• Narasi
  • TELUSUR SEJARAH LEMBANG: Kisah Perkebunan Teh Keluarga Ursone dan Permakaman Warga Tertua di Lembang

TELUSUR SEJARAH LEMBANG: Kisah Perkebunan Teh Keluarga Ursone dan Permakaman Warga Tertua di Lembang

Area Observatorium Bosscha dan kompleks SOS Kinderdorf dulu merupakan perkebunan teh keluarga Ursone. Pasar Panorama dulu adalah area permakaman tertua di Lembang.

Malia Nur Alifa

Pegiat sejarah, penulis buku, aktif di Telusur Pedestrian

Lahan bekas perkebunan teh keluarga Ursone, sekarang menjadi kawasan SOS Kinderdorf di Lembang, Kabupaten Bandung Barat. (Foto: Dokumentasi Malia Nur Alifa)

29 Mei 2024


BandungBergerak.id – Keluarga Ursone terkenal sebagai keluarga pengusaha peternakan sapi terbesar di Asia Tenggara pada saat itu. Namun, sebenarnya bukan hanya itu saja bisnis mereka. Justru bisnis pertama mereka adalah membantu John Henrij van Blommestein dalam mendirikan perkebunan kina ke dua tertua di Lembang yang didirikan 1877, bernama perkebunan kina Baroe Adjak. Barulah pada 1880 peternakan sapi secara bertahap didirikan hingga menjadi peternakan terbesar di Asia Tenggara pada tahun 1930-an.

Selain perkebunan kina, sebetulnya keluarga Ursone juga mengelola belasan hektar tanah di selatan Baroe Adjak untuk dijadikan perkebunan teh. Perkebunan teh tersebut hampir berbarengan didirikannya dengan perkebunan teh Ciumbuleuit.

Artikel dari Delpher.nl tentang perkebunan teh keluarga Ursone. (Foto: Dokumentasi Malia Nur Alifa)
Artikel dari Delpher.nl tentang perkebunan teh keluarga Ursone. (Foto: Dokumentasi Malia Nur Alifa)

Perkebunan teh tersebut berada di sebuah bukit di selatan Baroe Adjak yang para warga Lembang di masa kolonial menyebut bukit tersebut dengan sebutan Gunung Lembang. Namun, sekarang warga Lembang mengenalnya dengan sebutan bukit Bosscha dan kawasan Kinder.

Perkebunan teh tersebut sayangnya tidak membuahkan hasil yang maksimal, dan bahkan merugi dari tahun ke tahun. Oleh sebab itu di tahun 1922, perkebunan teh tersebut berhenti beroperasi dan sebagian lahannya dihibahkan oleh John Henrij Van Blommestein dan Ursone bersaudara kepada Kerkoven dan Bosscha untuk dijadikan Observatorium. Sebagian lagi dari lahan bekas perkebunan teh tersebut pada tahun 1970-an, dijadikan sebuah rumah yayasan yatim piatu yang bernama Kinderdorf, yang masih beroperasi hingga sekarang.

Pintu gerbang kompleks SOS  Kinderdorf di Lembang, Kabupaten Bandung Barat. (Foto: Dokumentasi Malia Nur Alifa)
Pintu gerbang kompleks SOS Kinderdorf di Lembang, Kabupaten Bandung Barat. (Foto: Dokumentasi Malia Nur Alifa)

Baca Juga: TELUSUR SEJARAH LEMBANG: Koloni Soeryasoemirat
TELUSUR SEJARAH LEMBANG: 12 Tahun Pencarian Narasumber
TELUSUR SEJARAH LEMBANG: Kisah Situ Umar dan Situ PPI di Lembang

Permakaman Tjijeroek

Bila mengunjungi kawasan Pasar Panorama Lembang dan sekitarnya, tidak ada yang menyangka bahwa dahulu kawasan tersebut  adalah permakaman terbesar dan tertua di Lembang. Nama permakaman tersebut adalah permakaman Tjijeroek. Batas dari permakaman tersebut adalah dari kawasan jalan Grand Hotel (Puskesmas Lembang, hingga ke arah perumahan warga di kawasan barat pasar Panorama).

Beberapa narasumber yang saya temui mengatakan bahwa permakaman tersebut akhirnya dipindahkan ke permakaman Sirnarasa ( Genteng, Jayagiri) di tahun 1972, karena kawasan Panorama tersebut  akan dibuat pusat niaga dengan memindahkan pasar yang asalnya berasal di barat Alun-alun Lembang (kawasan Pasar Buah sekarang ) ke kawasan permakaman besar tersebut.

Daftar nama-nama orang yang makamnya dipindahkan dari pemakaman Tjijeroek ke Sirnarasa Jayagiri di Lembang, Kabupaten Bandung Barat. (Foto: Dokumentasi Malia Nur Alifa)
Daftar nama-nama orang yang makamnya dipindahkan dari permakaman Tjijeroek ke Sirnarasa Jayagiri di Lembang, Kabupaten Bandung Barat. (Foto: Dokumentasi Malia Nur Alifa)

Pemindahan ratusan makam tua pun dilakukan secara bertahap ke Jayagiri  dan memakan waktu hingga beberapa bulan. Setiap makam yang dipindah memerlukan biaya operasional sebanyak 25 Rupiah pada saat itu. Boleh dibilang biaya operasional tersebut tidaklah murah, yang membuat tidak semua makam di Panorama dipindahkan ke Jayagiri.

Apabila para pembaca sekalian sedang berkunjung ke kawasan Jayagiri, cobalah singgah ke permakaman Sirnarasa . Ada ratusan makam di sana dengan tanda khusus di samping kanan dan kirinya  yang berupa  nomor dengan cat berwarna kuning, yang menandakan makam tersebut adalah pindahan dari pemakaman tertua di Lembang yaitu pemakaman  Tjijeroek.

*Kawan-kawan dapat membaca tulisan-tulisan lain tentang Sejarah Lembang

Editor: Ahmad Fikri

COMMENTS

//