• Berita
  • GELAP DAN RUSAK JALAN SUKARNO HATTA BANDUNG: Cemas di Segmen Gedebage

GELAP DAN RUSAK JALAN SUKARNO HATTA BANDUNG: Cemas di Segmen Gedebage

Jalan Sukarno Hatta segmen antara simpang Gedebage dan Ibrahim Adjie (Kiaracondong) tercatat sebagai kawasan paling rawan kecelakaan berdasarkan hasil penelitian.

Situasi Jalan Sukarno Hatta, Bandung, pada malam hari, 16 Mei 2025. (Foto: Wilda Nabila Yoga/BandungBergerak)

Penulis Tim Redaksi3 Juni 2025


BandungBergerak.id – Minimnya penerangan dan kondisi jalan yang rusak di Jalan Sukarno Hatta segmen Gedebage, menuai keluhan banyak pengguna jalan. Salah satu pengendara motor, Ghina (20 tahun), mengaku merasa cemas setiap melintasi area tersebut, terutama pada malam hari.

“Dari arah Gedebage sampai ada tanjakan yang sampingnya sawah itu tuh gelap mampus, ga ada lampu, dan pohonnya banyak. Jadi, kalau naik motor kurang safety, menurut gua. Dan di tanjakan situ tuh paling sering ada kecelakaan,” ujar Ghina.

Menurut Gina, di Jalan Sukarno Hatta wilayah Gedebage terdapat gang yang menjadi akses utama warga lokal. Gang ini menjadi akses utama bagi keluar masuk kendaraan maupun pejalan kaki.

"Tapi dia ga keliatan soalnya gelap. Jadi, kadang ditabraknya sama mobil, atau adu sama motor lagi gitu," cerita Ghina.

Selain penerangan yang minim, Ghina menyebut kelalaian pengendara juga turut memperburuk situasi. Ia menyoroti pengendara yang sering memutar balik secara sembarangan di jalur tersebut. Ia juga mengungkapkan kekhawatiran terhadap potensi kejahatan di sekitar jalan karena kurangnya cahaya di malam hari. Ia sering mendengar kejadian pembegalan di daerah yang minim penerangan jalan.

“Menurut gue, peran pemerintah sangat amat perlu dan bukan Soetta doang,” tambahnya.

Jalan Sukarno Hatta merupakan jalur nasional yang menghubungkan berbagai wilayah dan menjadi salah satu akses utama Kota Bandung. Meski telah dilengkapi lampu jalan, pencahayaannya dianggap tidak memadai. Jarak antarlampu terlalu jauh dan banyak yang sudah tidak berfungsi. Lampu yang masih menyala pun umumnya berwarna kuning redup.

Tingginya volume kendaraan di jalur ini, baik roda dua maupun roda empat, menambah tingkat risiko kecelakaan. Hal ini diperburuk oleh kebiasaan sejumlah pengendara yang melaju dengan kecepatan tinggi, termasuk di sekitar gang-gang sempit.

Dewi (40 tahun), petugas keamanan di Universitas Informatika dan Bisnis Indonesia (UNIBI), yang setiap hari melintasi jalan ini dengan motor pribadi, juga mengaku tidak merasa aman ketika harus berkendara pulang saat malam hari.

“Karena saya tugas siang hingga sore, jadi kebanyakan saya melihat accident di siang hari. Di siang hari aja banyak accident apalagi kalau malam dengan penerangan yang kurang di Jalan Soekarno Hatta,” ujar Dewi.

Senada dengan itu, Omah (34 tahun), penjaga warung di sekitar Jalan Soekarno-Hatta, menyebut penerangan yang buruk sebagai salah satu penyebab kecelakaan yang sering terjadi di wilayah tersebut.

Kecelakaan paling anyar terjadi Kamis, 15 Mei 2025 dini hari. Kecelakaan tersebut, tutur Omah, disebabkan karena pengendara tidak melihat genangan air akibat minimnya pencahayaan. Laju kendaraan yang tinggi memperburuk kondisi sehingga pengendara motor mudah tergelincir.

Selain pengendara motor, pejalan kaki juga terdampak. Jalan yang lebar namun gelap membuat banyak warga enggan menyeberang, terutama pada malam hari. Sebagian memilih memutar arah atau menggunakan transportasi umum untuk menghindari risiko.

Situasi Jalan Sukarno Hatta, Bandung, pada malam hari, 16 Mei 2025. (Foto: Wilda Nabila Yoga/BandungBergerak)
Situasi Jalan Sukarno Hatta, Bandung, pada malam hari, 16 Mei 2025. (Foto: Wilda Nabila Yoga/BandungBergerak)

Segmen Gedebage Titik Rawan Kecelakaan

Jalan Sukarno-Hatta di Kota Bandung, khususnya pada segmen antara simpang Gedebage hingga simpang Ibrahim Adjie, tercatat sebagai kawasan paling rawan kecelakaan berdasarkan hasil penelitian Intan Rani, mahasiswa Program Studi Teknik Sipil Institut Teknologi Nasional Bandung, bersama Samun Haris, dosen di program studi yang sama. Penelitian ini dipublikasikan dalam FTSP Series: Seminar Nasional dan Diseminasi Tugas Akhir 2024.

Penelitian ini menganalisis ruas sepanjang 18,350 kilometer dari simpang Cibiru hingga simpang Cibeureum yang dibagi menjadi delapan segmen. Data kecelakaan lalu lintas diperoleh dari laporan Polrestabes Bandung tahun 2022, yang mencatat total 72 kejadian kecelakaan di sepanjang Jalan Sukarno Hatta. Dari jumlah tersebut, 38 orang meninggal dunia, 5 mengalami luka berat, dan 57 lainnya mengalami luka ringan, sehingga total korban mencapai 100 orang.

Dari seluruh segmen Jalan Sukarno Hatta yang dianalisis, segmen dua—yakni ruas antara simpang Gedebage hingga simpang Ibrahim Adjie—menunjukkan tingkat risiko tertinggi. Pada segmen ini, nilai Angka Ekuivalen Kecelakaan (AEK) mencapai 233, yang juga merupakan nilai tertinggi dari seluruh segmen yang diteliti. Nilai ini melampaui ambang batas pengendalian tertinggi atau Upper Control Limit (UCL) sebesar 204, menjadikan segmen ini dikategorikan sebagai lokasi paling rawan kecelakaan di Jalan Sukarno Hatta.

Sebaliknya, segmen delapan yang membentang dari simpang Pasir Koja hingga simpang Cibeureum mencatat angka AEK terendah, yaitu 30. Hal ini mengindikasikan bahwa bobot kelas kecelakaan paling rendah terjadi di segmen tersebut. Temuan ini memperlihatkan bahwa semakin tinggi nilai AEK, semakin tinggi pula nilai UCL, yang merefleksikan peningkatan tingkat risiko kecelakaan.

Penelitian juga mengidentifikasi berbagai karakteristik korban dan penyebab kecelakaan di sepanjang ruas jalan ini. Berdasarkan data usia, kelompok umur 16–30 tahun mencatat jumlah korban tertinggi dengan 58 kasus atau 58 persen dari total korban. Dilihat dari jenis kelamin, laki-laki mendominasi dengan persentase 71 persen, yang dikaitkan dengan mobilitas mereka yang lebih tinggi.

Dari sisi kelengkapan dokumen berkendara, kecelakaan paling banyak melibatkan pengendara pemilik SIM C dengan persentase 61 persen. Sementara itu, faktor pengemudi yang paling dominan sebagai penyebab kecelakaan adalah faktor kelengahan, yang mencapai 41,89 persen

Kecelakaan juga paling sering terjadi pada rentang waktu antara pukul 00.00 hingga 06.00 WIB, dengan persentase 36,1 persen. Dalam hal profesi, korban paling banyak berasal dari kalangan wiraswasta (54 persen). Sedangkan berdasarkan hari kejadian, hari Rabu tercatat sebagai hari dengan insiden tertinggi, yakni 27 persen dari total kasus.

Hasil penelitian ini memperkuat urgensi perhatian terhadap segmen-segmen tertentu di Jalan Soekarno-Hatta, terutama segmen Gedebage - Ibrahim Adjie, sebagai titik kritis dalam upaya pencegahan kecelakaan lalu lintas di Kota Bandung. Pemanfaatan data kuantitatif seperti AEK dan UCL dalam studi ini memberi dasar yang kuat untuk perencanaan kebijakan keselamatan transportasi secara lebih terarah.

Baca Juga: GELAP DAN RUSAK JALAN SUKARNO HATTA BANDUNG: Meresahkan Warga yang Melintas Malam Hari
Parade Jalan Rusak Kota Bandung

Warga melintas di jalur cepat Jalan Sukarno Hatta, Bandung, 16 Mei 2025. (Foto: Wilda Nabila Yoga/BandungBergerak)
Warga melintas di jalur cepat Jalan Sukarno Hatta, Bandung, 16 Mei 2025. (Foto: Wilda Nabila Yoga/BandungBergerak)

Dalih Pemkot Bandung

Pemerintah Kota Bandung mengakui adanya kendala dalam menangani persoalan infrastruktur di Jalan Sukarno Hatta. Status jalan nasional membuat Pemkot tidak memiliki kewenangan langsung untuk melakukan perbaikan tanpa izin dari pemerintah pusat.

Wali Kota Bandung, Muhammad Farhan, menjelaskan keterbatasan tersebut saat menjadi narasumber dalam talkshow "Siaran Bareng Pak Wali" di PRFM News Channel, Kamis, 15 Mei 2025.

“Saya teh kudu menjelaskan. Jalan Soekarno-Hatta itu dari Cibeureum ke Cibiru ada di kewenangan pemerintah pusat. Bahkan mau nebang pohon atau nurunkeun lampu pun izinna ka menteri,” ujar Farhan.

Ia menyatakan telah melakukan patroli malam bersama Dinas Perhubungan, Dinas Sumber Daya Air dan Bina Marga (DSDABM), serta Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman (DPKP) Kota Bandung untuk mendata titik-titik lampu penerangan jalan umum (PJU) yang mati.

“Banyak lampu yang mati, saya juga sudah keuheul, geus paroek wae. Tapi kita belum bisa bergerak sebelum dapat izin. Sekarang sedang kita ajukan,” tegasnya.

Farhan menjelaskan bahwa proses perizinan menyangkut penggunaan anggaran negara, sehingga Pemkot Bandung tidak dapat menggunakan dana APBD tanpa persetujuan resmi dari kementerian terkait.

“Kalau izinnya turun, langsung kita laksanakan. Karena anggaran mah insyaallah ada,” katanya.

Wali Kota Bandung berharap izin tersebut segera turun agar perbaikan jalan dan penerangan dapat dilakukan demi keselamatan warga dan penurunan angka kecelakaan di Jalan SukarnoHatta.

*Reportase ini dikerjakan jurnalis BandungBergerak Wilda Nabila Yoga dan Vallencya Alberta Susanto

Editor: Iman Herdiana

COMMENTS

//