• Opini
  • MAHASISWA BERSUARA: Penerapan Arsitektur Berkelanjutan sebagai Pendekatan Inovatif untuk Mewujudkan Smart City

MAHASISWA BERSUARA: Penerapan Arsitektur Berkelanjutan sebagai Pendekatan Inovatif untuk Mewujudkan Smart City

Integrasi pendekatan arsitektur berkelanjutan dan Smart City berpotensi menciptakan kota yang lebih sehat, ramah lingkungan, dan nyaman bagi warganya

Jessica Sunglydia

Mahasiswa Jurusan Arsitektur Universitas Katolik Parahyangan (Unpar) Bandung

Ilustrasi. Arsitektur hijau. (Ilustrator: Bawana Helga Firmansyah/BandungBergerak)

20 Desember 2024


BandungBergerak.id – Pencemaran lingkungan, polusi, dan perubahan iklim yang ekstrem bukan lagi hal yang asing bagi kita terutama sejak revolusi industri. Ketidakseimbangan ekosistem akibat peningkatan populasi, emisi karbon, penggunaan material yang tidak ramah lingkungan dan sebagainya menandakan bahwa kualitas hidup manusia kian memburuk. Hal ini menjadi tantangan serius karena banyak kota bahkan negara yang mengalami tekanan dan permasalahan seperti kemacetan lalu lintas, polusi udara, serta terbatasnya ketersediaan lahan yang diakibatkan oleh ulah manusia sendiri.

Konstruksi merupakan salah satu penyebab utama dari permasalahan-permasalahan tersebut. Dampak negatif dari konstruksi bisa sangat beragam dan hal ini disebabkan dari berbagai macam kegiatan seperti eksploitasi sumber daya alam secara berlebihan, penggunaan material yang tidak ramah bagi lingkungan dalam jangka waktu yang panjang dan masih banyak lagi. Tetapi, manusia tidak mungkin dilarang untuk melakukan pembangunan karena hal ini merupakan kebutuhan pokok dari setiap manusia. Dengan demikian, untuk mengatasi masalah ini diperlukan sebuah pendekatan inovatif yang mampu mengurangi dampak negatif dari konstruksi masa kini sekaligus menjaga keseimbangan ekosistem yaitu arsitektur berkelanjutan.

Baca Juga: MAHASISWA BERSUARA: Mengapa Benjamin Netanyahu Tidak Kunjung Ditangkap setelah Terbitnya Arrest Warrant ICC?
MAHASISWA BERSUARA: Strategi Pembelajaran Kontekstual untuk Berpikir Kritis dengan Matematika dalam Kehidupan Sehari-hari
MAHASISWA BERSUARA: Pembiayaan Infrastruktur di Indonesia, antara Dilema Utang dan Ancaman pada Kedaulatan Ekonomi Indonesia

Konsep Arsitektur Berkelanjutan Solusi Tantangan Lingkungan

Arsitektur Berkelanjutan (Sustainable Architecture)  atau mungkin yang lebih kita kenal dengan istilah arsitektur hijau merupakan pendekatan serta jawaban dalam proses menyeimbangkan kembali ekosistem. Istilah "berkelanjutan" (sustainable) digunakan karena mengacu pada prinsip pemanfaatan sumber daya alam yang tidak merusak atau menghabiskannya, sehingga generasi mendatang masih dapat memenuhi kebutuhan mereka, tetapi dalam konteks arsitektur Ragheb dan El-Shimy (2016) mengemukakan bahwa "berkelanjutan" dimaksudkan untuk bangunan atau infrastruktur yang dirancang mampu bertahan dalam jangka waktu yang panjang tanpa menyebabkan kerusakan lingkungan yang signifikan, sambil tetap menyediakan kenyamanan dan fungsi yang dibutuhkan manusia.

Pada Talkshow Bumi Hijaumu, Action @ Kampus dengan tema ‘Green is More’  yang digelar di Fakultas Teknik UGM, Selasa (8/6/2010), Ketua Jurusan Teknik Arsitektur dan Perencanaan, Fakultas Teknik UGM, Ir. T. Yoyok Wahyu Subroto, M.Eng., Ph.D. mengatakan bahwa sektor konstruksi menghasilkan sekitar 33% dari emisi karbon global, yang sebagian besar berasal dari pembakaran bahan bakar fosil serta penggunaan material bangunan seperti beton dan baja. Hal ini tentu tidak dapat kita abaikan terus menerus karena emisi karbon memiliki berbagai dampak negatif terhadap lingkungan dan kehidupan manusia dimulai dari perubahan iklim, kesehatan manusia dan lain sebagainya. Oleh karena itu, permasalahan tersebut juga dapat diatasi melalui penerapan arsitektur berkelanjutan karena penerapan arsitektur berkelanjutan bukan hanya mengacu pada pemanfaatan sumber daya alam tetapi juga meliputi  proses pembangunan, operasional bangunan, pemeliharaan, material, efisiensi energi, dan aspek-aspek lainnya.

Singapura Pelopor Praktik Arsitektur Berkelanjutan

Singapura dikenal pelopor praktik arsitektur berkelanjutan karena negara-kota ini telah membuat langkah luar biasa dalam penggunaan material ramah lingkungan dan teknik konstruksi berkelanjutan. Karena hal ini, Singapura dianggap sebagai pemimpin global dalam arsitektur berkelanjutan.  Terdapat beberapa contoh praktik arsitektur berkelanjutan di Singapura salah satunya adalah dengan menggunakan kembali material seperti kayu reklamasi, beton daur ulang, dan baja yang telah digunakan kembali. Dengan praktik ini, Singapura telah mengurangi jejak karbonnya dan juga menerapkan sistem ekonomi sirkular. Contoh penerapan arsitektur berkelanjutannya lainnya di negara Singapura  adalah penggunaan panel surya pada bangunan-bangunannya yang merupakan salah satu langkah solutif dalam penerapan efisiensi energi. Pemandangan panel surya pada atap gedung-gedung merupakan hal yang sudah cukup biasa di negara ini, hal ini berfungsi untuk memanfaatkan energi matahari dan menghasilkan energi yang bersih.

Salah satu contoh studi kasus yang dapat kita amati adalah Parkroyal Collection Pickering Hotel. Bangunan ikonik ini menawarkan fitur ramah lingkungan seperti tanaman hijau subur di setiap lantai. Melalui contoh tersebut, dapat kita amati bahwa bangunan ini didesain dengan menerapkan sistem efisiensi ruang karena setiap ruang dirancang secara tidak sia-sia dan setiap lahan yang ada memiliki dampak positifnya masing-masing bagi lingkungan. Tidak hanya mengurangi dampaknya terhadap lingkungan tetapi praktik ini juga menciptakan pengalaman ruang yang unik dan menakjubkan secara visual bagi para tamu karena menggabungkan konsep bangunan modern dengan ruang yang organik sehingga menghasilkan sebuah harmoni yang dapat dirasakan oleh setiap pengguna ruang.

Konsep Smart City, Korelasinya dengan Arsitektur Berkelanjutan

Menurut Pratama (2014), smart city merupakan suatu konsep pengembangan, penerapan,  dan implementasi teknologi yang diterapkan di suatu daerah sebagai sebuah interaksi yang  kompleks di antara berbagai aspek yang ada di dalamnya. Pengembangan ini smart city didasari oleh beberapa aspek yang dijadikan sebagai landasan dimana aspek-aspek ini menyesuaikan pada masing-masing kota. Salah satu contoh yang dapat kita lihat adalah di Jakarta, dimana pengembangan smart city mengadopsi enam aspek, yakni smart governance, smart economy, smart environment, smart mobility, smart people, dan smart living. Dengan menata aspek-aspek tersebut dengan sistem yang baik, maka suatu daerah dapat mewujudkan smart city dan kualitas hidup yang lebih baik bagi warga daerah tersebut. Selanjutnya, dengan melihat aspek-aspek yang ada arsitektur berkelanjutan dan konsep smart city memiliki hubungan yang erat, karena keduanya berfokus pada pengelolaan sumber daya yang efisien, peningkatan kualitas hidup, serta pengurangan dampak lingkungan.

Penerapan arsitektur berkelanjutan untuk mewujudkan smart city harus dimulai dari aspek smart governance (pemerintah). Hal ini dapat kita contoh juga dari negara Singapura dimana pemerintah Singapura mempromosikan arsitektur berkelanjutan melalui penerapan kebijakan dan peraturan yang komprehensif seperti The Building & Construction Authority (BCA) yang telah menetapkan standar yang ketat untuk desain arsitektur keberlanjutan dan efisiensi energi pada bangunan. Dengan adanya kebijakan-kebijakan yang mendorong penerapan arsitektur berkelanjutan, hal ini akan diterapkan oleh warga negara tersebut (smart people) sehingga menghasilkan arsitektur yang lebih baik lagi dalam memperhatikan lingkungan, kesehatan dan lain sebagainya. Dengan terwujudnya kedua aspek tersebut, otomatis aspek lainnya seperti smart economy, smart environment, smart mobility akan terwujud seiring berjalannya waktu. Contohnya seperti penerapan arsitektur berkelanjutan berpengaruh baik pada ekonomi karena penggunaan material-material tertentu & efisiensi energi yang dapat menghemat pengeluaran baik dari segi proses pembangunan maupun operasional sebuah bangunan. Adapun contoh lainnya seperti penggunaan material-material konstruksi yang ramah lingkungan, dimana hal ini dapat berpengaruh baik pada lingkungan sehingga perwujudan smart environment dapat lebih mudah untuk dicapai.

Penerapan Arsitektur Berkelanjutan sebagai Perwujudan Smart City di Indonesia

Perwujudan smart city di Indonesia sendiri telah berlangsung selama satu dekade terakhir. Hal ini mulai diterapkan pada ibu kota Jakarta pada tahun 2014 dan disusul oleh kota-kota besar lainnya seperti Bandung, Surabaya, Yogyakarta. Pembangunan-pembangunan yang dilakukan di kota-kota ini mulai lebih mengedepankan konsep yang lebih ramah lingkungan untuk mewujudkan program smart city di Indonesia terutama pada aspek smart environment. Contoh kasus yang dapat kita amati adalah Menara Astra di Jakarta, dimana gedung ini menggunakan teknologi hemat energi, seperti kaca low-emissivity untuk mengurangi panas matahari, pengelolaan air limbah, dan taman hijau di beberapa lantai. Menara ini telah dikategorikan sebagai Green Mark Platinum Building yang diberikan oleh The Building of Construction Authority (BCA) Singapore yang telah disinggung sebelumnya. Dari contoh kasus tersebut, dapat kita amati bahwa pemerintah & masyarakat di Indonesia telah mulai menerapkan arsitektur hijau yang berpadu dengan smart city karena hal ini sangat penting untuk mendukung keberlanjutan lingkungan.

Kesimpulan

Kerusakan lingkungan yang dipicu oleh pembangunan menuntut pendekatan inovatif dan berkelanjutan agar dampaknya dapat diminimalkan. Arsitektur berkelanjutan hadir sebagai solusi dalam meningkatkan efisiensi penggunaan setiap aspek yang dibutuhkan dalam bangunan. Di sisi lain, perwujudan smart city diperkuat oleh penerapan arsitektur berkelanjutan melalui pemantauan konsumsi energi, pengelolaan air, dan kualitas udara secara efisien sehingga aspek-aspek smart city terpenuhi. Integrasi kedua pendekatan ini berpotensi menciptakan kota yang lebih sehat, ramah lingkungan, dan nyaman bagi warganya. Dengan demikian, sinergi antara arsitektur berkelanjutan dan smart city menjadi fondasi penting bagi masa depan pembangunan perkotaan yang seimbang dan berkelanjutan.

 *Kawan-kawan dapat membaca artikel-artikel menarik lain Mahasiswa Bersuara

Editor: Ahmad Fikri

COMMENTS

//