TELUSUR SEJARAH LEMBANG: Kisah Keluarga Ursone #4 Oerki dan Sopiah (Mavalda Ursone)
Pietro Antonio Ursone menikah dengan Oerki. Pasangan ini memilih untuk bertempat tinggal di kawasan Cipaganti.
Malia Nur Alifa
Pegiat sejarah, penulis buku, aktif di Telusur Pedestrian
16 November 2024
BandungBergerak.id – Berbeda dengan kisah Cinta Giuseppe Ursone, kisah Cinta Pietro Antonio Ursone bertambat kepada seorang gadis berusia belasan tahun dan merupakan seorang wanita Pribumi. Memang tepat pepatah yang mengatakan “ Guru kencing berdiri, murid kencing berlari” , karena Pietro ini sangat taat kepada semua yang dikatakan oleh sang komandan, maka apapun yang komandannya kerjakan, itu sebagai cermin bagi dirinya. Sang komandan menikah untuk kedua kalinya dengan seorang gadis pribumi (menak Sunda) yang juga berasal dari trah keluara besar Pasar Baru Bandung. Hal itu pun yang dilakukan Pietro, ia pun jatuh hati kepada seorang gadis muda pribumi yang sama-sama menak sunda dan sama-sama berasal dari trah keluarga besar Pasar baru Bandung.
Wanita muda itu bernama Oerki. Parasnya cantik, berkulit kuning langsat dan pandai bersenandung lagu-lagu berbahasa Sunda. Oerki bertempat tinggal di kawasan Jalan Kejaksaan, tepatnya sekarang berada tidak jauh dari Yayasan Kanker. Lagi-lagi sponsor utama atau mak comblang utama dari kisah cinta antara Pietro dan Oerki adalah sang komandan, ia terus memberikan dukungan kepada Pietro yang sudah ia anggap sebagai adiknya sendiri untuk terus maju mendapatkan hati Oerki.
Akhirnya pernikahan sederhana itu pun terjadi, namun mereka tetap dengan keyakinan mereka masing-masing, Pietro dengan kepercayaannya sebagai seorang Protestan dan Oerki dengan kepercayaannya sebagai seorang muslim. Setelah menikah pasangan ini memilih untuk bertempat tinggal di kawasan Cipaganti. Di sebuah rumah yang tidak jauh dari kawasan Jalan Eyckman sekarang. lalu Pietro pun membeli beberapa rumah lainnya di kawasan Cipaganti, salah satunya adalah rumah sedernaha yang juga dijadikan tempat penyortiran susu dari kawasan Baroe Adjak sebelum dikirim ke Bandoeng Melk Centrale, rumah tersebut berada di kawasan Jalan Hata sekarang.
Baca Juga: TELUSUR SEJARAH LEMBANG: Kisah Keluarga Ursone #1 Pietro Antonio Ursone
TELUSUR SEJARAH LEMBANG: Kisah Keluarga Ursone #2 Giuseppe Ursone
TELUSUR SEJARAH LEMBANG: Kisah Keluarga Ursone #3 Anna Carolina van Dijk (Deetje Ursone).
Mavalda Ursone
Namun pasangan ini tidak dikaruniai anak. Maka tahun 1914, mereka resmi mengangkat bayi perempuan (keturunan Italia) yang mereka beri nama Mavalda Ursone. Menurut penuturan para bekas pegawai Baroe Adjak yang menjadi narasumber saya, sosok Mavalda ini sering disebut dengan nama Neng Sopiah. Bahkan saking membuminya Neng Sopiah ini, ia tidak segan untuk bermain bersama para anak pegawai dengan bertelanjang kaki dan bersenda gurau dengan menggunakan bahasa sunda.
Selain memiliki aset berupa rumah dan villa indah di kawasan Cipaganti dan Dago, Pietro dan Oerki pun membeli sebidang tanah di utara Cipaganti dan membuat sebuah pabrik Coklat yang diberi nama Pabrik Coklat Mavalda. Pabrik tersebut cukup luas, kebun coklatnya memanjang dari Jalan Eycman, Jalan Makmur, Jalan Sejahtra, hingga Jalan Sempurna, bahkan seorang narasumber ( warga Cipaganti ) menyebutkan kebun coklat Mavalda itu hingga menuju gerbang belakang Bio Farma. Ditengah tengah kebun coklatnya terdapat sebuah kolam ikan yang disebut oleh warga sekitar dengan sebutan Situ Bunjali. Kawasan pabrik coklatnya sendiri berada di Jalan Eyckman (sekarang telah menjadi sebuah klaster mewah) tepat berada di belakang restoran Iga bakar yang terkenal di Cipaganti sekarang.
Pabrik coklat Mavalda memiliki pekerja yang sebagian besar adalah orang-orang pribumi yang bertempat tinggal di Cibarengkok dan Hegarmanah. Karena sebagian besar dari para pekerja tersebut adalah orang-orang Pribumi, maka mereka sebagian besar beragama Islam. Akhirnya Oerki mengatakan kepada Pietro, tolong bangunlah sebuah surau sebagai tempat salat dan Jumatan para pegawai. Akhirnya tak lama kemudian sebuah surau pun dibangun oleh Pietro, hingga surau sederhana tersebut pada tahun 1933 akhirnya bertrasformasi menjadi Mesjid Besar Cipaganti yang berdiri pada lahan seluas 2.675 meter persegi.
Pasangan ini memang memiliki toleransi yang cukup kuat. Terkadang Oerki kedapatan sedang membagikan makanan khas Natal pada anak- anak di Bala Keselamatan, atau pun Pietro yang selalu mengingatkan para Karyawan pabrik coklat untuk melakukan solat 5 waktu. Betul-betul sebuah pemandangan yang indah dari sebuah kisah cinta di utara Bandung pada masa kolonial.
Namun pabrik coklat Mavalda harus terbakar habis ketika pendudukan Jepang. Ketika saya menyambangi bekas lahan pabrik, seorang narasumber hanya mengatakan bahwa tidak ada yang tersisa dari gedungnya, ia hanya menunjukkan kepada saya patokan gedung pabrik itu saja yang sekarang telah berubah menjadi rumah-rumah mewah.
Dimakamkan Terpisah
Oerki pandai sekali bersenandung lagu-lagu sunda, bahkan ketika mereka sedang berada di kawasan Baroe Adjak, Oerki ini tidak segan untuk bernyayi bersama para pegawai kebun dan kandang. Ada seorang pekerja kandang yang mahir memainkan kecapi dan ia mengiringi Oerki bernyayi hingga lantunannya bergema di kawasan hijau Baroe Adjak. Pasangan ini sama-sama mencintai seni musik, Oerki dengan lagu- lagu Sundanya dan Pietro dengan lagu-lagu klasik ditemani apiknya permainan piano Pietro.
Namun sepeninggal Pietro pada 29 Mei 1935, Oerki menjadi pribadi yang pendiam, ia seperti kehilangan separuh nyawanya. Hingga kesehatan Oerki pun lambat laun memburuk dan akhirnya pada tanggal 23 September 1938, Oerki meninggal dunia. Karena perbedaan keyakinan, mereka tidak dapat dimakamkan berdampingan. Pietro Antonio Ursone dimakamkan di Musolium baru keluarga Ursone di Pandu (dipindahkan dari Kebon Jahe tahun 1934) dan Oerki dimakamkan di pemakaman muslim di kawasan Sirnaraga, Bandung.
Dari kisah cinta Pietro dan Oerki ini saya belajar banyak tentang indahnya perbedaan, bahwa segala sesuatu yang berdasarkan ketulusan dalam mencintai akan berbuah sebuah kisah yang abadi dan indah.
Minggu depan kita akan menyimak sosok bungsu dari Ursone bersaudara yang terkenal sebagai "lelaki Iseng", ia adalah Alexandro Ursone.
*Kawan-kawan dapat membaca artikel-artikel lain Malia Nur Alifa, atau tulisan-tulisan lain tentang Sejarah Lembang