• Opini
  • MAHASISWA BERSUARA: Mengapa Pola Pikir yang Menekankan Konsistensi itu Penting?

MAHASISWA BERSUARA: Mengapa Pola Pikir yang Menekankan Konsistensi itu Penting?

Penerapan pola pikir yang menekankan konsistensi membangun ketahanan mental yang memungkinkan individu untuk melihat kegagalan sebagai langkah pembelajaran.

Moses Chrismanto

Mahasiswa Universitas Katolik Parahyangan (Unpar) Bandung

Ilustrasi. Kesehatan mental sama pentingnya dengan kesehatan fisik. (Ilustrator: Bawana Helga Firmansyah/BandungBergerak.id)

13 Januari 2025


BandungBergerak.id – Setiap individu pasti memiliki tujuan dalam hidup yang ingin dicapai, baik dalam aspek pribadi, akademik, maupun profesional. Namun, dalam mencapai tujuan tersebut bukan hanya soal kemampuan atau peluang, tetapi juga bagaimana seseorang mengelola pola pikirnya. Menurut data penelitian yang telah dikumpulkan oleh Growth Center berkolaborasi dengan Klob.id dari 10.409 mahasiswa dan lulusan universitas di Indonesia menunjukkan bahwa sebagian besar mahasiswa tersebut sudah memiliki pola pikir yang menekankan pada konsistensi. Dapat dikatakan bahwa pola pikir yang tepat memainkan peran krusial dalam membentuk cara seseorang menghadapi tantangan, merespons kegagalan, dan terus maju dalam mencapai keberhasilan.

Salah satu pola pikir yang efektif adalah pola pikir yang berfokus pada konsistensi, di mana individu terus berusaha belajar dan berkembang meskipun menghadapi hambatan. Dengan demikian, penerapan pola pikir yang menekankan konsistensi terhadap pertumbuhan dapat menentukan keberhasilan untuk mencapai tujuan seseorang. Lantas, ada apa dengan konsistensi dalam pola pikir tersebut?

Baca Juga: MAHASISWA BERSUARA: Kenaikan PPN 12 Persen, Bukti Apatisme Politik?
MAHASISWA BERSUARA: No Viral No Justice, Kekuatan Moral di Era Media Sosial
MAHASISWA BERSUARA: Penegakan HAM sebagai Kunci Peningkatan Derajat Perempuan di Indonesia

Konsistensi Menciptakan Kebiasaan

Pola pikir yang berlandaskan pada konsistensi memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap perkembangan seseorang. Tidak sedikit orang yang berhasil membangun kebiasaan positif dari pendekatan yang konsisten. Konsistensi dapat membantu dalam mencapai tingkat produktivitas yang lebih tinggi. Dengan menjalankan tindakan yang sama secara konsisten, dapat mengurangi waktu dan energi yang terbuang karena perlu beradaptasi dengan perubahan yang terus-menerus berubah. Sehingga seiring waktu, justru orang-orang cenderung menjadi lebih terampil, produktif dan efesien dalam melakukan hal tertentu. Sebuah penelitian oleh Dr. Troy Smith dari University of Nebraska (2020) menemukan bahwa karyawan menunjukkan performa dan kesejahteraan yang lebih baik ketika diberikan tantangan yang konsisten dalam pekerjaan mereka, dibandingkan dengan ketika tingkat tantangan yang labil (berfluktuasi). Ketidakkonsistenan dalam tingkat tantangan terbukti meningkatkan kecemasan dan menurunkan kinerja.

Selain itu, dengan konsisten orang dapat membangun kebiasaan kecil yang dilakukan secara rutin dan terstruktur untuk berkembang dalam mencapai tujuan besar. Tahapan yang terstruktur merupakan hal yang lebih efektif dalam mendukung perkembangan seseorang. Sebagai contoh, belajar setiap hari secara singkat lebih efektif daripada belajar intens hanya sesekali. Hal itu telah diakui oleh berbagai penelitian bahkan organisasi internasional seperti UNESCO dan OECD. Menurut UNESCO (1995), pembelajaran yang konsisten memungkinkan orang untuk lebih memahami dan mengingat materi secara efektif, karena pengulangan yang berkelanjutan memperkuat pengetahuan jangka panjang yang berujung dalam menciptakan kebiasaan (habit) itu sendiri.

Membangun Ketahanan Mental

Pola pikir yang berorientasi pada pertumbuhan memungkinkan individu menghadapi kegagalan dengan cara yang lebih sehat. Dengan pola pikir tersebut individu dapat lebih bijak untuk membangun ketahanan mental akibat suatu kegagalan. Seperti yang disebutkan oleh Maudy Ayunda (2022) dalam videonya yang berjudul Disiplin Membangun Kebiasaan menyatakan bahwa “gagal hanya ketika berhenti mencoba”. Evaluasi pengalaman dan ingin belajar dari kegagalan merupakan salah satu cara bagi seseorang untuk dapat berkembang dan melatih ketahanan mentalnya. Membangun pola pikir secara internal (dalam diri) bukan menjadi suatu perkara yang mudah, akan tetapi dibutuhkan kesiapan mental dalam menghadapi pengaruh-pengaruh negatif yang dapat mengganggu perkembangan.

Ditemukan data tingkat depresi antarnegara 2023 yang dimuat laman World Population Review menyebutkan, Ukraina menjadi urutan pertama sebagai negara dengan penduduk terdepresi sebanyak 2.800.587 kasus atau sebesar 6,3 persen dari jumlah penduduk. Urutan kedua ditempati Amerika Serikat dengan 17,491,047 kasus (5,9 persen) dan disusul Estonia 75.667 kasus (5,9 persen). Salah satu hal yang penting dalam membangun ketahanan mental adalah mengembangkan kemandirian dan kepercayaan diri. Ketika seseorang merasa percaya diri, mereka akan lebih siap menghadapi tantangan dan tekanan dalam hidup. Kemandirian memungkinkan seseorang untuk mengandalkan diri sendiri dan menemukan solusi atas masalah yang dihadapi. Sehingga akan membuatnya ingin belajar dari kesalahan dan tidak terpuruk oleh kegagalan atau ketidakstabilan mental itu sendiri.

Individu yang memiliki ketahanan mental yang baik dapat membantu tetap konsisten dan produktif di tengah tantangan. Di Indonesia, Undang-Undang Kesehatan No. 23/1992 menyatakan bahwa kesehatan adalah keadaan kesehatan fisik, mental dan sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Pernyataan ini menekankan pentingnya kesehatan mental sebagai fondasi produktivitas individu. Dalam menghadapi tantangan, ketahanan mental memungkinkan seseorang untuk tetap tenang, berpikir jernih, dan mengambil langkah strategis, sehingga tidak hanya bertahan tetapi juga berkembang. Selain itu, konsistensi juga tetap berperan bagi seseorang untuk terus mencoba hingga menemukan solusi yang tepat. Dengan demikian pola pikir membantu individu tetap konsisten meskipun menghadapi kesulitan, karena mereka memahami bahwa setiap upaya berkontribusi pada perkembangan mereka.

Pola Pikir Meningkatkan Kemampuan Beradaptasi

Kemampuan beradaptasi adalah keunggulan lain dari pola pikir yang terbuka dan berkembang. Hal ini terjadi karena individu dengan pola pikir yang terbuka terhadap perubahan cenderung lebih fleksibel dalam menghadapi tantangan dan permasalahan baru. Seseorang akan lebih mudah menemukan solusi baru dan tidak terjebak dengan cara berpikir lama, yang mungkin sudah ketinggalan zaman atau tidak lagi relevan dengan situasi terkini. Inilah yang membuat seseorang dapat berpikir lebih inovatif dan ekspolratif sehingga membuatnya lebih dapat beradaptasi seiring dengan berbagai perubahan, bahkan jika itu mencoba metode atau cara yang belum pernah dicoba sebelumnya.

Di era yang penuh perubahan, seperti revolusi digital, kemampuan untuk terus belajar dan menerima perubahan menjadi sangat penting. Sebagai contoh, seseorang akan memiliki peluang bisnis yang lebih besar jika memanfaatkan teknologi di era digital seperti alat-alat berbasis digital dibandingkan dengan mereka yang tidak beradaptasi dan tidak memanfaatkan fasilitas digital. Terdapat data pada tahun 2019, Starbucks memiliki 1,900 gerai baru sehingga menaikan pertumbuhan sebesar 7%. Hal ini karena manajemen memanfaatkan tools AI bernama Deep Brew yang berguna untuk lokasi strategis, menganalisis populasi, tingkat pendapatan, lalu lintas dan kompetitor. Dari informasi yang terkumpul, lahirlah hasil perkiraan laba dan aspek ekonomi lainnya. Penggunaan data yang ekstensif, perusahaan mampu mendorong penjualan dengan menu optimization. Tersedia program Starbuck Reward untuk mengetahui keinginan dan selera konsumennya. Hal ini dapat menjadi bukti bahwa perkembangan pola pikir bisa memberikan dampak positif untuk kemampuan beradaptasi individu bahkan kelompok. Pola pikir mengambil peran yang krusial untuk beradaptasi dengan perubahan zaman.

Penerapan pola pikir yang menekankan konsistensi terhadap pertumbuhan terbukti memiliki dampak yang signifikan dalam mencapai tujuan hidup. Dengan konsistensi, seseorang dapat membentuk kebiasaan produktif yang secara bertahap mendorong perkembangan pribadi. Selain itu, pola pikir ini juga membangun ketahanan mental yang memungkinkan individu untuk melihat kegagalan sebagai langkah pembelajaran, bukan sebagai akhir dari perjalanan. Ketahanan mental ini memegang peranan yang krusial agar seseorang tetap konsisten menghadapi tantangan yang ada. Dengan demikian pola pikir yang berkembang meningkatkan kemampuan untuk beradaptasi dengan perubahan, mempercepat pencapaian tujuan dengan mengubah rasa takut terhadap kegagalan menjadi motivasi untuk berinovasi. Oleh karena itu, penting bagi setiap individu untuk mengembangkan pola pikir yang positif, karena itu adalah kunci utama (investasi) untuk keberhasilan. Mulailah dengan langkah kecil namun konsisten, dan jangan takut untuk beradaptasi dengan perubahan, karena hal tersebut akan membawa kita lebih dekat menuju pencapaian yang diinginkan.

*Kawan-kawan dapat membaca artikel-artikel menarik lain Mahasiswa Bersuara

Editor: Ahmad Fikri

COMMENTS

//