• Narasi
  • Mengenal Geowisata, Pariwisata Kebumian

Mengenal Geowisata, Pariwisata Kebumian

Proses terbentuknya bumi menarik untuk diteliti dan dipelajari dan bisa menjadi kegiatan wisata pendidikan karena keajaiban pemandangan dan misterinya.

Johan Arif

Peneliti Geoarkeologi & Lingkungan di ITB, Anggota Kelompok Riset Cekungan Bandung.

Ruang lingkup geowisata. (Foto: Johan Arif)

13 April 2025


BandungBergerak.id – Pariwisata adalah proyek sistematis sosial yang terdiri dari sistem permintaan dan penawaran. Sistem tersebut terdiri dari tiga aspek yaitu subjek, objek dan media. Subjek adalah wisatawan, yang merupakan pelaku utama dari kegiatan pariwisata; objeknya adalah lokasi wisata; medium atau ikatan adalah penghubung antara subjek dan objek dan berfungsi untuk meningkatkan aksesibilitas pariwisata melalui layanan.

Dalam sejarah manusia, orang berminat kepada aktivitas pariwisata ketika sains, budaya dan kesejahteraan dalam masyarakat meningkat. Tujuan dari pariwisata pada saat ini telah bergeser dari wisata bertema religi atau takhayul menjadi wisata bertema ilmu pengetahuan dan budaya; harus berwawasan pendidikan kepada masyarakat agar mereka menghargai lingkungan.

Empat komponen bumi. (Foto: Johan Arif)
Empat komponen bumi. (Foto: Johan Arif)

Bumi sebagai suatu sistim yang terbuka memiliki empat komponen yang saling berhubungan satu sama lainnya yaitu geosfer, biosfer, atmosfer dan hidrosfer. Geosfer adalah bumi itu sendiri, biosfer adalah lapisan kehidupan, atmosfer adalah lapisan udara dan hidrofer adalah lapisan air termasuk es.

Proses terbentuknya bumi menarik untuk diteliti dan dipelajari dan salah satu manfaatnya bisa dijadikan kegiatan wisata pendidikan karena keajaiban pemandangan dan misterinya. Salah satu jenis wisata yang bertemakan ilmu pengetahuan adalah geowisata atau wisata kebumian (natural tourism resources, geotourism).
Spektrum pariwisata kebumian. (Foto: Johan Arif)
Spektrum pariwisata kebumian. (Foto: Johan Arif)

Baca Juga: Apa itu Tanah?
Misteri Kehancuran Peradaban Maya di Amerika Tengah
Pertumbuhan Jumlah Populasi Manusia adalah Masalah Lingkungan

Wisata Kebumian

Geowisata (geotourism) mulai dikenal pada tahun 1990-an oleh Tom Hose, geolog dari Inggris. Tetapi wisata yang berkaitan dengan bumi sudah ada sejak abad ke-18, karena aktivitas geolog yang sering berada di luar ruangan sering menemukan hal-hal atau pemandangan yang menarik untuk diteliti seperti bentang alam dan batuan. Geowisata berada dalam spektrum pariwisata yang mencakup konteks geografis, sosial-ekonomi dan budaya yang lebih luas yang berada di bawah payung pariwisata geografis. Frey dkk. (2002) merangkul geowisata pada tingkat pembangunan sosial dan masyarakat menurut konsep geopark. Namun, menurut kami dalam definisi geowisata kata "geo" berkaitan dengan geologi, geomorfologi, sumber daya alam lanskap, bentuk lahan, lapisan fosil, batuan dan mineral, dengan penekanan pada apresiasi proses yang menciptakan fitur-fitur tersebut.

Hierarki potensi minat geowisata. (Foto: Johan Arif)
Hierarki potensi minat geowisata. (Foto: Johan Arif)

Geowisata secara spesifik di klasifikasikan kepada dua aspek yaitu geologi dan geografi (bentang alam) (Dowling & Newsome, 2006), dan dari kedua aspek ini berkembang wisata ilmu kebumian lainnya. Geowisata (geotourism) adalah aktivitas wisata di mana fenomena geologi menjadi obyeknya. Fenomena geologi tersebut antaralain bentang alam yang kita lihat sekarang, perbukitan, gunung api, sungai, yang merupakan produk proses geologi yang berjalan secara evolusif. Tujuan dari aktivitas wisata geologi ini adalah agar kita bisa memahami bagaimana bumi terbentuk dan untuk memahaminya kita perlu mengetahui pengetahuan dasar geologi seperti batuan, mineral, stratigrafi, paleontologi dan geologi struktur. Dengan demikian, geowisata bisa dikatagorikan sebagai wisata pendidikan geologi. Tujuannya adalah agar manusia memahami bagaimana bumi terbentuk dan berevolusi sebagai wujud untuk mengerti tanda-tanda keesaan Sang Pencipta bumi ini (lihat Al Baqarah 2:164).

Geomorfologi yang merupakan bagian dari geologi, adalah ilmu yang bertujuan untuk mempelajari dan menafsirkan bentang alam, faktor-faktor yang menyebabkannya dan yang bisa merubahnya. Jika bentang alam punya nilai, disebut sebagai aset geomorfologi dan jika bermanfaat bagi manusia (untuk di konservasi & untuk pendidikan), dinamakan sumber daya geomorfologi.

Aset Geomorfologi. (Foto: Johan Arif)
Aset Geomorfologi. (Foto: Johan Arif)

Taman Wisata Bumi

Jika Eropa dan Australia, berpijak pada geologi sebagai dasar dari geowisata, Amerika Serikat sedikit lain yaitu fokus dari geowisata di arahkan kepada daya tarik geografis, lingkungan, budaya, estetika, pusaka dan masyarakatnya. Kemudian, di Eropa pula muncul istilah geopark (taman wisata bumi) yaitu kawasan konservasi yang melindungi peninggalan alamiah objek geologis yang unik dan langka.

Di Indonesia, Badan Geologi melalui Perpres No. 9 tahun 2019 mendefinisikan geopark sebagai sebuah wilayah geografi tunggal atau gabungan, yang memiliki Situs Warisan Geologi (geosite) dan bentang alam yang bernilai, terkait aspek warisan geologi (geoheritage), keragaman geologi (geodiversity), keanekaragaman hayati (biodiversity), dan keragaman budaya (culture diversity), serta dikelola untuk keperluan konservasi, edukasi, dan pembangunan perekonomian masyarakat secara berkelanjutan dengan keterlibatan aktif dari masyarakat dan Pemerintah Daerah, sehingga dapat digunakan untuk menumbuhkan pemahaman dan kepedulian masyarakat terhadap bumi dan lingkungan sekitarnya. Jadi dalam konsep geopark (taman wisata bumi) ini dimasukan selain dari wisata litosfer (geodiversity) yaitu wisata biosfer (biodiversity), dan keragaman budaya (cultural diversity) yang sekarang dan pada masa yang lalu. Aspek geodiversity dan cultural diversity dibahas dalam Geo-arkeologi (geologi & arkeologi) yaitu kajian sain histori yang berhubungan dengan sejarah dan waktu, terutama zaman Plestosen dan Holosen.

Tiga pilar pengembangan geopark. (Foto: Johan Arif)
Tiga pilar pengembangan geopark. (Foto: Johan Arif)

Newsome (2005) menggambar geowisata ini sebagai sebuah kota tiga sisi, kotak yang pertama berupa komponen wisata (tourism) lalu bentuk (forms) dan proses. Komponen wisata (tourism) berupa pembuatan geo-trek yaitu jalur geowisata yang terdiri dari beberapa lokasi alami atau budaya yang menarik, komponen bentuk antaralain bentang alam, batuan, dan fosil, dan komponen proses antaralain aktivitas tektonik dan gunungapi, proses pelapukan, erosi, dan sedimentasi.

*Kawan-kawan bisa membaca artikel-artikel Johan Arif, atau tulisan-tulisan lain tentang Situs Geologi

Editor: Ahmad Fikri

COMMENTS

//