Komunitas Kompilasi Unpad Menggunjingkan Transparan dalam Penggunaan AI
Sebagai teknologi, kecerdasan buatan tidak memiliki empati sehingga tidak dapat menggantikan elemen penting jurnalisme. Komunitas Kompilasi Unpad mengupasnya.
Penulis Akhmad Aziz Nanda Saira23 Mei 2025
BandungBergerak.id - Perkembangan teknologi kecerdasan buatan (AI) membawa perubahan signifikan dalam industri media, khususnya terhadap ilmu jurnalisme. Namun, AI hanya berperan sebagai partner, bukan pengganti peran manusia di bidang jurnalistik. AI tidak memiliki empati yang merupakan elemen penting dalam jurnalisme.
"AI tidak dapat menggantikan peran manusia secara keseluruhan, khususnya dalam industri media. AI dapat menjadi alat bantu yang sangat berguna, namun empati dan kemampuan manusia untuk memahami konteks secara mendalam tetap menjadi faktor kunci," jelas Abie Besman.
Abie selaku dosen historiografi di Program Studi Jurnalistik Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran (Unpad) berbicara saat diskusi bertajuk "Apakah Media Harus Transparan Dalam Penggunaan AI" yang digelar Komunitas Peminat Ilmu Komunikasi (Kompilasi) Unpad, di kampus Unpad Jatinangor, Rabu, 14 Mei 2025.
Abie Besman membuka wawasan peserta dengan berbagi pengalaman menariknya selama menjalani masa Postdoctoral di Texas, Amerika Serikat. Ia menceritakan pertemuannya dengan seorang dosen bernama Ostin yang memberikan perspektif baru dalam memandang keilmuan jurnalistik.
"Pengetahuan kita soal jurnalisme hanya sebuah selang, yang mana kalian harus mengisi selang itu dengan ilmu pengetahuan atau wawasan yang baru," kata Abie Besman, di tengah diskusi yang dihadiri sekitar 10 mahasiswa.
Abie menambahkan, pemahaman sejarah memainkan peran penting dalam menghadapi tantangan teknologi masa kini. Ia berpendapat wawasan historis memberikan perspektif berharga untuk memahami dinamika dan kompleksitas isu-isu kontemporer, termasuk penggunaan AI dalam media.
"Sejarah mengajarkan kita bahwa setiap teknologi baru selalu membawa perubahan dalam praktik media. Yang berbeda sekarang adalah kecepatan perubahannya," tambah Abie.
Diskusi yang berlangsung selama dua jam ini tidak hanya membahas tentang bagaimana media menggunakan AI, tetapi juga pentingnya transparansi dalam penggunaan teknologi tersebut. Para peserta terlibat aktif dalam sesi tanya jawab, menunjukkan tingginya minat mahasiswa terhadap topik ini.
Baca Juga: BERKAWAN KECERDASAN BUATAN: AI di Mata Jurnalis
Kemajuan Kecerdasan Buatan dan Masa Depan Editor Buku
Komunitas Kompilasi
Komunitas Kompilasi, tuan rumah diskusi, merupakan wadah bagi peminat ilmu komunikasi yang lahir dari keprihatinan sekelompok mahasiswa Jurnalistik Unpad akan minimnya ruang diskusi ilmu komunikasi di lingkungan kampus. Beberapa mahasiswa jurnalistik berinisiatif membentuk komunitas ini dengan tujuan menciptakan platform bagi mahasiswa untuk bertukar pikiran dan memperdalam pemahaman mereka tentang berbagai aspek ilmu komunikasi.
"Kami melihat kebutuhan akan ruang diskusi yang fokus pada ilmu komunikasi sangat tinggi, namun fasilitasnya masih terbatas. Itulah yang mendorong kami untuk membentuk Kompilasi," ujar Yoga Firman, salah satu mahasiswa pendiri komunitas ini.
Ketua Komunitas Kompilasi tersebut mengungkapkan, rencana untuk mengadakan seri diskusi lanjutan dengan tema-tema aktual lainnya di bidang komunikasi. "Respons positif dari peserta menunjukkan bahwa inisiatif ini memang dibutuhkan. Kami berencana mengadakan diskusi serupa setiap bulan dengan topik-topik yang relevan dengan perkembangan ilmu komunikasi," jelasnya.
Pembentukan Komunitas Kompilasi mendapat dukungan dari beberapa Dosen Fakultas Ilmu Komunikasi dan mereka menyatakan apresiasinya terhadap inisiatif mahasiswa dalam menciptakan ruang diskusi ilmiah.
Diskusi ini menjadi tonggak penting bagi Komunitas Kompilasi yang baru berusia dua tahun. Dengan semakin banyaknya minat mahasiswa terhadap ilmu komunikasi, komunitas ini diharapkan dapat terus berkembang dan memberikan kontribusi nyata bagi pengembangan wawasan dan pemikiran kritis mahasiswa Unpad.
*Kawan-kawan yang baik bisa membaca lebih lanjut artikel dari Akhmad Aziz Nanda Saira, atau isu lain tentang Kecerdasan Buatan