• Kolom
  • TELUSUR SEJARAH LEMBANG: Selamat Datang di Lembangweg #1

TELUSUR SEJARAH LEMBANG: Selamat Datang di Lembangweg #1

Kawasan Lembangweg dulu menjadi penanda batas di utara Kota Bandung. Kawasan tersebut membentang dari Jalan Cihampelas hingga Jalan Setiabudi kini.

Malia Nur Alifa

Pegiat sejarah, penulis buku, aktif di Telusur Pedestrian

Sebuah rumah yang nantinya menjadi Setiabudi Supermarket yang halamannya sempat dijadikan terminal angkutan umum menuju Lembang dan Subang. (Foto: Wibowo)

10 Februari 2025


BandungBergerak.id – Kawasan Lembangweg adalah merupakan sebuah penanda arah menuju ke utara dari Bandung menuju kawasan Lembang. Kawasan ini dahulu dimulai di utara Cicendo tepatnya di perempatan Jalan Cicendo, Jalan Pajajaran, dan Jalan Cihampelas. Dahulu sebelum 1906 kawasan Lembangweg adalah penanda kawasan luar Bandung atau Bandung coret.

Namun ketika Bandung ditetapkan sebagai Gemeente pada 1906 dan kawasan Bandung semakin luas, maka yang disebut kawasan menuju Lembang pun mundur terus beberapa kilometer ke arah utara walau keberadaan nama Lembangweg masih pada letak semula. Sejak 1906 itulah kawasan penanda Lembang dan Bandung dipakai. Dibuatlah sebuah tugu pemisah antara mana kawasan Gemeente, mana kawasan luar Gemeente.

Tugu pertama  dibangun di utara jalan Cipaganti, tepatnya di sebuah taman di seberang Setiabudi Supermarket sekarang. Hal ini menandai bahwa dari batas tugu tersebut ke atas adalah bukan kawasan kota, melainkan kawasan luar kota dan jalan menuju kawasan Lembang.

Maka dari itu di kawasan tersebut banyak ditemui pabrik-pabrik seperti pabrik permen Webert di gedung yang sekarang menjadi Factory Outlet Rumah Mode, pabrik permen Davos dan biskuit di atas terminal Ledeng, pabrik karung goni di gedung yang menjadi wisma Angkasa Jalan Setiabudi sekarang, pabrik selai di sebuah gedung yang sekarang menjadi Borma Setiabudi, serta masih banyak lagi.

Selain pabrik, sebuah terminal yang  terdapat angkutan umum menuju arah Lembang dan Subang pun berada di halaman sebuah rumah yang nantinya menjadi Setiabudi Supermarket.  Angkutan umum tersebut wujudnya seperti oplet di sinetron Si Doel Anak Sekolahan. Angkutan tersebut pun masih sangat terbatas, dapat dihitung jari dan ketika sore, kira-kira setelah pukul 3, terminal tersebut sudah sangat sepi.     

Namun ketika tahun 1949 ketika kota Bandung menjadi Negara Pasundan, batas kota tersebut pun mundur kembali beberapa kilometer terus menuju ke utara hingga tepat di batas kota Bandung dan Kecamatan Lembang sekarang. Hal tersebut membuat kawasan tugu dan terminal pun harus dipindahkan mundur terus ke arah utara, hingga akhirnya kawasan terminal angkutan umum hingga sekarang berada di kawasan Ledeng.

Hingga akhirnya kawasan yang tadinya merupakan luar kota Bandung pada sebelum 1949, masuk ke dalam wilayah kota Bandung setelah  yang menjadikan semakin besarnya kawasan kota Bandung dan semakin semaraknya kawasan tersebut. Bahkan kawasan Vila Isola yang tadinya merupakan kawasan luar kota Bandung pada akhirnya termasuk ke dalam wilayah kota Bandung .

Selain itu nama Lembangweg atau Jalan Raya Lembang pun tidak lagi digunakan. Kawasan Lembangweg ke arah Utara berubah menjadi Jalan Cihampelas hingga terus ke utara pun berubah menjadi Jalan Setiabudi. Nama Jalan Raya Lembang dipakai hingga sekarang dari batas tugu pemisah kota Bandung dan Kecamatan Lembang.

Angkutan umum Bandung-Lembang tahun 1940-an. (Foto: Wibowo)
Angkutan umum Bandung-Lembang tahun 1940-an. (Foto: Wibowo)

Baca Juga: TELUSUR SEJARAH LEMBANG: Yang Tersisa di Lembang
TELUSUR SEJARAH LEMBANG: Kisah di Balik Buku Baroe Adjak

Serba-serbi di Kawasan Lembangweg

Lalu apa saja yang ada di kawasan Lembangweg yang paling terkenal, akan mulai saya jabarkan satu persatu. Banyak sekali yang bertanya mengapa Lembangweg diganti menjadi Jalan Setiabudi, mengapa harus nama Setiabudi?

Sebetulnya di kawasan Lembangweg dahulu terdapat rumah yang diberi nama “ Djiwa Djuwita”. Sebuah rumah mungil milik Dr. Setiabudi atau yang lebih dikenal sebagai Ernest Francois Eugene Douwes Dekker (Danudirdja Setiabudi). Rumah tersebut pun sekarang masih berdiri tegak dan anggun. Lokasi rumah tersebut tidak jauh dari Borma Setiabudi.

Untuk yang kurang familier pada sosok Setiabudi ini, ia adalah seorang pejuang kemerdekaan dan pahlawan nasional Indonesia. Ia adalah seorang peletak dasar nasionalisme Indonesia di abad ke-20. Ia juga merupakan seorang penulis yang sangat kritis terhadap kebijakan pemerintah Hindia Belanda. Ia juga seorang penggagas nama nusantara sebagai nama untuk Hindia Belanda yang merdeka. Yang paling terkenal dari sosok Setiabudi ini adalah dirinya merupakan satu dari tiga serangkai pejuang pergerakan kemerdekaan selain dari Tjipto Mangoenkoesoemo dan Soewaedi Soeryaningrat.

Di kawasan Lembangweg pun terdapat waterleiding Tjibadak yang berada di belakang terminal Ledeng, bahkan penamaan Ledeng yang kita kenal selama ini sebagai sebuah terminal yang berada paling utara dari kota Bandung adalah sebuah pelafalan warga sekitar dari waterleiding.

Yang paling terkenal di kawasan Lembangweg adalah berdirinya Vila Isola, sebuah vila indah yang dimiliki oleh seorang bos media Aneta yang bernama Dominique Willem Berretty.  Sebuah vila yang menjadi saksi kaosnya ketika pasukan Jepang merangsek masuk ke kawasan kota Bandung dan hendak membombardir kota Bandung. Di Vila Isola inilah sebuah taplak meja besar berwarna putih dikibarkan di atap Vila Isola hingga menjadi pertanda bahwa seluruh Hindia Belanda menyerah kepada Jepang pada Maret 1942.

Lalu terdapat pula sebuah vila yang dijuluki “ Vila De Vlucht Heuvel”, sebuah vila yang dibangun menjelang Jepang masuk dan akhirnya tidak sempat dipakai. Vila tersebut akhirnya dipakai sebagai markas tentara sekutu ketika masa bersiap. Dan ketika Konferensi Asia Afrika 1955, vila ini dijadikan tempat menginap delegasi dari India. Sekarang kawasan vila ini menjadi bagian dari sebuah hotel. 

Serba-serbi kawasan Lembangweg lainnya akan saya jabarkan satu persatu pada tulisan mendatang, seperti kisah sebuah pabrik tekstil masa kolonial yang akhirnya dipakai untuk tempat penyortiran Jugun Ianfu pada masa pendudukan Jepang, kisah kolam renang Cihampelas, pabrik pengalengan makanan, hingga kisah seorang wanita bernama Florens yang tak kalah menarik.

Lembangweg adalah sebuah kawasan yang merekam jejak perkembangan zaman, sebuah kawasan yang menyimpan kisah dan residu di dalamnya. Sebuah tempat yang akan mengantarkan kita semua menuju hijau dan indahnya Lembang.

*Kawan-kawan dapat membaca artikel-artikel lain Malia Nur Alifa, atau tulisan-tulisan lain tentang Sejarah Lembang

Editor: Ahmad Fikri

COMMENTS

//