JALIN JALAN PANTOMIM #3: Pantomim, Protes, dan Politik
Pantomim menjadi alat yang ampuh untuk mengritik kebijakan dan keputusan politik dalam keberpihakannya.

Wanggi Hoed
Seniman pantomim
5 Mei 2025
BandungBergerak - Seni pantomim dalam riwayat perjalanannya menjangkau rentetan sejarah panjang. Termasuk ketika modernitas pada algoritma diacak-acak dan ketika semua orang memperdebatkan kebijakan yang tak sesuai dengan kebutuhan dasarnya. Pantomim tidak pernah kehilangan keterkaitan dengan geopolitik dunia, baik sosial, ekonomi, maupun budaya.
Pantomim sampai hari ini diyakini masih mempunyai kekuatan perlawanan dan protes untuk mengangkat beragam isu-isu sosial dan kemanusiaan. Seperti pernyataan tubuh protes seorang revolusioner pantomim yang melekat pada Bapak Pantomim Modern Dunia, Etienne Decroux. Di tangannya, praktik pantomim bertransformasi pada bentuk-bentuk kemungkinan baru sebagai bahan bakar gerakan protes yang mengganggu dan mengalihkan. “Menjadi pantomim berarti menjadi militan,” kata Decroux. Sebuah manifesto seni protes yang tak bisa dihilangkan dalam gerakan seni protes dunia, yang kini kita sebut sebagai 'silent protest'.
Félicien Champsaur menyebut bahwa seni pantomim dapat menceritakan segalanya, berisi segalanya, dan mengekspresikan segalanya, kenyataan atau mimpi atau keduanya bersama-sama (La Pantomime Moderne, 1888). Ia membawa saya untuk membaca kembali sejarah Jean-Gaspard Deburau yang terkenal pada abad ke-19. Dan bahkan sampai sekarang pun semua orang mengenalnya, termasuk jika mereka tidak menyadarinya, karena ia menciptakan citra modern karakter 'Pierrot'. Deburau-lah orang pertama yang menciptakan prinsip bahwa pantomim, secara definisi, adalah seni yang bisu.
Deburau merupakan aktor pantomim virtuoso yang tampil di Théâtre des Funambules di Paris, sebuah teater termurah dan, menurut semua catatan sejarah, teater paling tidak sehat di kota tersebut, selama paruh pertama abad ke-19. Deburau menginspirasi para penyair, novelis, seniman, dan aktor setidaknya selama seratus tahun lebih, sementara pada saat yang sama menjadi simbol kebangsawanan kelas pekerja, keadilan sosial, dan pemberontakan politik. Semua ini berasal dari pertunjukan panggungnya yang bisu. Ia tidak menerbitkan apapun dan hampir tidak ada bentuk rekaman oleh orang lain. Dengan demikian, ia adalah seruan persatuan artistik dan sosial-politik. Seruan bisu itulah sikap politiknya.
Seruan protes masih sangat terasa oleh para penonton ketika pada tahun 1944, terbit film kultus Prancis yang berdasarkan pada hidupnya, Les Enfants du Paradise atau Anak-anak Surga. Disutradarai oleh Marcel Carné, film dibintangi oleh salah satu aktor pantomim besar abad ke-20, Jean Louis Barrault yang memainkan peran sebagai Deburau. Penonton kontemporer menafsirkan film tersebut sebagai simbol perlawanan Prancis terhadap penjajah Nazi dan rezim Vichy yang pro Nazi, karena film ini memberikan sebuah visi di luar masa kini langsung ke sebuah ikon budaya transenden dari masa lalu. Penggambaran penonton abad ke-19 di ‘Paradise’ yang merupakan kursi tertinggi dan termurah di teater, dalam hal ini 'para dewa' memancarkan semangat kolektif yang gigih, yang bersatu dalam cinta dan kekaguman terhadap seni pantomim besar Deburau saat itu.

Baca Juga: JALIN JALAN PANTOMIM #2: Membaca Sejarah Pantomim, dari Teater Yunani Kuno ke Publik Seni Global
JALIN JALAN PANTOMIM #1: Hari Pantomim Sedunia 2025, Perayaan Kesunyian di Dunia yang Pelik
Pantomim sebagai Politik Keseharian
Menurut Asok Kumar Chattopadhyay, sutradara film dokumenter ‘An Ode to Quietude’, pantomim adalah bentuk seni yang kuat yang dapat menyentuh hati tanpa menggunakan kata-kata apapun. Pada masa revolusi Prancis, kaum revolusioner menggunakan pantomim sebagai media protes atas kebijakan pemerintah atau meningkatkan kesadaran tentang isu-isu sosial-politik melalui simbol dan praktik gerak tubuh. Berakar pada tradisi teater kuno dan berkembang melalui berbagai periode setelahnya, termasuk sebagai hiburan yang populer, pantomim menjadi alat yang ampuh untuk mengritik kebijakan dan keputusan politik dalam keberpihakannya.
Ada cerita tentang seorang Wali Kota Bogota yang menjabat pada periode pertamanya, yang menggunakan seorang seniman pantomim sebagai alat pedagogis untuk menafsirkan ulang dan mengubah perilaku masyarakat. Dan dengan melakukan itu, mereka berhasil memperkenalkan hubungan baru antara dinamika politik dan aksi jalanan. Hubungan yang tidak didasarkan pada pendukung atau penentang tujuan tertentu yang berkumpul di ruang publik kota untuk mendengar pidato atau menghadiri protes atau pawai jalanan, tetapi lebih pada individu yang kebetulan ada di sana dan terlibat selama beberapa waktu tertentu dalam sebuah sandiwara tentang ide-ide politik dalam dimensi yang paling sehari-hari dan biasa saja. Berurusan dengan perilaku keseharian masyarakat di jalanan, pantomim serupa politik keseharian. Seperti dilaporkan dalam sebuah artikel dari "Harvard Gazette", pertemuan protes pantomim dan politik ini seperti bentuk eksperimen yang terdiri dari upaya mengubah kota menjadi 'ruang kelas dengan 6,5 juta orang' yang melihatnya (Caballero, 2004). Inilah konteks yang berhasil mengganggu hubungan antara politik dan jalanan melalui seniman pantomim.
Pada kerja praktik ekspresi fisik, termasuk diam dan gerak tubuh untuk menyampaikan pesan atau gagasan politik, pantomim telah mampu membuat daya kejut yang mencengangkan. Ia hadir dalam berbagai konteks politik historis dan kontemporer, termasuk protes, pertunjukan teater, pertunjukan jalanan di berbagai bentuk, dan bahkan demonstrasi non-verbal seperti aktivisme diam secara simbolis, atau dengan alat peraga sebagai seruan tekstualnya.
Menggunakan simbol dan gestur untuk mewakili ide, isu, atau ideologi politik yang diinginkan, pantomim memungkinkan orang mengekspresikan perbedaan pendapat atau meningkatkan kesadaran tentang isu politik tanpa bergantung pada bahasa lisan. Pesan yang dihasilkan lebih berdampak dan berumur panjang dalam ingatan jaman, sebab pantomim adalah sikap.
*Kawan-kawan dapat mengikuti kabar terkini dari BandungBergerak dengan bergabung di Saluran WhatsApp bit.ly/ChannelBB