• Narasi
  • Kenapa Warga Surabaya Masih Enggan Menggunakan Transportasi Umum

Kenapa Warga Surabaya Masih Enggan Menggunakan Transportasi Umum

Transportasi umum akan menjadi pengalaman berbeda untuk setiap orang. Cara terbaik mengetahui kesenangan menggunakan transportasi umum adalah mencobanya sendiri.

Daniar Isnaini Maulidya

Anggota Lembaga Pers Mahasiswa GEMA Universitas Negeri Surabaya (Unesa)

Di dalam bus Trans Semanggi ketika hujan. (Foto: Daniar Isnaini Maulidya)

17 Mei 2025


BandungBergerak.id – Transportasi umum adalah fasilitas publik yang diberikan oleh pemerintah namun tidak sepenuhnya dimanfaatkan oleh masyarakat. Beberapa anggapan dan alasan simpang siur di telinga saya kenapa mereka menolak memanfaatkan transportasi umum. Sebagai seorang mahasiswa di Surabaya, saya bisa mengatakan transportasi umum adalah salah satu hal yang membuat saya bersyukur memilih Surabaya sebagai kota rantau.

Sebagai salah satu kota metropolitan Indonesia, tidak mengherankan jika jalan-jalan utama Surabaya dipenuhi kemacetan. Menurut Detik.com kemacetan di Surabaya bahkan melampaui Jakarta. Jadi, jika kita bisa memilih upaya mengurangi kemacetan, why not?

Tidak tepat jika dikatakan bahwa saya tidak menghadapi kemacetan ketika menaiki transportasi umum. Namun, menilik jumlah penumpang yang bisa diangkut oleh transportasi umum sekali jalan, kami berperan mengurangi kemacetan. Apa yang terjadi jika belasan orang tersebut memilih kendaraan pribadi? Jelas tambah macet.

Baca Juga: Metro Jabar Trans Mengaspal, Transportasi Bandung Raya Masih Jauh dari Memadai
Orang-orang Muda Bandung Mempertanyakan Mengapa Pemerintah Enggan Membangun Transportasi Publik yang Aman dan Nyaman?
Revitalisasi Halte Bus di Bandung di Mata Pengguna Transportasi Publik, Banyak yang Harus Diperbaiki

Refleksi Diri di Transportasi Umum

Ini hal yang sering membuat saya merenung. Ketika menaiki transportasi umum, dunia akan berjalan cukup lambat-tidak pernah tergesa-meski kamu sedang terburu-buru. Saat itu adalah saat yang tepat memperhatikan bagaimana dunia bekerja. Bahwa semesta tidak hanya berpusat padamu. Memperlihatkan aktivitas berbeda namun masih terasa manusia.

Kamu akan disuguhi karyawan yang sedikit lesu dan memeluk tasnya erat. Kamu akan menjumpai bapak yang membawa sapu dan kemoceng dari Wiyung untuk dijual di Kebun Binatang Surabaya. Kamu akan melihat manusia berempati menawarkan tempat duduk atau menawarkan membayar tiket penumpang karena ia tidak mengerti pembayaran digital.

Ketika menatap jalanan Surabaya yang diiringi hujan yang akhir-akhir ini cukup menjadi rutin, selayang pandang kamu melihat penyapu jalanan yang tekun atau relawan yang merelakan dirinya kepanasan untuk mengatur jalan. Menurut saya aktivitas ini selalu berhasil membuat saya tenang. Ternyata kita sama-sama berjuang, pikir saya. Ini memang bisa diamati di mana dan oleh siapa saja, tapi saya rasa tidak akan senikmat kamu memandanginya di bus sambil menyenderkan kepala.

Transportasi Umum Membuat Saya Berhemat

Transportasi umum di Surabaya yang saya naiki di antaranya adalah Suroboyo Bus, Trans Semanggi, dan Wira-wiri. Biaya perjalanan yang harus dikeluarkan adalah Rp5.000 jika kamu masyarakat umum, Rp2.500 jika kamu adalah pelajar, dan gratis jika kamu berusia lebih dari 60 tahun. Jadi biaya yang saya keluarkan setiap perjalanan adalah 2,5k.

Tiket transportasi umum di Surabaya telah berintegrasi, sehingga jika beralih antar bus kamu tidak perlu membayar lagi selama tiketnya masih berlaku, yakni selama dua jam. Saya bisa pergi ke Surabaya  kota,  timur ataupun selatan dari Surabaya Barat dengan murah. Sebagai mahasiswa, ini adalah hal yang menyenangkan dan selalu saya banggakan ke teman-teman.

Nikmati Hasil Pajak yang Telah Dikeluarkan, Kawan

Entah kamu, orang tuamu, atau masyarakat lain yang telah membayar pajak kepada pemerintah, ini sudah saatnya kamu menikmati apa yang telah dibangun. Pemerintah saat ini sudah jarang melakukan hal baik jadi ketika ada hal baik seperti ini harus dimanfaatkan. Walaupun sebenarnya juga tidak sebaik itu, tapi siapa tahu semakin banyak orang yang berminat untuk menaiki transportasi umum, maka semakin diperbaiki fasilitas yang berkaitan dengan transportasi umum ini.

Masih ada beberapa hal yang saya nikmati berkenaan dengan transportasi umum khususnya di Surabaya seperti nyaman, aman, tidak perlu berpanas-panas, bisa sekaligus istirahat atau mengerjakan tugas di perjalanan, mengurangi polusi udara yang menumpuk, dan hal-hal baik lainnya. Saya percaya setiap manusia senantiasa mengalami pengalaman dan memiliki perspektif unik masing-masing, maka cara terbaik untuk mengetahui kesenangan menaiki transportasi umum adalah mencobanya sendiri.

Lantas, dengan segala kemudahan yang ditawarkan mengapa banyak masyarakat khususnya mahasiswa yang enggan menggunakan fasilitas itu. Saya akan menyebutkan alasan dari teman-teman dan bagaimana tanggapan saya.

Tidak Tahu Cara Mengakses Transportasi Umum

Sejauh ini, alasan tersebut yang paling sering terdengar. Beberapa teman sering bertanya kepada saya. Beruntungnya, teman-teman yang awalnya bertanya kepada saya kini lebih memilih untuk menggunakan transportasi umum ketika berjalan-jalan ketimbang menggunakan kendaraan pribadi mereka.

Kembali pada topik sebenarnya, bagaimana cara menggunakan transportasi umum?

Hal yang diperlukan sebetulnya cukup melihat Google Maps. Caranya sama dengan kita mencari rute saat bepergian, bedanya adalah pilih menggunakan jalur transportasi umum yang berlogo bus. Biasanya di sana sudah tertera waktu, halte, dan jenis kendaraan. Untuk jenis kendaraan cukup tricky ketika baru pertama kali. Saya ingat harus bolak-balik mencari arti kode kendaraan, dalam hal ini aplikasi Gobis cukup membantu. Saya akan contohkan beberapa kode; fd untuk wira-wiri, kl untuk trans semanggi, dan sb untuk surabaya. Dalam fd juga akan ada kode angka sesuai rute yang dituju (misalnya FD06 untuk TIJ-Lakarsantri). Jadi, meskipun mudah saya menyarankan untuk pergi dengan teman yang sudah berpengalaman ketika pertama kali mencoba.

Naik Transportasi Umum = Tua di jalan

Adalah alasan kedua yang sering terdengar di telinga. Sedikit banyak hal ini sempat terlintas di pikiran saya. Namun, seiring perjalanan saya berpikir untuk apa kita senantiasa terburu-buru? Apa yang kita kejar? Sehingga, saya mulai lebih menikmati perjalanan menggunakan transportasi umum. Jika acara tersebut penting, toh, saya hanya harus berangkat lebih awal. Banyak kegiatan yang bisa dilakukan ketika sudah naik, misalnya membaca buku, mendengarkan musik, mengerjakan tugas, menulis, bermain game, hafalan, ataupun sekadar melamun. Terkadang, perjalanan panjang cukup menyenangkan, lho!

Dengan hal-hal yang telah saya utarakan, keputusan senantiasa kembali pada kawan-kawan. Transportasi umum akan menjadi pengalaman yang selalu berbeda untuk setiap orang. Dari saya sendiri masih mengeluhkan setidaknya dua hal; trotoar untuk pejalan kaki ketika menuju halte yang kadang tidak tersedia dan halte umum yang cukup di pinggir jalan tanpa adanya atap. Dan jangan pernah memandang kasihan pada orang yang menaiki transportasi umum! Banyak masyarakat negara maju yang menggunakannya, lagi pula saya sendiri juga sering melihat gadget terbaru yang digunakan penumpang dan juga lingkungan mewah tempat tinggalnya. 

 

*Kawan-kawan dapat membaca esai-esai menarik lainnya tentang transportasi umum

Editor: Ahmad Fikri

COMMENTS

//