• Berita
  • The Art Intifada, Membongkar Kejahatan Perang Israel terhadap Rakyat Palestina dalam Pameran Seni di Galeri Soemardja ITB

The Art Intifada, Membongkar Kejahatan Perang Israel terhadap Rakyat Palestina dalam Pameran Seni di Galeri Soemardja ITB

Pameran yang mengabarkan kekejaman Israel terhadap rakyat Palestina berlangsung di Galeri Soemardja sampai 23 Desember 2024.

Pameran Occupied Truth The art of Intifada di Galeri Soemardja ITB, Bandung, 17 Desember 2024. Pameran ini menghadirkan karya-karya seniman Indonesia dan Palestina. (Foto: Prima Mulia/BandungBergerak)

Penulis Yopi Muharam22 Desember 2024


BandungBergerak.idGenosida yang dilakukan Israel terhadap rakyat Palestina kian membabi buta. Sejak serangan pada 7 Oktober 2023 lalu, sudah ada 43 ribu lebih rakyat Palestina terbunuh, termasuk perempuan, anak-anak, dan orang tua. Acap kali Israel mengklaim serangan tersebut sebagai bentuk perindungan diri. Hal ini juga didukung oleh negara-negara adidaya macam Amerika Serikat dan sekutunya.

Upaya gencatan senjata sudah beberapa kali dilakukan. Namun nihil. Hal tersebut sering kali digagalkan oleh Amerika yang menggunakan suara hak vetonya. Kebrutalan Israel kian menjadi-jadi setelah ekspansinya ke dataran Lebanon dan Syria baru-baru ini. Banyak negara Arab yang belum merespons tindakan Israel tersebut.

Peperangan, genosida, dan perjuangan rakyat Palestina ini digambarkan dalam sebuah pameran bertajuk Occupide Truth: The Art Intifada yang digelar oleh Student for Justice in Palestina Institute Teknologi Bandung (SJP ITB). Acara tersebut digelar selama satu minggu penuh, dari 17-23 Desember 2024, di Galeri Soemardja, Gedung CAD ITB, Jalan Tamansari, Kota Bandung.

Acara yang dikuratori oleh alumnus mahasiswa jurusan seni rupa Inas Annisa Aulia menampilkan konten edukasi dan karya seni terkait penyuaraan atas kebebasan rakyat Palestina. Konten edukasi yang menampilkan karya seni ini merupakan arsip milik pribadi, The Palestinian Museum, dan Against Dehumaization.

Ada 26 karya ditampilkan dari 24 seniman. Lima seniman di antaranya merupakan seniman Palestina yang karyanya tersimpan di arsip digital The Palestinian Museum. Tidak hanya itu, ada juga sebuah televisi yang menampilkan liputan dari media Al-Jazeera selama genosida berlangsung, dan audio berjudul “Silent Night, Holy Night” karya Michael Ezekiel Parulian, sebuah musik paduan suara dibumbui suara berita tentang Palestina.

Pameran Occupied Truth The art of Intifada di Galeri Soemardja ITB, Bandung, 17 Desember 2024. Pameran ini menghadirkan karya-karya seniman Indonesia dan Palestina. (Foto: Prima Mulia/BandungBergerak)
Pameran Occupied Truth The art of Intifada di Galeri Soemardja ITB, Bandung, 17 Desember 2024. Pameran ini menghadirkan karya-karya seniman Indonesia dan Palestina. (Foto: Prima Mulia/BandungBergerak)

“Israel menjatuhkan 70.000 ton bom di Palestina atau 5,8 kali lebih banyak dibandingkan bom yang dijatuhkan di Hirosima pada tahun 1945,” tulis salah satu narasi yang ditempelkan di tengah-tengah foto korban genosida rakyat Palestina.

Inas mengungkapkan pameran yang diinisiasi oleh anak-anak SJP ITB ini merupakan sebuah bentuk untuk terus menyuarakan kebebasan Palestina. Sebab, lembaga-lembaga perdamaian dunia dinilai gagal untuk menjaga puluhan ribu nyawa yang gugur setiap harinya di Palestina.

Melalui konten edukasi yang merunut sejarah konflik Israel-Palestina yang berujung genosida ini, berusaha mengubah narasi-narasi yang kerap digeser oleh pihak-pihak tertentu. Mereka menyudutkan pejuang Palestina sebagai teroris.

“Konten aksi pergerakan pembebasan Palestina diharapkan juga menjadi pemicu berbagai pihak hingga individu untuk tidak putus untuk terus menyuarakan kebebasan Palestina,” ujar Inas, saat ditemui BandungBergerak di sela-sela pameran.

Baca Juga: Seruan Kemerdekaan untuk Perempuan Palestina Melalui Aksi Jalan Kaki Seniman Bandung
Aksi 100 Hari untuk Palestina di Bandung, Memaknai Dukungan Korea Utara

Pameran Occupied Truth The art of Intifada di Galeri Soemardja ITB, Bandung, 17 Desember 2024. Pameran ini menghadirkan karya-karya seniman Indonesia dan Palestina. (Foto: Prima Mulia/BandungBergerak)
Pameran Occupied Truth The art of Intifada di Galeri Soemardja ITB, Bandung, 17 Desember 2024. Pameran ini menghadirkan karya-karya seniman Indonesia dan Palestina. (Foto: Prima Mulia/BandungBergerak)

Bersuara dengan Lukisan

Mengutip dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), sejak Oktober 2023 serangan di Palestina telah merusak: 87 persen rumah penduduk, 80 persen fasilitas publik, 87 persen gedung sekolah, 17 dari 36 rumah sakit, 68 persen akses jalan, dan 68 persen lahan pertanian.

Salah satu zine yang tergelak di atas padestal menuliskan bahwa okupasi yang dilkaukan Israel terhadap rakyat Palestina termasuk apartheid. Konvensi apartheid PBB mendefinisikan apartheid sebagai tindakan tidak manusia yang dilakukan dengan tujuan membangun dan mempertahankan dominasi oleh satu kelompok atau ras atas kelompok ras lain dan secara sistematis dan menindas mereka.

Di deretan karya seni, terdapat sebuah lukisan yang diprint digital berukuran 150 x 100 centimeter. Karya itu milik Fatih Jagad Raya, alumnus jurusan seni rupa Universitas Pendidikan Indonesia (UPI). Lukisan tersebut berjudul Endless of Massacre. Fatih meniru lukisan karya Leonardo da Vinci berjudul The Last Supper atau lebih dikenal sebagai Yesus dan 12 murid.

Fatih menggubah lukisan tersebut dengan menggambarkan pria berbusana thobe dengan muka dililit sorban kaffiyeh dan tangan yang menunjuk ke atas arti sebuah tauhid. Di atas kepalanya terdapat gambar bumi yang merepresentasikan bahwa mata dunia tertuju pada Palestina.

Karyanya ini berbicara mengenai Hamas yang dianggap telah dituduh sebagai teroris, sehingga melanggengkan Israel untuk membalas dengan serangan membabi buta ke Palestina. Lebih dari itu, dia juga menggambarkan sebuah rudal ditempeli brand-brand ternama yang dianggap mensponsori genosida terhadap rakyat Palestina. Fatih menyuarakan untuk boikot brand tersebut melalui sebuah karya.

Sedangkan di lantainya buah semangka yang dilambangkan sebagai solidaritas kepada rakyat Palestina bergeletakan lebih kontras warnanya. Di sisi lain, banyak orang berdasi yang mata dan telinganya tertutup oleh kain. Fatih mengungkapkan simbol tersebut sebagai bentuk ketidakpedulian Israel yang telah membantai rakyat Palestina.

“Ini tuh menggambarkan bahwa mereka tidak ingin melihat dan mendengar selain dari kalangan mereka. Bahwa yang mereka lakukan telah memporakporandakan tanah Palestina,” ujar Fatih sembari menjelaskan karyanya.

Dia berharap agar rakyat Palestina segera merdeka sepenuhnya dari penjajahan Israel.

Di sisi lain, Inas mengungkapkan, dengan diselenggarakan pameran ini dapat membuka gerbang, bahwa penjajahan di atas dunia tidak hanya terjadi di Palestina saja. Di benua Afrika contohnya. Kongo dan Sudan masih terjadi konflik bersenjata yang menyebabkan banyak rakyat dari perempuan dan anak-anak terbunuh.

“Jadi kita mau bahwa pameran ini menjadi pintu gerbang kepada para pengunjung untuk lebih tahu terkait konflik di beberapa negara juga selain Palestina,” ujar Inas. Pameran Occupied Truth: The Art Intifada memiliki beberapa rangkaian acara, yakni, wicara (talkshow), penggalangan dana, pembuatan ruang membaca, serta aktivitas interaktif. Donasi ini dilakukan melalui kerja sama yang dilakukan SJP dengan Komite Nasional untuk Rakyat Palestina.  

*Kawan-kawan yang baik bisa membaca tulisan-tulisan lain dari Yopi Muharamatau artikel lain tentang Palestina

Editor: Iman Herdiana

COMMENTS

//