• Kolom
  • TELUSUR SEJARAH LEMBANG: Kisah Keluarga Ursone #1 Pietro Antonio Ursone

TELUSUR SEJARAH LEMBANG: Kisah Keluarga Ursone #1 Pietro Antonio Ursone

Pietro Antonio Ursone, keluarga Ursone pertama yang menginjakkan kaki di Hindia Belanda. John Henrij van Blommestein membawanya ke Lembang.

Malia Nur Alifa

Pegiat sejarah, penulis buku, aktif di Telusur Pedestrian

Kawasan Baroe Adjak sekarang dan dulu (sumber foto lama KITLV). (Foto: Dokumentasi Malia Nur Alifa)

26 Oktober 2024


BandungBergerak.id – Namanya Pietro Antonio Ursone, ia  merupakan anak pertama dari pasangan P. V. Ursone dan Maria Giuseppe Scotelaro Ursone.  Pietro lahir pada tanggal 1 Januari 1858.  Keluarga Ursone adalah keluarga sederhana asal Italia yang mencari peruntungan ke Belanda. Namun tidak lama kemudian sang kepala keluarga harus berpulang karena sakit, hingga akhirnya sang putra sulung yaitu Pietro  memutuskan untuk mendaftarkan diri sebagai anggota militer ke Hindia.

Pietro saat itu baru saja lulus sekolah hukum. Alih-alih bekerja  di kantor hukum, ia malah mendaftarkan dirinya sebagai prajurit ke Hindia.

Saat itu  tahun 1876, Pietro berpesan pada ibu dan adik lelakinya bahwa ia akan sukses di Hindia dan akan memboyong mereka ikut serta. Pada saat itu sang ibu tidak tahu apabila ia tengah hamil muda sepeninggal suaminya.

Setibanya di Batavia Pietro bertemu dengan beberapa orang anggota militer yang secar tidak langsung  “merundungnya“, karena pemuda satu ini polos dan terlihat sebagai pustakawan dibandingkan pasukan. Keadaan gaduh tersebut didengar langsung oleh seorang petinggi militer yang merupakan komandan artileri yang kebetulan lewat. Sang komandan kemudian melihat ke arah Pietro dan akhinya memanggilnya untuk mendekat.

Pietro diajak untuk mendekat oleh sang komandan. Sang komandan hanya memandanginya dari atas ke bawah, bawah ke atas kembali, terkadang menatap mata biru Pietro  dengan tajam. Tanpa mengeluarkan sepatah kata pun sang komandan memberikan  “ tanda“ pada Pietro untuk mengikutinya ke sebuah ruangan.  Di sana barulah sang komandan berbicara pada Pietro yang tampak sangat ketakutan. “ Ikutlah dengan saya ke Bandung, batalkan menjadi KNIL, Kau paham!” Sang komandan pun berlalu, dan dengan kebingungan Pietro pun mau tidak mau mengikuti apa titah sang komandan tersebut.

Perkebunan kina yang dirintis oleh Pietro Antonio Ursone. (Foto: Sumber Delpher)
Perkebunan kina yang dirintis oleh Pietro Antonio Ursone. (Foto: Sumber Delpher)

Baca Juga: TELUSUR SEJARAH LEMBANG: Kisah Cinta Romantis Giuseppe Ursone dan Anna Carolina van Dijk
TELUSUR SEJARAH LEMBANG: Kisah Perkebunan Teh Keluarga Ursone dan Permakaman Warga Tertua di Lembang
TELUSUR SEJARAH LEMBANG: Nyonya Homann dan Indahnya Kabut Lembang

Menuju Bandung

Keesokan harinya beberapa prajurit suruhan komandan menjemput Pietro dan dengan segera sang komandan pun ikut serta. Dalam pertemuan kedua tersebut sang komandan memperkenalkan diri bahwa ia adalah komandan artileri yang akan segera dikirim ke Aceh, karena kepiawaiannya sangat dibutuhkan di Aceh. 

Dalam perjalanan dari Batavia menuju Bandung, sang komandan barulah menyebutkan bahwa namanya adalah John Henrij van Blommestein. Selain seorang komandan ia juga merupakan pemilik beberapa perkebunan tebu dan beberapa pabrik gula di Jawa Tengah, yang paling terkenal adalah pabrik Gula Wonopringgo dan Tirto di Pekalongan.

Tanpa berani menatap mata sang komandan, Pietro hanya bertanya tentang tugasnya di Bandung. Lalu sang komandan hanya berkata, “Nanti kau akan menggarap perkebunan terbengkalai di Gunung Lembang.”  

Ternyata perkebunan itu adalah sebuah perkebunan tua  terbengkalai yang dahulu digarap oleh para pekerja  Andries  De Wilde, sebelum akhirnya pemerintah menganulir kepemilikan lahan atas namanya di utara Bandung. Salah satunya wilayah Gunung Lembang yang terkenal dengan nama Baroe Adjak.

Sesampainya di Bandung, Pietro tidak langsung menempati kawasan Lembang. Ia tinggal terlebih dahulu di sebuah villa mewah milik sang komandan. Villa tersebut  indah dengan teras yang langsung menghadap ke aliran sungai Cikapundung. Pada tahun 1877, ibunda dari sang komandan tersebut meninggal dunia karena serangan Jantung di usia 49 tahun di Batavia. Sehingga sang Komandan menamai villa tersebut dengan nama Villa Maria, untuk mengenang sang ibunda yang bernama Maria Johanna van Blommenstein.  Villa tersebut  kini menjadi bagian dari kantor pusat PT KAI.

Pietro hanya sesekali mengunjungi kawasan perkebunan ia kemudian kembali ditugaskan sang komandan untuk memboyong serta keluarganya yang masih ada di Belanda. Lalu Pietro pun menyurati ibu dan adiknya untuk segera berlayar ke Hindia. Tahun 1877,  ibu, adik laki- laki dan sepupu perempuan Pietro pun sampai di Batavia, namun karena saat itu sang ibu sedang hamil tua, maka mereka tinggal beberapa minggu terlebih dahulu di Batavia sebelum akhirnya ikut serta menempati villa Maria di Bandung.

Di Bandung keluarga Ursone  pun akhirnya menempati vila Maria. Banyak para warga Eropa saat itu mengatakan bahwa Villa Maria yang didedikasikan untuk Maria Johanna Van Blommestein pada akhirnya dipakai oleh Maria lainnya yang sangat beruntung yaitu Maria Giuseppe S. Ursone. Dan di villa tersebut Maria Giuseppa S. Ursone  pun melahirkan anak bungsunya yang diberi nama Alexandro Ursone pada 14 April 1877.

Rumah pertama (tertua) yang di bangun di kawasan Baroe Adjak tahun 1979. (Foto: Dokumentasi Malia Nur Alifa)
Rumah pertama (tertua) yang di bangun di kawasan Baroe Adjak tahun 1979. (Foto: Dokumentasi Malia Nur Alifa)

Mengelola Baroe Adjak

Setelah sang Komandan pergi ke medan pertempuran di Aceh,  Pietro pun semakin sering mengunjungi kawasan perkebunan. Ia mulai menanam kina di  awal tahun 1877. Dan perkebunan kina tersebut  diberi nama perkebunan kina Baroe Adjak ( N.V. Baroe Adjak), sekaligus menjadi perkebunan kina kedua tertua di Lembang setelah perkebunan kina Jayagiri. 

Pietro sempat putus asa karena perkebunan adalah hal baru baginya, namun sang komandan sering menyuratinya untuk terus maju dan terus berusaha semaksimal mungkin dalam mengembangkan perkebunan. Di tahun 1879, beberapa bulan sebelum kepulangan sang komandan kembali ke Bandung, Pietro pun kembali ditugasi untuk membangun sebuah rumah peristirahatan ditengah perkebunan dan menghadap ke utara. Rumah tersebut menjadi sebuah rumah peristirahatan indah dan paling tua di kawasan Baroe Adjak.

Ketika sang komandan datang ke perkebunan, ia pun memanggil adik dari Pietro yang bernama Giuseppe untuk ikut serta dalam jamuan di rumah baru tersebut. Dalam jamuan itu sang komandan berkata pada Giuseppe Ursone, tahun depan tolong bantu saya membuat sebuah peternakan sapi perah disini.

Kedua kakak beradik Ursone pun saling berpandangan seraya tak percaya, namun sebelum mereka mengeluarkan kata-kata, sang komandan berkata terlebih dahulu dengan nada yang keras, “ Aku yakin kau mampu, bangunlah peternakan besar , sangat besar dan paling besar disini, ditempat ini !”

Untuk kisah Giuseppe Ursone dan lahirnya peternakan Baroe Adjak akan dilanjutkan pada tulisan saya minggu depan ya.

 *Kawan-kawan dapat membaca artikel-artikel lain Malia Nur Alifa, atau tulisan-tulisan lain tentang Sejarah Lembang

Editor: Ahmad Fikri

COMMENTS

//