CERITA GURU: Menjadi Pedagog yang Inspiratif di Sekolah
Seorang pedagog yang menginspirasi adalah menjadi seorang pendidik yang memberikan kesempatan dan kepercayaan bagi anak untuk mengembangkan potensinya.

Marlina
Guru BK di lembaga pendidikan Yayasan Asih Putera Cimahi
16 April 2025
BandungBergerak.id – Pendidikan adalah hal yang sangat penting dalam peradaban manusia, karena dengan pendidikan manusia menjadi seseorang yang mempunyai wawasan yang luas. Pendidikan mampu menjadikan seseorang dapat mencapai kehidupan yang lebih baik. Dalam pendidikan tidak terlepas dari kata belajar dan mengajar. Pedagog merupakan ilmu yang membahas tentang pendidikan, yaitu pendidikan anak. Pedagog sangat dibutuhkan oleh seorang guru, karena guru bukan hanya untuk mengajar tetapi untuk menyampaikan atau membimbing anak didiknya ke arah tujuan tertentu agar kelak mampu secara mandiri menyelesaikan tugas hidupnya, bukan hanya di sekolah namun di luar sekolah dan hidup bermasyarakat, dan memberikan tugas untuk mengembangkan kepribadian anak didiknya secara terpadu.
Menjadi seorang pedagog berarti mengembangkan ilmu dan seni dalam mendidik yang mempelajari tentang ilmu perkembangan anak untuk membimbing dan mendidik anak secara holistik. Mendidik anak hingga dapat memberikan wawasan yang luas, membentuk kepribadian, menanamkan nilai-nilai dan karakter yang baik, membentuk keterampilan sosial, mengembangkan aspek akademis, serta menjadikan setiap anak menjadi manusia yang utuh dan mampu secara mandiri menyelesaikan tugas hidupnya sehingga mereka dapat berkembang secara optimal.
Beberapa aspek yang perlu dimiliki oleh seorang pedagog antara lain yaitu meliputi mengembangkan cipta (kognitif daya pikir), mengembangkan rasa (sikap atau afektif), mengembangkan karsa (psikomotorik atau keterampilan). Selain itu juga meliputi menjaga sikap dan bicara agar menjadi teladan dan memotivasi peserta didik. Tidak kalah penting, yang harus diperhatikan oleh pedagog ketika akan mendidik anak didiknya adalah mengingat kembali bahwa anak adalah seorang individu yang unik dan mereka akan berkembang sesuai dengan bakat dan potensi mereka masing-masing. Seperti contoh ketika mendidik anak usia dini harus sesuai dengan tahap-tahap perkembangan anak, tidak diperbolehkan melebihi atau bahkan mendahului dari tahap perkembangan anak seharusnya. Apabila anak di stimulasi secara tepat sesuai perkembangannya maka anak akan mengalami kemajuan perkembangan yang cepat, untuk itu perlu dirancang pembelajaran yang tepat dan spesifik (Montessori, 2013:78).
Baca Juga: CERITA GURU: Ketika Haruki Murakami Membongkar “Neraka” Pendidikan JepangCERITA GURU: Belajar Menjadi Guru dan Bermasyarakat di Kampung Halaman
Mendidik Anak
Perjalanan panjang belajar menjadi seorang pedagog yang mempelajari bagaimana cara menjadi pendidik yang dapat menginspirasi anak berawal dari pengalaman pribadi. Sebagai orang tua dan tenaga pendidik ternyata ilmu yang dimiliki belum cukup untuk mendidik anak di era digital ini. Zaman sudah berbeda tentunya metode dalam mendidik pun sudah tidak lagi sama, oleh karena itu yang perlu disiapkan oleh pedagog yaitu mengembangkan cipta atau mempersiapkan diri dengan ilmunya. Dalam mendidik anak, seorang pendidik tentunya memiliki metode yang berbeda-beda. Saya terinspirasi dengan pendidikan Maria Montessori. Dalam bukunya The Absorbent Mind. Maria Montessori mengatakan, “Anak adalah makhluk yang sungguh luar biasa, dan hal ini harus dirasakan secara mendalam oleh pendidik, kita harus memahami bahwa peran kita adalah membantu anak mencapai potensinya.”
Dalam kutipan tersebut ditegaskan bahwa seorang pendidik “membantu mencapai potensi setiap anak”, dalam proses ini tentunya seorang pendidik harus menginspirasi anak didiknya. Tidak hanya memberikan teladan dan pendidikan namun juga perlu memahami potensi dan kebutuhan anak-anak didiknya.
Prinsip yang perlu diterapkan oleh pendidik yaitu, pertama, guru harus menghargai anak agar anak dapat memilih sendiri setiap kegiatan/aktivitas agar mereka dapat mengembangkan potensi dalam dirinya. Kedua, mengajarkan kegiatan kemandirian seperti memakai pakaian, menanam tanaman, mencuci tangan, membuka dan memakai sepatu, dll untuk membantu anak dalam proses pendewasaannya. Ketiga, pada periode sensori motorik anak dengan mengembangkan otot-otot anak dan menumbuhkan keterampilan fisik anak sehingga tumbuhlah rasa percaya diri anak dan kebanggaan anak terhadap dirinya. Keempat, guru mempersiapkan lingkungan agar anak mampu menyerap semua pengalaman di lingkungannya. Kelima, mempersiapkan alat-alat peraga/media permainan untuk beraktivitas agar anak belajar sendiri dan mampu menyelesaikan masalahnya sendiri. Keenam, mengajarkan pengalaman langsung pada anak dengan melibatkannya secara langsung dalam aktivitas/kegiatan sehingga ia dapat mengingatnya. Pengalaman anak sangat perlu, karena ketika anak dapat ikut langsung dalam sebuah kegiatan maka anak akan mampu belajar dari pengalaman dan dapat menumbuhkan kebermaknaan dari aktivitas tersebut.
Seorang pedagog perlu mengetahui beberapa aspek dalam proses mendidik anak. Di antaranya memahami karakteristik peserta didik dan memahami tahapan perkembangan setiap anak. Ada lima periode tahap perkembangan anak yaitu, usia 0-3 tahun anak pikiran penyerap dan secara tidak sadar, usia 3-6 tahun anak mulai berpikir secara sadar, usia 6 tahun anak mulai disiplin dan kreatif, usia 8-9 tahun anak mulai membangun akademisnya, usia 9-12 tahun anak siap membuka diri ke lingkungan yang lebih luas. Maka di sini kita dapat berperan sebagai seorang pendidik untuk masuk dan memberikan pendidikan dengan metode yang tepat sesuai dengan tahapan perkembangannya.
Tepat di bulan September 2024 saya memutuskan untuk mendalami ilmu pendidikan perkembangan anak dalam Metode Montessori, harapannya ilmu yang telah di dapatkan ini saya bisa terapkan di sini di lembaga pendidikan Yayasan Asih Putera pada anak usia dini. Di sini saya sudah berkhidmat dan membantu proses perkembangan anak, baik itu anak usia dini maupun anak usia sekolah dasar. Tentunya prinsip atau metode yang diterapkan pada anak usia dini ini atas dasar ilmu yang didapatkan. Selama proses mendidik anak-anak ini banyak sekali insight baru yang ditemukan di lapangan.
Tentunya metode dalam menyampaikan pendidikan kepada anak usia dini dengan anak usia sekolah dasar itu memiliki cara yang berbeda. Yang perlu digaris bawahi adalah orang dewasa yang terlibat di dalamnya yaitu kita sebagai pendidik yang perlu memahami mereka, mulai dari paham terhadap usia perkembangannya karena itu akan mempengaruhi emosinya, bagaimana mereka akan menerima atau menolak apa yang kita berikan atau ajarkan sesuai dengan emosinya. Anak didik kita juga perlu dihargai perasaannya, mereka memiliki perasaan yang sangat peka. Ketika pendidik memberikan kepercayaan penuh dan menghargai apa yang mereka lakukan maka di situlah kita seorang pendidik akan lebih mudah memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap kehidupannya. Setiap anak memiliki keunikan masing-masing, ada yang memiliki kelebihan yang unik atau kekurangan yang unik. Dari setiap kekurangan yang dimiliki anak tentunya terdapat kelebihan di dalamnya yang belum tentu diketahui oleh orang banyak. Di situlah seorang pendidik perlu mengobservasi tentang kelebihan yang ada di dalam kekurangannya.
Tantangan Memahami Perkembangan Anak
Setelah kurang lebih dua tahun saya memahami perkembangan anak baik yang berkebutuhan khusus maupun anak tipikal di dunia pendidikan, lalu anak usia dini yang memiliki kesulitan tertentu baik pada aspek emosinya, perilakunya bahkan perkembangan psikologisnya. Ini adalah suatu tantangan sekaligus pembelajaran yang sangat amat berharga.
Tidak mudah mengenal ragam anak dengan segala kesulitannya. Yang selalu saya terapkan hingga saat ini untuk memudahkan saya dalam memahami atau membantu anak-anak dengan kesulitan tertentu adalah komunikasi dan pendekatan yang afeksi agar mendapatkan respons yang baik. Pendekatan pada anak usia dini tentunya memiliki metode yang berbeda, komunikasi yang berbeda pula. Begitu pula dengan usia anak sekolah dasar, penting sekali pendekatan dan komunikasi yang tepat secara afeksi terhadap mereka, dengan tujuan agar kita sebagai pendidik mendapatkan respon yang baik dalam bentuk keterbukaan dan rasa percaya dengan unsur memberi dan menerima.
Tentunya, tidak mudah untuk melakukannya, perlu dilakukan dengan ilmunya. Maka tak cukup hanya teori saja yang dimiliki seorang pendidik, namun perlu juga pengalaman secara langsung agar kita dapat merasakan emosi dan suasana hati seseorang, bagaimana kondisi psikis terhadap anak itu terjadi, lalu tentunya pendidik mampu memiliki kesiapan dan penerimaan diri terhadap anak didik yang unik. Bukan kita saja tentunya yang siap dengan hal tersebut, namun seluruh orang dewasa yang terlibat di ruang lingkup dunia pendidikan pun tentunya perlu disiapkan, agar lebih optimal pendidikan yang kita berikan dan dapat melahirkan generasi yang unggul yang memiliki karakter dan kecerdasan yang baik sesuai potensinya dan dapat memberikan dampak yang positif bagi diri sendiri, lingkungan dan sekitar.
Seorang anak yang di diagnosa Celebral palsy, speech delay, ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder), ASD (Autism Spectrum Disorder) dan Slow Learner (anak lamban belajar), mereka sendiri memiliki potensi dengan kelebihannya masing-masing. Sebagai seorang pendidik, tentunya perlu memiliki hati yang luas dan awareness terhadap anak-anak yang memiliki kesulitan belajar atau memiliki gangguan-gangguan masalah tertentu terhadap dirinya. Jika ada yang demikian di lingkungan tempat kita mengajar atau mendidik, maka sebaiknya kita lah sebagai pendidik yang harus paling terdepan memberikan lingkungan yang inklusif pada mereka, karena itu merupakan salah satu tugas kita sebagai pedagog yang memiliki keterampilan yang profesional dalam ilmu pendidikan.
Salah satu yang perlu diberikan adalah lingkungan yang mereka butuhkan seperti media ajar atau metode ajar yang sesuai dengan kebutuhannya, rasa aman dan nyaman, dan tentunya perlakuan yang baik. Karena sedikit pengaruh atau perilaku kita, yang memberikan rasa percaya dan kesempatan kepada mereka, itu merupakan suatu aha moment yang bermakna yang akan selalu mereka ingat dalam kehidupannya. Karena bagi saya, seorang pendidik yang menginspirasi terhadap anak didiknya bukan yang selalu membantu tugas-tugasnya di sekolah, bukan yang baik, ramah, ataupun yang memberikan kewenangan tertentu pada anak didiknya. Namun, sesungguhnya seorang pedagog yang menginspirasi adalah menjadi seorang pendidik yang mampu mengubah kekurangannya mencapai potensinya atau memberikan kesempatan dan kepercayaan bagi anak yang memiliki kesulitan tertentu untuk mengembangkan potensinya dibalik kesulitan yang ia miliki. Sehingga ia dapat memberikan manfaat baik bagi dirinya sendiri, maupun lingkungan, serta menjadi aset bangsa yang diharapkan, mampu memperkuat jati diri bangsa dengan aksinya.
Kita sebagai pedagog yang memahami ilmu pendidikan, dapat menginspirasi mereka dengan metode pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhannya, pemberian stimulasi dan metode pembelajaran yang tepat menjadi dasar penting untuk membuat mereka menjadi manusia yang bermakna, yang dibutuhkan oleh setiap anak adalah kepercayaan atau trust serta metode pendidikan yang sesuai dengan perkembangan dan kebutuhannya. Sebagai pendidik tentunya kita tidaklah harus melihat kelebihannya saja, namun perlu fokus juga terhadap kekurangan atau kesulitan anak, dan membantunya menjadi anak yang dapat mengembangkan kekurangannya dibalik kelebihannya, itulah pedagog yang inspiratif yang perlu dimiliki oleh seluruh masyarakat yang menjadi pendidik. Pedagog yang inspiratif dibutuhkan untuk seluruh anak, baik anak yang berkebutuhan khusus maupun tipikal.
*Kawan-kawan dapat menikmati tulisan-tulisan menarik lainnya tentang Cerita Guru