• Berita
  • Pusat Studi Sunda Meluncurkan Website Gapura, Digitalisasi Naskah Nusantara untuk Kemajuan Penelitian Sejarah

Pusat Studi Sunda Meluncurkan Website Gapura, Digitalisasi Naskah Nusantara untuk Kemajuan Penelitian Sejarah

Gapura akan membantu peneliti dalam menyediakan arsip-arsip penting Indonesia khususnya yang berkaitan dengan kebudayaan Sunda.

Laman Gapura menunjukkan peta nusantara. Situs ini berisi arsip naskah nusantara khususnya yang terkait kebudayaan Sunda. (Foto: Tangkapan Layar)

Penulis Yopi Muharam30 April 2025


BandungBergerak.idDi tengah pesatnya perkembangan teknologi digital, pengarsipan dan pelestarian kebudayaan menjadi semakin penting. Akses terhadap informasi sejarah kini tidak lagi terbatas oleh ruang dan waktu, memungkinkan masyarakat, termasuk pelajar dan akademisi, untuk mempelajari warisan budaya bangsa yang kaya. Untuk itu, Pusat Studi Sunda (PSS) meluncurkan Gapura, website yang menjadi gerbang digitalisasi naskah dan arsippenting Indonesia khususnya yang berkaitan dengan kebudayaan Sunda.

Gapura merupakan singkatan dari Gala Pustaka Nusantara, yang dirancang sebagai wadah digital untuk menghimpun berbagai arsip sejarah nusantara, terutama yang berkaitan dengan kebudayaan Sunda. Website ini bertujuan untuk mempermudah akses informasi bagi masyarakat umum, terutama pelajar dan mahasiswa, yang memerlukan sumber daya sejarah untuk penelitian. Dengan mengakses Gapura, pengguna dapat menjelajahi koleksi yang sangat beragam, mulai dari buku, majalah, koran, jurnal, hingga dokumen pribadi dan pemerintah yang mencatat perjalanan panjang kebudayaan Indonesia.

Ganjar Kurnia, salah satu pengurus PSS, menyampaikan dalam sambutannya peluncuran situs mengatakan, Gapura.org telah banyak diakses oleh pengguna dari dalam negeri dan luar negeri. "Bukan hanya di Jawa Barat, tetapi di seluruh dunia," ujar Ganjar saat peluncuran website di Perpustakaan Ajip Rosidi, Senin, 28 April 2025.

Peluncuran website ini juga menjadi bagian dari acara bertemakan ‘Memajukan Budaya Indonesia, Merawat Pustaka Nusantara’ yang dihadiri oleh berbagai kalangan, termasuk Menteri Kebudayaan Fadli Zon, Wali Kota Bandung Muhammad Farhan, serta tokoh akademisi dan seniman Jawa Barat.

Menurut Ganjar, Gapura ini menjadi alat yang sangat membantu dalam mendukung proses penelitian baik oleh pihak sekolah seperti murid maupun mahasiswa.

"Jadi tinggal klik saja (di kolom pencarian), itu bisa langsung menemukan informasi yang dibutuhkan," ujarnya. Lebih lanjut, Ganjar bercanda, "Sebab kalau menanyakan ke kakek atau bapaknya, belum tentu jawabannya benar juga," sambil menambahkan bahwa Gapura menawarkan solusi efektif untuk mengakses informasi sejarah yang sering kali sulit ditemukan.

Pusat Studi Sunda (PSS) meluncurkan Gapura, website naskah dan arsip kebudayaan Sunda di Perpustakaan Ajip Rosidi, Bandung, Senin, 28 April 2025. (Foto: Yopi Muharam/BandungBergerak)
Pusat Studi Sunda (PSS) meluncurkan Gapura, website naskah dan arsip kebudayaan Sunda di Perpustakaan Ajip Rosidi, Bandung, Senin, 28 April 2025. (Foto: Yopi Muharam/BandungBergerak)

Digitalisasi Kebudayaan Sunda

Website Gapura tidak hanya menawarkan berbagai arsip dalam bentuk teks, tetapi juga menyajikan koleksi multimedia yang dapat diakses dengan mudah oleh pengguna. Di dalamnya terdapat berbagai koleksi yang mencakup koran, buku, lukisan, peta, musik, dan informasi mengenai tokoh serta organisasi dari masa lalu. Meskipun fokus utama website ini adalah kebudayaan Sunda, bahasa Indonesia tetap menjadi bahasa pengantar utama untuk mempermudah akses dan pemahaman bagi semua lapisan masyarakat.

Ganjar menjelaskan, meskipun situs ini berfokus pada literasi Sunda, PSS sengaja menggunakan bahasa Indonesia untuk memastikan bahwa informasi yang ada dapat dijangkau lebih luas. "Kami menggunakan istilah dari Sunda untuk Indonesia," katanya. Hal ini sesuai dengan semangat untuk memperkenalkan kebudayaan Sunda kepada lebih banyak orang, baik di dalam maupun luar Indonesia.

Penyusunan dan digitalisasi koleksi Gapura ini merupakan bagian dari upaya yang lebih besar untuk mendukung implementasi Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan, yang mengatur berbagai aspek penting dalam upaya memperkaya kebudayaan Indonesia. Dalam konteks ini, Ganjar menyebutkan bahwa PSS berkontribusi dalam pengembangan literasi kebudayaan sebagai bagian dari tanggung jawab bersama untuk menjaga dan melestarikan nilai-nilai budaya bangsa.

"Kami hanya bagian kecilnya saja dari kebudayaan ini, yaitu literasi," ujar Ganjar. "Jadi dikumpulkan, kemudian didigitalisasi seperti sekarang ini."

Tak hanya dari aspek digitalisasi, peluncuran Gapura juga mendapat apresiasi dari berbagai kalangan kebudayaan. Didi Turmuzi, Ketua Umum Paguyuban Pasundan, menyampaikan bahwa acara ini menjadi upaya penting untuk membangun kembali rasa kebangsaan dalam konteks kebudayaan Sunda.

"Yang penting itu rasa, rasa Sunda itu harus terus dibangun," ujar Didi setelah acara selesai.

Ia menambahkan bahwa kini semakin banyak orang Sunda yang mulai kehilangan rasa dan identitas budaya mereka. Oleh karena itu, kegiatan seperti ini diharapkan dapat menjadi pemicu untuk membangkitkan kesadaran dan kecintaan terhadap kebudayaan Sunda.

Peluncuran Gapura oleh Pusat Studi Sunda telah membuka jalan bagi lebih banyak orang untuk mengakses dan mempelajari warisan budaya Indonesia. Ini bukan hanya sekadar upaya digitalisasi, tetapi juga bagian dari tanggung jawab untuk menjaga dan mengembangkan kebudayaan bangsa. Gapura.org menjadi jembatan yang menghubungkan generasi kini dengan sejarah, memungkinkan kita untuk merawat dan mengapresiasi khazanah budaya nusantara yang tak ternilai harganya.

Baca Juga: Sawala Pemajuan Kebudayaan, Mapag Dewan Kebudayaan Kota Bandung
Atap Galeri Pusat Kebudayaan Bandung Runtuh, Peristiwa Ini Pernah Terjadi Sebelumnya

Pentingnya Pelestarian Naskah Sejarah dan Kebudayaan Nusantara

Menteri Kebudayaan Fadli Zon mengapresiasi peluncuran Gapura ini sebagai bagian penting dari upaya pelestarian kebudayaan Indonesia. Dalam sambutannya, Fadli menekankan bahwa kamus, bahasa daerah, arsip sejarah, dan dokumen dari setiap periode sejarah adalah bagian dari jejak intelektual bangsa yang sangat berharga dan harus dijaga.

Namun, Fadli juga mengungkapkan kekhawatirannya karena banyak naskah-naskah penting dan bersejarah yang masih belum terarsipkan dengan baik.

“Dan sayangnya ini tidak sedikit dari kekayaan budaya tersebut yang nyaris terabaikan,” ujar Fadli Zon.

Fadli menambahkan bahwa beberapa naskah bersejarah, seperti Prasasti Taruma Negara dan surat Babad Diponegoro, sedang dalam proses untuk didaftarkan sebagai bagian dari Memory of the World. "Namun, naskah-naskah dalam prasasti-prasasti ini belum pernah kita dapatkan," ujarnya.

Dalam kesempatan ini, Fadli juga mengutip pendapat dari Sultan Takdir Alisjahbana, seorang budayawan dan sastrawan Indonesia, yang menyatakan bahwa kemajuan kebudayaan sangat bergantung pada dinamika literasi dan pertumbuhan intelektualitas bangsa.  

*Kawan-kawan bisa membaca artikel-artikel lain dari Yopi Muharamatau tulisan-tulisan menarik lain tentang Naskah Nusantara

Editor: Iman Herdiana

COMMENTS

//