Pola Berulang Kekerasan Seksual dalam Dunia Jas Putih
Profesi dokter mungkin mulia, tapi itu tidak serta-merta menjadikan manusia di dalamnya mulia.

N.N.
Warga sipil
6 Mei 2025
BandungBergerak - Jadi perempuan di Indonesia rasanya jauh dari kata aman. Tolong, jangan coba bantah kalimat ini dengan mengatakan: “Kalau kamu ke Jepang, lebih besar lagi kemungkinan kamu dikuntit orang-orang mesum, tau gak?” Kita tidak sedang mbandingin mana yang lebih aman, kandang singa atau buaya.
Berapa banyak berita yang kita baca terkait kasus perkosaan, femisida, sexual assault. atau lainnya dengan perempuan sebagai korbannya? Tidak perlu bahas soal pakaian, perilaku, dan lainnya.
Korbannya? Mulai dari anak usia 3 tahun sampai wanita dewasa. Mulai dari yang berpakaian terbuka sampai tertutup rapi. Mulai dari yang mungkin lagi having fun sampai yang tidak berdaya menunggu orang tuanya dirawat di ICU sebuah rumah sakit milik negara di kota besar.
Pelakunya mulai dari anak sekolah, kakek tua renta, manusia berseragam (yang katanya oknum tapi bisa bikin mabes sendiri itu), sampai oknum jas putih.
Menurut data dari Dinas PPAPP DKI Jakarta, korban kekerasan terhadap perempuan dan anak sejak awal Januari sampai 26 Februari 2025 saja sudah mencatat sebanyak 356 kasus. Dan angka ini masih terus bertambah, mengingat berita sejenis selalu mampir di linimasa kita. Dan itu baru data di Jakarta loh ya!
Saya tidak akan bicara soal oknum yang sebanyak mabes itu. Yang akan saya bicarakan adalah para oknum jas putih.
Pola yang Sama, Berulang
Saat menjalani sumpah profesi ini, ada bagian yang menyatakan bahwa kami akan menjalankan tugas kami dengan cara yang terhormat dan bersusila, sesuai dengan martabat pekerjaan kami. Tapi manusia yang memerkosa keluarga pasiennya itu, bagian mana yang terhormat dari cara dia bekerja?
Yang membuat saya tergelitik adalah, saat saya membicarakan soal ini dengan kawan saya, saat saya sibuk bilang betapa goblok tolol, bejat, gak punya otaknya si oknum jas putih itu, kawan saya cuma bilang: “Yakin nih pelakunya cuma satu orang? Yakin gak ada circle-nya yang kelakuannya setipe dan mereka biasanya saling memberi info?”
Betul juga. Kenapa saya pura-pura tutup mata padahal saya sudah puluhan bahkan ratusan kali melihat pola perilaku yang sama, walaupun korbannya mungkin bukan keluarga pasien dan perilakunya bukanlah perkosaan. Kekerasan seksual tetap kesalahan, apapun bentuknya.
Di sini akan saya ceritakan sedikit (banyak) yang saya lihat, dengar dan alami sejak kuliah sampai bekerja. Sebagian besar korbannya adalah perempuan.
Yang saya lihat dulu, senior saya – sebut saja namanya Bunga (biar kaya koran-koran yang isinya berita kriminal melulu itu) – bersama dengan salah seorang pengajar yang sudah berusia sekitar 50-an tahun. No, don’t give me a “maybe they’re in love” argument. It’s stupid and so cliché. Pengajar itu punya istri dan anak, dan dia menjemput Bunga ke luar kota. Ndak usah ada yang sok membela dan bilang “Itu cuma perhatian dosen kepada mahasiswa perantauan”. Halah telek! Kita sama-sama tahu apa yang terjadi.
Dan ajaibnya, di stase itu, ada banyak sekali kawan saya yang mengubah citra diri mereka dari perempuan lugu dengan pakaian sopan, menjadi perempuan lebih gaul dengan pakaian yang membungkus ketat persis lontong.
Jadi bukan cuma satu korban di stase itu, tapi ada banyaaaaaaaak sekali! Ada banyak korban perempuan yang, karena masalah relasi kuasa, menjadikan diri mereka sebagai “santapan” untuk memuaskan mata para senior kami. Saya termasuk salah satunya, walaupun ndak termasuk bagian yang jadi “lontong” kalau jaga malam.
Pada saat itu kami merasa, kalau kami tampil menarik, flirt a little with them, kehidupan kami di stase itu akan menjadi lebih ringan dan lebih mudah. Kami juga akan lebih sering kebagian tindakan-tindakan menarik walaupun sebenarnya hanya oknum yang mementingkan hal begitu. Kalau kau belajar, ya pasti kau akan dapat kesempatan mendapatkan kasus bagus.
Kawan-kawan pernah menonton serial Grey’s Anatomy? Well, that’s real for some part, walaupun mungkin ndak seekstrem itu, sampai bolak-balik gonta-ganti pasangan. Itu adalah bagian kehidupan yang kami jalani. Bagian di mana “Yang cantik mah bebas” adalah hal yang biasa terjadi.
Kasus lain, saat senior-senior saya terbiasa bercanda yang menyangkut masalah seksual. Untuk sebagian besar dari kami, itu hal biasa. Tapi ada orang-orang yang tetap saja menganggap itu adalah hal yang tidak pantas. Well, they’re not a prude. It’s just who they are and that’s not a problem. Yang jadi masalah adalah saat orang-orang yang hobinya bercanda soal seksual ini memaksakan guyonan yang sama kepada pihak yang ndak suka. Itu adalah sebuah kekerasan seksual juga. Para “prude” ini mau ndak mau terpaksa meladeni lelucon mesum demi kenyamanan hidup mereka di stase.
Lain lagi. Ada satu perempuan, kali ini namanya Lintang deh biar estetik, yang sering jadi bulan-bulanan para senior ini. Dia tidak keberatan dengan candaan yang menjurus ke arah seksual, tapi kalau dia ndak suka ya dia akan ngomong tanpa basa-basi. Siapapun lawan bicaranya. Akhirnya, kami baru tahu belakangan, ada grup berisi para senior yang sering mengedit foto Lintang dengan pose-pose yang agak absurd atapun menambahkan bubble dialog di fotonya. Tentu saja dengan kalimat bernuansa seksual. Tujuannya? Entah. Hiburan mereka nampak terlalu aneh di mata saya.
Hal-hal ini tidak terjadi saat para senior ini sedang sendirian. Saat sendiri, biasanya mereka sangat bisa diajak berdiskusi untuk masalah studi, dan mereka tidak mengeluarkan celotehan mesum saat sendirian. Mau dibilang sapioseksual pun saya rela, karena mereka memang pintar. Sungguh menarik. Namun, begitu kawanan mereka datang, wuihhhhh.. rasanya seperti melihat gerombolan laki-laki yang liar dan yang ndak bisa nahan otak mesumnya.
Ada lagi. Seorang senior yang jauh sekali usianya di atas saya. Citranya? Jangan ditanya! Baik sekali, suka membantu orang, mulai dari pasiennya sampai ke anak-anak didiknya. Bukan hanya membantu soal materi, tapi juga membantu memberikan jalan agar orang-orang ini bisa mudah menjalani kehidupannya (pekerjaan, pengobatan, dan lain sebagainyalah). Di balik itu, dalam bilik yang lebih tertutup, dia memulai percakapan seperti “Jadi film biru favoritmu apa?” Yes, I know that because I’m one of his victim. Dan ya, dia pakai bahasa film biru, yang menunjukkan betapa jauhnya usia dia di atas saya.
Percakapan itu adalah awal. Kali berikutnya, dia bertanya: “Kalau stres bisa bikin disfungsi ereksi kan? Kamu bisa bantuin ndak?”. Dia bertanya kepada perempuan, sejawat, yang usianya pantas menjadi anaknya dan ibu dari perempuan ini adalah pasiennya. Mantap kan perlakuan binatang ini? Jangan berani bilang: “Kenapa gak kamu lawan? Lawan dong kalau ndak suka!”. Sana pahami dulu, baru boleh bacot!
Baca Juga: Evaluasi Standar Pelayanan Rumah Sakit Hasan Sadikin Diperlukan Setelah Kasus Kekerasan Seksual oleh Dokter PPDS
Kekerasan Seksual di Kampus Unpad, Isu Serius yang Harus Diperhatikan Secara Khusus
Berita Baik
So yes, I talk from my experiences. Dari mata, telinga, dan dari pengalaman ketubuhan saya sendiri.
Ini adalah kejadian-kejadian yang saya alami sejak saya menjalani pendidikan kedokteran dan itu sudah terjadi lebih dari 10 tahun yang lalu. Pola pergaulan mungkin berubah, begitu juga dengan kekerasan seksual. Semakin banyak bentuk kekerasan seksual yang terjadi.
Saya bersyukur karena akhirnya semakin banyak orang yang tahu sisi gelap dari profesi ini. Mereka adalah oknum, saya setuju. Ada ratusan bahkan ribuan orang lain di profesi ini yang menjalani profesi mereka dengan cara yang bermartabat dan tidak menggunakan posisinya untuk melakukan perbuatan kumuh, hina, rendah, tercela, dan bejat itu. Sungguh, tidak cukup hanya satu kata makian yang digunakan untuk menggambarkan kekerasan seksual!
Sekarang, berita-berita mengenai kekerasan seksual yang dilakukan oleh para oknum jas putih ini terbuka di media dan bisa diakses oleh semua orang. Hal ini adalah berita baik mengingat banyaknya orang yang menilai profesi ini terlalu tinggi. Profesi dokter mungkin mulia, tapi itu tidak serta-merta menjadikan manusia di dalamnya mulia. Mereka tetap manusia biasa.
*Kawan-kawan dapat mengikuti kabar terkini dari BandungBergerak dengan bergabung di Saluran WhatsApp bit.ly/ChannelBB