MAHASISWA BERSUARA: Manfaat Mengasah Pengenalan Pola Melalui Harmoni, Akor, dan Melodi
Keterampilan bermusik memberikan fondasi yang kuat untuk melatih kemampuan analisis dan problem solving, khususnya dalam konteks berpikir komputasional.
Michael Vian Tirta Wangsa
Mahasiswa Jurusan Teknik Informatika Universitas Katolik Parahyangan (Unpar) Bandung
3 Januari 2025
BandungBergerak.id – International Society for Technology in Education menyatakan bahwa kemampuan berpikir komputasional, terutama aspek pengenalan pola, merupakan salah satu keterampilan esensial yang harus dimiliki di era digital saat ini (ISTE, 2011). Meskipun kemampuan ini umumnya dikaitkan dengan bidang informatika dan teknologi, berpikir komputasional sebenarnya dapat dikembangkan melalui berbagai aktivitas sehari-hari, termasuk pembelajaran musik yang telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan. Misalnya, secara tidak sadar, seseorang yang baru saja belajar gitar biasanya tidak langsung mempelajari notasi ataupun detail-detail lagu secara mendalam, melainkan memulainya dengan mempelajari akor-akor dasar yang sering muncul dalam lagu-lagu populer.
Penyanyi dari Indonesia seperti Tulus, Mahalini, dan Bernadya yang sukses membawakan lagu-lagu dengan ciri khasnya tersendiri, merupakan bukti nyata dari penerapan pengenalan pola dalam memahami struktur musik. Pembelajaran musik tidak hanya mengembangkan kemampuan bermusik seseorang, tetapi juga meningkatkan kemampuan berpikir komputasional melalui pengenalan pola yang sistematis.
Dengan pemahaman harmoni dalam musik, seseorang dapat mengasah kemampuan pengenalan pola dengan mengidentifikasi hubungan antar nada yang membentuk kesatuan bunyi. Ketika mendengarkan musik dari berbagai genre seperti jazz, rock, ataupun pop, hasil dari perpaduan harmoni setiap genre membentuk suasana yang berbeda.
Musik jazz, seperti lagu Bitterlove karya Ardhito Pramono, sering kali menggunakan akor-akor kompleks seperti seventh dan extended chords yang memberikan karakteristik suasana kaya dan berlapis, sehingga menciptakan nuansa lembut dan tenang (Mardiyanto, 2020). Berbeda dengan musik rock, seperti lagu Back in Black karya AC/DC, yang umumnya didominasi oleh harmoni berbasis power chords dan lebih dinamis, menciptakan suasana energik yang penuh semangat. Perbedaan suasana ini tidak hanya menggambarkan karakteristik emosional setiap genre, tetapi juga menjadi pola yang dapat dikenali dengan mudah.
Baca Juga: MAHASISWA BERSUARA: Penerapan Arsitektur Berkelanjutan sebagai Pendekatan Inovatif untuk Mewujudkan Smart City
MAHASISWA BERSUARA: Pemilu oleh Rakyat Harus Tetap Diselenggarakan Lagi dan Lagi
MAHASISWA BERSUARA: Melawan Budaya Diam, Memerangi Kekerasan Seksual di Dunia Pendidikan
Memahami Progresi Akor Melatih Mengenal Pola
Pemahaman progresi akor dalam musik melatih kemampuan pengenalan pola seseorang melalui identifikasi kemiripan dan perpindahan akor yang berulang. Harmoni yang berubah secara terstruktur disebut progresi akor, yang dalam tangga nada diatonik mayor memiliki tujuh tingkatan akor, atau secara resmi disebut sebagai chord degree, yang dituliskan dengan angka romawi. Sistem angka ini sering digunakan oleh musisi untuk mempermudah komunikasi dan pemahaman perpindahan akor lagu. Sebagai contoh, bagian tengah bait lagu Satu Bulan karya Bernadya menggunakan progresi akor IV-V-iii-vi, yang ternyata identik dengan progresi akor dalam lagu Bunga Abadi karya Rio Clappy. Progresi akor IV-V-iii-vi ini, yang dikenal sebagai progresi Royal Road, sering digunakan dalam lagu pop karena memberikan aliran harmoni yang mudah diikuti dan diprediksi, sehingga memudahkan baik musisi maupun pendengar dalam mengenali dan memprediksi pola perpindahan akor.
Analisis pola perpindahan melodi juga membangun keterampilan pengenalan pola, sebab seseorang harus mengidentifikasi perubahan, variasi, dan pengulangan dari rangkaian melodi sepanjang musik. Kemampuan analisis perpindahan melodi ini memungkinkan seseorang untuk mengidentifikasi kemiripan antara berbagai karya musik, bahkan ketika dinyanyikan dalam bahasa yang berbeda ataupun berasal dari negara yang berbeda.
Fenomena ini dapat diamati dalam kemiripan yang mencolok antara bagian refrein lagu Asal Kau Bahagia karya grup musik Armada dari Indonesia dengan lagu Liu Xing Yu yang dipopulerkan oleh grup F4 dari Taiwan, di mana keduanya menggunakan perpindahan melodi dan akor yang hampir identik. Contoh lainnya adalah kemiripan melodi bait lagu yang identik antara lagu Sayang karya Via Vallen dari Indonesia dengan lagu Mirai e karya Kiroro dari Jepang. Temuan kemiripan seperti ini memperlihatkan bagaimana berpikir secara komputasi dapat dilatih secara alami untuk mengenali pola-pola serupa dalam berbagai situasi yang berbeda hanya dengan menganalisis melodi sebuah lagu (CSTA, 2011).
Berdasarkan analisis di atas, keterampilan bermusik memberikan fondasi yang kuat untuk melatih kemampuan analisis dan problem solving, khususnya dalam konteks berpikir komputasional. Dengan memahami elemen-elemen musik seperti harmoni, progresi akor, dan melodi, musik terbukti menjadi sarana yang efektif untuk mengembangkan kemampuan pengenalan pola.
Pengetahuan tentang harmoni memampukan seseorang untuk mengenali setiap genre musik dengan mengenali ciri khas dan pola-pola yang konsisten dari genre tersebut. Sementara itu, pemahaman progresi akor dan analisis melodi mempertajam kepekaan musikal seseorang melalui keberagaman pola dalam musik dari berbagai budaya dan bahasa. Melalui keterampilan bermusik yang terstruktur, seseorang tidak hanya mengembangkan pengetahuan musikal mereka, tetapi juga meningkatkan aspek pengenalan pola dalam kemampuan berpikir komputasional yang bermanfaat dalam berbagai aspek kehidupan.
*Kawan-kawan dapat membaca artikel-artikel menarik lain Mahasiswa Bersuara