yang namanya asmara. Di usia yang boleh dibilang sudah lebih dari matang barulah mereka memikirkan untuk memiliki tambatan jiwa. Namun entah karena terbiasa dalam kondisi hidup dalam pantauan dan perintah sang komandan, mereka pun tetap melajang.
Salah satu pihak yang selalu “cerewet “ dalam perjodohan Ursone bersaudara adalah Nyonya Jacobba, atau lebih dikenal dengan sebutan Nyonya Homann. Mereka berkenalan ketika diselenggarakan kongres pengusaha Gula di Hotel Homann pada tahun 1885.
Ketika itu Ursone bersaudara baru sekitar 8 tahun tinggal di Bandung, dan mereka didaulat untuk menghibur para pengusaha gula dalam balutan musik. Sebetulnya Ursone bersaudara ini mahir sekali memainkan piano dan biola, bahkan Marta Ursone ( sepupu perempuan mereka ) memiliki suara merdu. Kongres pengusaha Gula tersebut diselenggarakan di Bandung ternyata adalah merupakan ide tunggal sang komandan yang juga seorang pengusaha gula terkemuka di Pekalongan.
Nyonya Homann lalu mengenalkan Giuseppe pada seorang tamu yang sedang menginap untuk tetirah beberapa waktu di penginapan miliknya di Lembang . Tamu tersebut adalah seorang Janda asal Batavia bernama Anna Carolina van Dijk.
Anna adalah anak dari Johan Adrianus Gerardus Van Dijk, ia adalah seorang pengusaha toko Piano di Batavia dan ketika di Leiden, Johan memiliki penerbitan dan toko buku. Anna lahir di Batavia pada 28 April 1881, ia sebelumnya menikah dengan seorang pekerja di Departemen Referendum Administrasi Dalam Negri di Batavia yang bernama Jaques Edward Barkmaijer. Mereka awalnya hidup harmonis di rumah mereka yang lokasinya sekarang berada di kawasan Petamburan. Namun ketika Anna memiliki anak ke-3, tabiat Jaques menjadi berbeda, ia menjadi lebih keras kepala dan terkadang suka memukul istri dan anaknya.
Tak kuat akan tekanan rumah tangga yang kian semakin menjadi, Anna pun memilih untuk bercerai. Dalam prosesnya, perceraian itu pun menempuh jalan yang sangat alot, karena pihak Jaques bersikeras tidak mau menceraikan. Setelah melalui serangkaian cobaan hidup itu, Anna memutuskan untuk tetirah cukup lama ke Lembang, di mana sebetulnya ia akan dipertemukan Tuhan dengan pasangan sejatinya di Narnia Baroe Adjak yaitu Giuseppe Ursone.
Baca Juga: TELUSUR SEJARAH LEMBANG: Kisah Perkebunan Teh Keluarga Ursone dan Permakaman Warga Tertua di Lembang
TELUSUR SEJARAH LEMBANG: Kisah Keluarga Ursone #1 Pietro Antonio Ursone
TELUSUR SEJARAH LEMBANG: Kisah Keluarga Ursone #2 Giuseppe Ursone
Tinggal di Baroe Adjak
Pertemuan mereka cukup menarik, di padang rumput pakan ternak Baroe Adjak cinta itu pun bersemi. Sebetulnya terjadi keraguan yang cukup dalam pada diri mereka berdua, Giussepe merasa dirinya tidak cukup baik untuk wanita secantik Anna, karena melihat usianya yang tidak bisa dibilang muda. Sedangkan di pihak Anna, ia masih menyimpan trauma akan pria, ia masih takut untuk kembali membuka hatinya kembali. Di sinilah peran sang komandan dan juga lagi-lagi peran Nyonya Homann sangat berpengaruh dalam terjalinnya kisah cinta mereka berdua hingga akhirnya menikahlah mereka di kapel indah Baroe Adjak dalam sebuah pagi yang berkabut.
Akhirnya Anna dan anak-anaknya dari hasil dari pernikahan yang pertama, tinggal di Baroe Adjak. Pernikahan mereka sangat harmonis, beberapa tamu yang mengunjungi Baroe Adjak menjuluki pasangan ini dengan sebutan “ lukisan hidup “. Dari pernikahan indah ini lahirlah seorang anak lelaki pada tahun 1909 yang diberi nama yang sama dengan kakak Giuseppe, Pietro Antonio Ursone. namun kesehatan Anna semakin memburuk hingga akhirnya pada tanggal 14 April 1913, Anna menghembuskan nafas terakhirnya di Lembang. Tentu saja hal tersebut sangat membuat Giuseppe jatuh sejatuh-jatuhnya. Bahkan pada saat prosesi pemakaman di Kerkof Kebon Jahe, Bandung Giuseppe hanya terduduk sambil memeluk putra mereka yang saat itu masih berusia 4 tahun. Anak- anak Anna dari pernikahan pertamanya kemudian diurus oleh Martha Ursone.
Kehilangan istri tercinta ternyata sangat mengguncang batin Giuseppe. Ia hanya merasakan manisnya rumah tangga selama 10 tahun, dan kemudian Tuhan memanggil sang belahan jiwa. Keseharian Giuseppe pun berubah , ia menjadi lebih pendiam dan jarang bicara, ia terlihat sering menghabiskan hari-harinya di dalam kapel indah Baroe Adjak, hingga ia pun memberikan nama pada kapel Baroe Adjak dengan nama “Deetje”, Deetje adalah sebuah panggilan sayang Giuseppe kepada Anna.
Banyak yang mengira bahwa kapel Deetje adalah rumah keluarga Ursone di Lembang, padahal sejak dulu itu merupakan kapel. Bahkan pasca kemerdekaan kapel tersebut berubah namanya menjadi Gereja Pondok Gembala yang beroperasi hingga masa revolusi. Rumah keluarga Ursone di Lembang adalah di kawasan barat peternakan. Pasca kemerdekaan, kawasan tempat tinggal keluarga Ursone di Lembang berubah menjadi sebuah pabrik farmasi bernama Carlo Erba Farmintalia, persis di seberang pintu masuk Grand Hotel Lembang. Sayang, kini telah menjadi pom bensin dan restoran cepat saji.
Namun Giuseppe akhirnya bangkit, ia merasakan bahwa Anna akan selalu bersamanya, selalu menemaninya. Hingga akhirnya Giuseppe pun terus bekerja penuh dedikasi di peternakan dan akhirnya membawa Baroe Adjak menjadi peternakan terbesar di Asia tenggara pada tahun 1933. Dan Giuseppe pun menjadi salah satu pengurus inti dari sebuah koperasi susu yang diberi nama Bandoeng Melk Centrale.
Ketika para pekerja kandang, kebun bahkan pengurus kapel Baroe Adjak menanyakan pada Giuseppe (yang selalu dipanggil juragan Anom , karena juragan sepuh itu panggilan untuk sang komandan), apa yang menjadi motivasi Giuseppe hingga ia mampu mengantarkan Baroe Adjak menuju gerbang kesuksesan yang paling tinggi? Lalu Giuseppe menjawab, “Karena Deetje selalu bersamaku.“
Lalu bagaimana kisah cinta Pietro Antonio Ursone? Benarkah seorang gadis sunda yang pandai bersenandung dan merupakan salah satu anggota keluarga besar Pasar Baru itulah yang mampu mengisi hatinya, hingga mereka membangun sebuah pabrik coklat di Utara Bandung yang didedikasikan untuk cinta mereka, kita simak minggu depan ya.
*Kawan-kawan dapat membaca artikel-artikel lain Malia Nur Alifa, atau tulisan-tulisan lain tentang Sejarah Lembang