• Kolom
  • JALIN JALAN PANTOMIM #5: Pantomim dan Musik sebagai Kekuatan yang Liyan

JALIN JALAN PANTOMIM #5: Pantomim dan Musik sebagai Kekuatan yang Liyan

Bukankah musik ada dimana-mana, seperti juga pantomim yang memerdekakan dirinya melalui gerak tubuh dan imaji-imaji yang meletup?

Wanggi Hoed

Seniman pantomim

Sebuah penampilan pantomim oleh Onesix Sauyunan di depan Toko Buku Bandung, Selasa (6/6/2023) malam. (Foto: Tofan Aditya/BandungBergerak.id)

21 Mei 2025


BandungBergerak - Musik dan keheningan berpadu kuat karena musik diciptakan dalam keheningan, dan keheningan penuh dengan musik. (Marcel Marceau).

Ada hal lain yang menarik untuk dibahas terkait seni pantomim, yakni kerja mendengar yang sering kita abaikan dalam aktivitas keseharian. Baru ketika ada desakan atau bunyi yang memekakkan telinga, kita merasakan pendengaran tersebut. Padahal ‘mendengar’ seyogyanya menjadi dasar yang kuat bagi kita untuk bisa menangkap segala elemen di semesta ini. Terutama menyerap apa yang berbunyi dan bersuara, tak terkecuali diri.

Pernyataan Marcel Marceau yang berkaitan dengan musik, merupakan salah satu bentuk kesetaraan seni. Ia mengalami dan menggunakan seni sebagai bahasa universalnya. Di sana, semua bentuk seni memiliki kekuatan dan ketangguhan dalam menyampaikan pesan dan gagasan. Dalam beberapa karya Marceau, kita akan menemukan penggunaan musik ataupun instrumen. Di lain karya, tak ada musik, hanya suara tubuh dan ketukan kaki sebagai ritme dan tempo dari napas dan gerak tubuhnya.

Dalam beberapa ruang, yang sebagian di antaranya dilakukan secara kolaboratif, saya mencoba untuk mengadopsi gaya Marceau tersebut. Ini sesuatu yang memperkaya dan penuh dengan hal yang mengejutkan.

Baca Juga: JALIN JALAN PANTOMIM #4: Marcel Marceau, Perlawanan dan Kemanusiaan melalui Bahasa Pantomim
JALIN JALAN PANTOMIM #3: Pantomim, Protes, dan Politik

Musik sebagai Jembatan

Bahasa musik adalah bagian dari jembatan untuk memperkuat ekspresi, gerak tubuh, dan imajinasi. Sekaligus sebagai pemantik kesadaran alamiah dari manusia, bahkan bagi mereka yang tak mendengar dan tak bersuara. Mereka yang tak melihat pun dapat merasakannya.

Setiap yang hidup tentu akan mengalami berbagai macam hal dari berbagai bebunyian atau suara dari musik apapun. Setidaknya pantomim menjadi musikalitas dalam aktivitas sehari-hari, sebab tubuh adalah semesta dari bunyi itu sendiri.

Pernah suatu waktu Marceau memasukkan musik Beethoven ke dalam penampilannya. Yang paling populer tentu saja repertoar "Moonlight Sonata". Marceau juga menggunakan "Symphony No. 9", karya Beethoven yang lain, dalam karyanya. Ini membuktikan bahwa sang pantomim memiliki kepekaan dan selera tinggi terhadap musik. Beethoven, sang maestro pianis dan komponis, pernah mengatakan bahwa musik adalah sebuah wahyu yang lebih tinggi daripada semua kebijaksanaan dan filsafat. Pernyataan itu memvalidasi perkataan dari Marceau, dan nyatanya musik sampai hari ini masih memiliki kekuatan yang liyan.

Perihal penggunaan musik dalam pantomim ini telah lama diperbincangkan, meski timbul tenggelam. Pada peristiwa panggung, baik di jalanan maupun di ruangan tertutup, suasana terasa berbeda ketika musik diputar sebagai latar pertunjukan. Muncul kesan bahwa bukan hanya tema atau pesan yang akan disampaikan. Namun, semua kembali lagi pada aktor pantomim yang hendak berpentas.

Pantomim dan musik dapat membebaskan diri dan jiwa. Sesuatu yang terus diperjuangkan sampai hari ini. Pantomim berupaya untuk menjembatani kebebasan berimajinasi dalam konteks yang sesuai dengan kapasitasnya. Biarkan tubuh itu bebas dan bergerak dengan kemauannya. Serupa musik, dia bisa menggunakan alat musik atau tidak. Bukankah musik ada dimana-mana, seperti juga pantomim yang memerdekakan dirinya melalui gerak tubuh dan imaji-imaji yang meletup?

Saya teringat perkataan Patti Smith, seorang musisi dan penyair: “Bagi saya, punk rock adalah kebebasan untuk berkreasi, kebebasan untuk sukses, kebebasan untuk tidak sukses, kebebasan untuk menjadi diri sendiri. Itu kebebasan.”

Dan dalam pantomim, musik berpadu kuat dengan keheningan.

Seniman pantomim Wanggi Hoediyatno alias Wanggi Hoed. (Dok Wanggi Hoed)
Seniman pantomim Wanggi Hoediyatno alias Wanggi Hoed. (Dok Wanggi Hoed)

Hakikat Keheningan

Bagi orang Romawi, kata pantomim hanya merujuk pada pertunjukan atau sandiwara komik, sementara pantomim memiliki tema serius dan menggunakan topeng untuk mengidentifikasi karakter aktor. Saat ini kata pantomim dan pantomim hampir dapat dipertukarkan.

Ada dua tipe dasar pantomim: literal dan abstrak. Pantomim literal adalah bentuk yang paling terkenal. Karya ini menyajikan sebuah cerita, biasanya lucu, sehingga membuat penonton tahu persis bagaimana menafsirkan plotnya.

Dalam pantomim abstrak, seringkali tidak ada plot sama sekali. Karya ini berupaya membangkitkan perasaan dan pikiran. Biasanya bersifat serius. Gesturnya mungkin ambigu, tapi itu salah satu bagian penting dari postur gerak hidup kita. Misalnya, gambaran tentang terkuncinya pintu yang melambangkan hilangnya kesempatan.

Seorang pantomim yang terampil dapat menggabungkan teknik literal dan abstrak. Plot yang tampak sederhana dimainkan sedemikian rupa sehingga makna yang lebih dalam dapat tersirat dan pesan yang disampaikan juga dapat ditafsirkan bebas oleh penonton.

Rasa dan empati menjadi elemen penting dalam karya. Marceau menemukan ini semata-mata bukan karena ia adalah saksi sejarah holocaust. Dalam sebuah wawancara yang termuat dalam artikel media massa cetak, ia berkata: “Seni pantomim telah mengajari saya sesuatu tentang hakikat keheningan.” Justru di jalan sunyi, kita menemukan yang berharga.

Melakukan penelusurannya terhadap seni pantomim selama dua dekade lebih, saya mengamininya. Seni pantomim dan seni lainnya, terlebih seni pantomim di Indonesia, belum mendapat tempat yang layak. Padahal, seni pantomim tidak boleh diremehkan hari ini, terutama karena kita semakin kurang memperhatikan bahasa tubuh, gerak tubuh, dan gerakan kita. Dan karena kita mulai berbicara lebih sedikit akibat perkembangan teknologi secara eksponensial.

 

*Kawan-kawan dapat mengikuti kabar terkini dari BandungBergerak dengan bergabung di Saluran WhatsApp bit.ly/ChannelBB

Editor: Tri Joko Her Riadi

COMMENTS

//