• Berita
  • Metro Jabar Trans Mengaspal, Transportasi Bandung Raya Masih Jauh dari Memadai

Metro Jabar Trans Mengaspal, Transportasi Bandung Raya Masih Jauh dari Memadai

Bus Rapid Transit (BRT) kini punya nama baru yaitu Metro Jabar Trans. Tidak ada yang baru selain pergantian nama.

Peluncuran Metro Jabar Trans, bus yang sebelumnya bernama Bus Rapid Transit (BRT) Bandung Raya, 2 Januaroi 2025. (Foto: Prima Mulia/BandungBergerak)

Penulis Resha Allen Islamey 24 Januari 2025


BandungBergerak.idDi penghujung tahun 2024, Pemerintah Provinsi Jawa Barat merilis bus Metro Jabar Trans (MJT). Namun, peluncuran moda transportasi ini hanya alih nama, atau istilah kerennya rebranding, semata dari bus yang sebelumnya bernama Bus Rapid Transit (BRT) Bandung Raya. Jawa Barat khususnya wilayah Bandung Raya masih bergelut dengan kemacetan dan kekurangan transportasi umum. 

Kemacetan di Bandung Raya lebih banyak disebabkan karena terbatasnya kemampuan transportasi publik sehingga warga lebih memilih kendaraan pribadi. Mengutip data Pemkot Bandung, menurut World Bank hanya 13 persen masyarakat Bandung yang memanfaatkan moda transportasi umum. 

Merujuk dokumen Kota Bandung Dalam Angka 2006-2021, kita dapat mengetahui bahwa dalam waktu lima belas tahun terakhir, jumlah kendaraan bermotor milik pribadi bertambah tiga kali lipat. Pada tahun 2005, tercatat sebanyak 651.584 unit kendaraan bermotor dengan komposisi 639.927 unit kendaraan bermotor nonumum, dan 11.657 angkutan umum. Pada tahun 2020, jumlahnya sudah tercatat sebanyak 1.571.795 unit, terdiri dari, 1.559.281 unit kendaraan bermotor nonumum dan hanya 12.514 angkutan umum.

Baru Enam Rute

Transportasi publik di Bandung Raya dengan kapasitas paling besar baru Metro Jabar Trans, yang merupakan program Kementerian Perhubungan bernama TemanBus. Kini, pengelolaannya diserahkan kepada pemerintahan daerah Provisnsi Jawa Barat. MJT juga termasuk ke dalam proyek transportasi massal yang direncanakan terdiri dari 21 rute, itu pun baru 6 rute yang terealisasi.

Enam rute MJT terdiri dari Leuwipanjang-Soreang, Kota Baru Parahyangan-Alun Alun Bandung, Baleendah-Bandung Electronic Center (BEC), Leuwipanjang-Universitas Padjadjaran (Unpad) Dipatiukur, Unpad Dipatiukur-Unpad Jatinangor, dan Leuwipanjang-Majalaya.

Raihan Aulia, founder Transport for Bandung, mengatakan jumlah armada maupun rute MJT harus ditambah untuk melayani warga Bandung Raya yang memerlukan layanan transportasi publik. “Karena sekarang (rute) juga masih belum cukup,” kata Raihan, Senin, 20 Januari 2025.

Raihan menilai, minat masyarakat terhadap transportasi publik sebenarnya tinggi walaupun moda transportasi umum di wilayah Jawa Barat masih belum baik. Sayangnya, animo yang tinggi ini tidak didukung dengan komitmen untuk layanan yang baik. 

Di lain sisi, Ricky, salah satu penumpang, merasa perhubungan (konektivitas) antarmoda transportasi massal di Bandung raya masih serba terbatas. Hal ini yang mesti diingkatkan oleh pemerintah. 

Meski demikian, Ricky puas dengan layanan MJT. Warga yang bekerja di daerah Kabupaten Bandung, Bojoangsoang ini beranggapan MJT memiliki banyak manfaat. 

“Kadang-kadang ada aja [keterlambatan], tapi masih bisa ditoleransi karena jalanan Bandung, kan, [macet],” sambung Ricky, saat ditemui di Stasiun Alun-Alun Bandung, Senin, 20 Januari 2025.

Baca Juga: PROFIL TRANSPORTFORBANDUNG: Sukarela Membenahi Transportasi Publik
Trans Metro Pasundan adalah Hak Warga untuk Mendapatkan Transportasi Publik
Transportasi Publik di Bandung Jalan di Tempat

Peluncuran Metro Jabar Trans, bus yang sebelumnya bernama Bus Rapid Transit (BRT) Bandung Raya, 2 Januaroi 2025. (Foto: Prima Mulia/BandungBergerak)
Peluncuran Metro Jabar Trans, bus yang sebelumnya bernama Bus Rapid Transit (BRT) Bandung Raya, 2 Januaroi 2025. (Foto: Prima Mulia/BandungBergerak)

Evaluasi untuk Metro Jabar Trans

Sayangnya, tidak semua MJT dapat menjangkau jam operasional warga. Raihan mencohkan Rute Leuwipanjang–Majalaya yang hanya beroperasi dari jam enam pagi hingga jam satu siang. Padahal, kata Raihan, transportasi umum yang memadai tidak menjangkau daerah Majalaya, hanya dilalui angkot dan elf.

“Karena kantor untuk bubaran kerja jam 5-an. Kalau busnya jam 1 atau 2 terakhiran, gimana orang mau pakai gitu,” keluhnya.

Lebih lanjut, Raihan mengatakan bahwa bus MJT belum aksesibel sebab belum menjangkau seluruh daerah Bandung Raya. Walaupun sudah ada penambahan rute seperti ke Soreang dan Baleendah, tapi belum sepenuhnya ideal. Rute Leuwipanjang–Soreang, misalnya, sebab via jalur tol sehingga tidak menjangkau wilayah padat penumpang seperti Kopo.

Raihan juga mengeluhkan fasilitas pendukung yang memadai. Menurutnya, kesediaan halte masih jarang, terlebih halte yang memadai. Ia juga menyebut MJT belum terintergrasi layanan transportasi lain, misalnya, dengan Trans Metro Bandung. Sehingga, perlu membayar dua kali ketika ingin menyambung bus lain.

Bus MJT juga belum sepenuhnya inklusif bagi lansia dan difabel. Raihan membeberkan, baru dua koridor yang sudah ramah difabel sebab rute dan bus baru. Selain dua bus tersebut, masih belum menggunakan bus lama dengan usia 10 tahun dan belum ramah difabel.

“Karena itu, harapannya ketika bus-bus ini nanti diganti dengan bus yang baru, digantinya dengan bus yang lebih ramah disabilitas. Sehingga yang ramah disabilitas bukan hanya 2 koridor saja, tapi semua koridor yang udah ramah,” ujar Raihan. 

Raihan juga berharap, Bandung mulai mereformasi angkot sebab menurutnya tulang punggu transportasi di Bandung. Dengan adanya MJT, katanya, perlu mulai memerhatikan angkot sebab selama ini angkot minim dilibatkan dalam perencanaan transportasi di Kota Bandung. Dengan begitu, penumpang dapat dengan mudah mengakses transpotasi umum yang saling terkoneksi dengan moda transportasi umum lainnya.

*Kawan-kawan bisa menyimak reportase tentang  Transportasi Kota Bandung di tautan ini

Editor: Iman Herdiana

COMMENTS

//