The Heart Grows Flowers di Tjap Sahabat, Pameran Merawat Luka dan Refleksi Diri oleh Gio Sarsono
Pergulatan personal di masa kecil mendorong Gio Sarsono menggerakan akal kreatifnya. Lahirlah pameran “The Heart Grows Flowers” di Tjap Sahabat, Jalan Cibadak.
Penulis Audrey Kayla Fachruddin24 Mei 2025
BandungBergerak.id - Pameran tunggal “The Heart Grows Flowers” oleh Christopher Gio Sarsono menampilkan bentuk refleksi diri mengenai hubungannya dengan sosok Ibu. Gio menelusuri memorinya 14 tahun silam ketika ibunya melawan kanker payudara. Saat itu Gio berusia 11 atau 12 tahun. Ia tidak menyangka siap menghadapi kenyataan pahit itu.
Pameran yang berlangsung di Tjap Sahabat, Jalan Cibadak No, 168 A Bandung ini berawal dari proyek fotografi pribadi Gio yang digarap sekitar dua tahun lalu dan berakhir menjadi sebuah video. Secara umum, Gio mencoba untuk menceritakan sudut pandangnya sebagai anak ketika melihat perjuangan ibunya dalam melawan kanker payudara.
Setelah mengunjungi ulang proyek tersebut, fotografer dan printmaker asal Bandung ini merasa perlu menciptakan suatu output lain terkait proyeknya. Sejak akhir tahun lalu, Gio sedang tertarik untuk mengeksplorasi berbagai proses alternatif terkait karya-karya yang telah dibuatnya. Dengan demikian, ia mencoba untuk menggabungkan tiga proses alternatif–gumoil, cyanotype, dan vandyke brown–serta lebih banyak berbincang dengan ibu untuk merekonstruksi visualisasi cerita fotonya ke dalam bentuk baru.
Gio merasa topik yang ia garap cukup mudah untuk dieksplorasi lebih lanjut karena adanya keterikatan emosi secara personal. “Bagaimana si karakter-karakter ini (atau) “subjek-subjek” ini bisa merefleksikan diri sendiri?” ujar Gio, ketika menjelaskan proses kreatifnya.

Perjuangan ibunya melawan kanker telah berdampak kepada pembentukan karakter Gio. Rangkaian cerita foto yang disajikan melalui kacamata Gio kecil menunjukkan berbagai perasaannya saat itu–cemas, sedih, berharap, dan lain-lain–yang belum dapat ia sampaikan dengan baik sehingga akhirnya ia memutuskan untuk menuangkan segalanya melalui fotografi.
Secara visual, berbagai foto yang disajikan tidak menunjukkan wajah atau ekspresi dari Gio maupun ibunya. Meskipun begitu, rangkaian cerita foto tersebut dapat menjelaskan berbagai visualisasi bagian tubuh, simbol bunga, serta barang-barang yang menunjukkan perasaan dan memori Gio pada masa tersebut. Dengan perspektif tersebut, pameran ini terkesan lebih hangat dan dekat seakan audiens merasakan memori itu secara langsung.
Berkaitan dengan proses alternatif, dapat dikatakan bahwa cyanotype, vandyke brown, serta gumoil merupakan teknik pencetakan foto yang menggunakan berbagai campuran kimia dan sinar UV. Perbedaan ketiganya dapat dilihat melalui warna yang dihasilkan. Cyanotype merupakan proses alternatif iron-based yang tergolong mudah untuk digunakan dan menghasilkan warna biru Prusia. Kepekatan warna biru tersebut tergantung pada berapa lama cetakan terpapar dengan sinar UV.
Baca Juga: Memaknai Kota Kembang dengan Pameran Foto Maestro
The Art Intifada, Membongkar Kejahatan Perang Israel terhadap Rakyat Palestina dalam Pameran Seni di Galeri Soemardja ITB

Dalam pameran ini, Gio menggunakan cyanotype terhadap berbagai cetakan yang ukurannya lebih besar. Kemudian, vandyke brown merupakan campuran dari silver-process dan iron-process sehingga menciptakan warna sepia yang cukup pekat. Secara historis, istilah teknik ini diangkat dari nama pelukis Belgia, Anthony van Dyck, yang terkenal dengan warna cat minyak coklat khasnya pada berbagai lukisannya.
Terakhir, gumoil merupakan proses alternatif yang menggunakan cat minyak ketika mencetaknya dan menciptakan warna monokrom pekat serta terdapat sedikit grain atau bintik-bintik. Teknik ini diciptakan pada tahun 1990 oleh Karl P. Koenig, printmaker asal Amerika, yang merasa kurang puas akan proses pencetakan foto konvensional.
Di saat pembukaan pameran, perwakilan Tjap Sahabat menyatakan bahwa acara ini, dan empat pameran sebelumnya, sengaja diadakan pada hari Kamis karena wilayah Cibadak tidak terlalu ramai. Cibadak juga dapat dianggap sebagai tempat yang “unik” untuk berpameran seni rupa yang biasanya berlokasi di sekitar Bandung utara. Ia merasa setiap pembukaan pameran merupakan momen tepat untuk mempererat juga memperluas koneksi setiap individu sehingga muncul rasa kekeluargaan di sana.
Tjap Sahabat juga berkomitmen untuk mendukung para seniman untuk menggunakan ruangannya sebagai perpanjangan tangan mereka ketika menunjukkan berbagai karyanya kepada masyarakat umum. Pameran tunggal pertama Gio Sarsono sendiri berlangsung dari tanggal 15-22 Mei 2025 di Tjap Sahabat.
*Kawan-kawan yang baik bisa membaca artikel-artikel lain oleh Audrey Kayla, atau artikel lain tentang Pameran Seni Bandung