Rekaman Gempa di Jawa Barat Sepanjang 2024 Mencapai 1.321 Kali, Sosialisasi dan Edukasi Kebencanaan Mutlak Diperlukan
Dari ribuan kali gempa di Jawa Barat yang tercatat BMKG, dua di antaranya gempa merusak yaitu gempa Sumedang dan Kertasari, Kabupaten Bandung.
Penulis Muhammad Akmal Firmansyah3 Januari 2025
BandungBergerak.id - Selama 2024 kemarin, di wilayah Jawa Barat tercatat terjadi gempa bumi sebanyak 1.321 kali, dengan rincian: 1.184 kejadian di kedalaman dangkal, 133 gempa bumi menengah, dan 4 kejadian dengan rentang 2 - 349 kilometer (data BMKG). Para ahli menyatakan, kondisi geologi Jawa Barat memiliki kerentanan bencana geologi yang cukup tinggi.
Gempa bumi paling berdampak selama 2024 antara lain gempa Sumedang dan gempa Kertasari, Kabupaten Bandung. Gempa Sumedang terjadi bertepatan dengan malam tahun baru, Minggu, 31 Desember 2023. Sumber lindu diduga kuat berasal dari aktivitas patahan gempa bumi aktif sesar Cileunyi Tanjungsari yang terletak berjarak sekitar 1,5 km timur Kota Sumedang.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Barat melaporkan terdapat 14 desa di wilayah gempa Sumedang yang terdampak, yakni Kampung Babakan Hurip, Kelurahan Kotakaler; Kampung Rancapurut, Desa Rancamulya; Kecamatan Sumedang Utara, dan Kecamatan Sumedang Selatan. Diperkirakan terdapat 84 unit rumah rusak ringan hingga berat. Juga terdapat warga luka-luka karena tertimpa bangunan.
Tanggal 1 Januari 2024, jalan dan halaman RSUD Sumedang dipenuhi lebih dari 300 pasien yang dievakuasi ke lima tenda darurat setelah beberapa ruangan rawat darurat di RSUD Sumedang rusak dan roboh bagian atapnya.
Gempa juga mengguncang Kertasari, Kabupaten Bandung, Rabu, 18 September 2024. Gempa berkuatan 4,9 magnitudo ini terjadi akibat aktivitas Sesar Garut Selatan (Garsela). Menurut dokumen Ulasan Guncangan Tanah Akibat Gempabumi di Kertasari Kabupaten Bandung, sesar aktif Garsela dikenal dengan karakteristik pergerakan geser turun (oblique normal).
Akibat gempa bumi ini, BPBD Jawa Barat menyebutkan sebanyak 700 rumah terdampak, 16 fasilitas pendidikan, 5 fasilitas kesehatan, dan 32 tempat ibadah. Sementara jumlah korban 450 jiwa mengungsi, 58 jiwa luka ringan, dan 23 jiwa luka berat. Dampak tersebut terutama dirasakan warga Kertasari dan Kabupaten Garut.
Dalam catatan Badan Meteorologi Klimatologi Geofisika (BMKG), di antara rentetan gempa bumi di Jawa Barat lindu terbesar berkuatan 6,5 magnitudo, dan yang terkecil 1,1 magnitudo.
Kepala BMKG Stasiun Bandung Teguh Rahayu menuturkan, dilihat dari letak hiposenternya, 806 gempa bumi terjadi di laut dan sebagian besar di selatan Pulau Jawa akibat aktivitas sesar aktif dasar laut dan adanya subduksi pertemuan lempeng tektonik Indo-Australia dan Eurasia.
Sementara, 407 lindu mengguncang terjadi di darat dengan kedalaman dangkal disebabkan aktivitas sesar lokal, 108 gempa bumi lainnya terjadi juga di darat akan tetapi diakibatkan adanya aktivtas lempeng tektonik Indo-Australia.
Teguh mengingatkan masyarakat untuk tetap tenang serta tidak terpengaruhi oleh isu yang tidak bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya. Masyarakat diharapkan menghindari bangunan-bangunan retak atau rusak yang diakibatkan oleh gempa bumi.
Gempa Kertasari
BMKG menyebut, karakteristik geologi gempa Kertasari, Kabupaten Bandung sangat kompleks dan beragam hal ini dibentuk dari kombinasi aktivitas vulkanik dan tektonik selama jutaan tahun. Di Kecamatan Kertasari yang menjadi pusat gempa didominasi batuan vulkanik muda seperti lava basalt, tufa, dan breksi vulkanik.
Batuan tersebut merupakan hasil dari aktivitas gunung api purba berulang. Batuan vulkanik sendiri memiliki porositas yang tinggi dan menyebabkan infiltrasi air serta pelapukan. BMKG mengatakan, struktur geologi di wilayah ini dipengaruhi signifikan oleh keberadaan Sesar Garsela. Aktivitas sesar menyebabkan deformasi tanah yang signifikan hingga meningkatkan potensi terjadinya longsor dan pergeseran tanah, terutama daerah yang jauh dari sesar.
Berdasarkan analisis geologi dan tektonik, Kecamatan Kertasari atau pun di kecamatan-kecamatan tetangganya baik seperti Kecamatan Pangalengan, Majalaya, dan Pacet memiliki resiko geologi yang sangat beragam, dipengaruhi jenis batuan, struktur geologi, dan kondisi topografi.
“Aktivitas sesar aktif, seperti Sesar Garsela, memberikan kontribusi besar terhadap kerentanan wilayah ini terhadap gempa bumi, longsor, dan fenomena geologi lainnya,” demikian analisas BMKG.
Mitigasi dan Mengindentifikasi Zona Rawan Gempa Bumi Jawa Barat
Zulfiadi Zakaria, Ismawan, dan Iyan Haryanto di artikel berjudul ‘Indentifikasi dan Mitigasi Pada Zona Rawan Gempa Bumi di Jawa Barat’ menjelaskan, Jawa Barat berdasrakan Peta Wilayah Rawan Gempa Bumi yang dikeluarkan PVMBG tahun 2006 terdapat patahan atau sesar-sesar yang aktif dan berpotensi menghasilkan gempa merusak. Sesar yang cukup dikenal yaitu Sesar Cimandiri, Sesar Lembang, dan Sesar Baribis.
“Di lautan, atau di bagian selatan Pantai Jawa Barat, bahkan gempa yang terjadi telah menimbulkan tsunami yang menyapu Pantai Pangandaran dan sebagian pantai Jawa Tengah pada tanggal 17 Juli 2006,” tulis para ahli geologi Unpad dalam artikel yang dimuat di Bulletin of Scientific Contribution Volume 9 Nomor 11 tahun 2011.
Para peneliti mengatakan, dengan kondisi tersebut maka informasi geologi sangat penting untuk memahami gempa bumi. Selain itu, mitigasi bencana geologi lain seperti tsunami, leutsan gunung api, dan longsor juga sama pentingnya.
Mitigasi atau pengurangan dampak risiko bencana gempa yang harus disosialisasi melalui berbagai aktivitas dibantu oleh para ahli dari berbagai displin ilmu, antara lainnya ahli kebumian atau geolog baik melalui seminar, penyluhan kepada masyarakat umum atau pemerintah daerah setempat.
*Kawan-kawan dapat membaca karya-karya lain dari Muhammad Akmal Firmansyah, atau artikel-artikel lain tentang berita-berita lain tentang gempa bumi