Aksi Longmars Solidaritas untuk Palestina di Bandung, Menyeru Kemerdekaan Penuh dan Hentikan Genosida
Akasi longmars membela Palestina di Bandung diikuti masyarakat umum, komunitas hip-hop, dan sepatu roda. Mereka juga menyerukan boikot produk Israel.
Penulis Yopi Muharam16 Juni 2025
BandungBergerak.id - Ratusan warga Bandung turun ke jalan dalam aksi solidaritas untuk Palestina pada Minggu, 15 Juni 2025. Aksi ini dimulai dengan longmars dari Monumen Prasasti Dasasila hingga Monumen Bola Dunia, yang dikenal juga sebagai Palestina Walk, di pusat Kota Bandung.
Sepanjang rute longmars, peserta membawa bendera Palestina, poster berisi tuntutan, hingga simbol visual seperti boneka jenazah dan bayi tanpa kepala. Seruan seperti "Free-Free Palestine," "From the River to the Sea," dan "Palestine Will be Free" terdengar tanpa henti dari massa aksi.
Aksi ini tergabung dalam gerakan Bandung Protest, yang merupakan bagian dari rangkaian Global March to Gaza, digelar serentak di lebih dari 50 negara sejak 12 hingga 20 Juni. Gerakan global ini menyerukan pembebasan Palestina dari pendudukan Israel, serta mengecam pembatasan terhadap jalur kemanusiaan ke Gaza.
Massa aksi juga merespons pemblokiran bantuan kemanusiaan oleh Israel pada 9 Juni lalu, termasuk penahanan 12 aktivis yang hendak mengirim logistik ke Gaza. Mereka mendesak agar tindakan genosida oleh Israel segera dihentikan.
Seniman pantomim sekaligus aktivis kemanusiaan Wanggi Hoed menjelaskan lima tuntutan utama dalam aksi ini: membuka blokade Rafah, membuka akses bantuan kemanusiaan yang aman, penarikan penuh pasukan Israel dari Palestina, rekonstruksi Gaza di bawah pengawasan internasional, serta penghentian impunitas dan penegakan hukum internasional terhadap genosida.
“Nah, kelima poin itu adalah gabungan yang menjadi tuntutan solidaritas global,” ujar Wanggi.
Ia menegaskan bahwa aksi ini adalah respons terhadap minimnya perhatian pemerintah terhadap tragedi kemanusiaan di Palestina. “Pemerintah hari ini tidak memberikan keadilan, maka kami solidaritas akan melakukannya,” tegasnya.
Bagi Wanggi, kehadiran massa dari berbagai penjuru kota menunjukkan kekuatan rakyat dalam melawan ketidakadilan.
Ajakan untuk Orang Muda Bandung
Dua warga Padalarang, Kabupaten Bandung Barat, Ellvi Yani dan Vina Alfiani turut dalam aksi ini. Mereka datang menggunakan Trans Metro Pasundan (TMP) Koridor 2D, dari Kota Baru Parahyangan menuju Alun-alun Bandung. Sejak SMA, keduanya telah aktif menyuarakan dukungan untuk Palestina, dan kini di usia 20 tahun, komitmen itu tetap mereka jaga.
Mereka mengakui bahwa kontribusi finansial untuk Palestina masih sulit dilakukan. Namun, bagi mereka, turun aksi dan menyuarakan isu melalui media sosial adalah bentuk dukungan yang nyata.
“Jadi satu-satunya cara yang mungkin gratis juga ya dengan aksi kayak gini,” ungkap Ellvi, yang dibenarkan oleh Vina.
Mereka percaya bahwa diamnya masyarakat akan membuat kejahatan terus berlanjut. “Karena yang bisa jadi yang menyebabkan genosida ini terus berjalan karena kita bungkam, kita enggak bersuara,” ujar Vina. “Kita kurang berisik masalah isu (Palestina) ini,” tambah Ellvi.
Mereka mengajak generasi muda untuk tidak takut menyuarakan kebenaran. “Kalian enggak harus nunggu hijrah, kalian enggak harus nunggu suci untuk menyuarakan Palestina,” pesan mereka.
Seruan Boikot
Di tengah aksi, massa juga mengangkat poster-poster yang menyerukan boikot terhadap produk yang berafiliasi dengan Israel. Beberapa tulisan di antaranya berbunyi: "Jangan Lelah Boikot, Karena Mereka Tidak Lelah Membantai".
Seruan itu juga disuarakan lewat orasi oleh Yuli Bhayangkari. “Sampai saat ini, Palestina terus dihantui genosida. Israel terus melakukan penyerangan terhadap warga Palestina yang tak bersalah,” katanya dalam orasinya.
Ia mengajak masyarakat Indonesia, terutama para pengunjung Alun-alun Kota Bandung, untuk ikut bersolidaritas dan memboikot produk-produk yang terafiliasi dengan Israel. Menurutnya, membeli produk Israel sama saja dengan mendukung pembantaian terhadap rakyat Palestina.
“Apakah kita tidak terketuk hatinya ketika banyak anak kecil, perempuan, dan anak-anak dibantai?” ujarnya dengan suara bergetar.
Gerakan boikot sendiri bukanlah hal baru. Salah satu yang paling dikenal adalah gerakan Boycott, Divestment, and Sanctions (BDS), yang berdiri sejak 2005 dan didukung lebih dari 170 organisasi masyarakat sipil Palestina. Gerakan ini menyerukan tekanan ekonomi terhadap Israel melalui boikot produk dan perusahaan yang mendukung pelanggaran hukum internasional.
“Banyak perusahaan Israel memainkan peran langsung dalam pelanggaran hukum internasional oleh Israel, yang berarti bahwa hubungan bisnis apa pun dengan mereka merupakan bentuk dukungan langsung terhadap penindasan Israel terhadap Palestina,” tulis pernyataan di laman resmi BDS Movement.
Baca Juga: Dari Baghdad ke Bandung, Menyuarakan Kemanusiaan di Palestina Lewat Kesusastraan
Aksi Solidaritas Palestina di Bandung Mendesak Pembebasan 12 Aktivis FFC yang Diculik Tentara Israel
Bersuara Lewat Kreativitas
Aksi solidaritas ini tidak hanya diisi dengan orasi. Sejumlah komunitas kreatif turut mengekspresikan dukungan melalui seni dan performa.
Enam penari dari komunitas Evolution B-Boys, yang terdiri dari b-boys dan b-girls, menampilkan break dance di tengah kerumunan. Mereka membawa lagu-lagu bertema Palestina sebagai pengiring gerakan tari mereka.
Ado, salah satu anggota komunitas, mengatakan bahwa keterlibatan mereka didorong oleh alasan kemanusiaan. Evolution B-Boys telah terhubung dengan jaringan “Hip-Hop for Unity Palestine”, dan aksi kali ini bukan yang pertama bagi mereka.
“Mungkin enggak banyak yang bisa kita lakuin tapi setidaknya ini bentuk kecintaan kami terhadap Palestina, terhadap penolakan tentang genosida,” ujarnya.
Ado menekankan pentingnya aksi yang berkelanjutan, terutama karena minimnya sikap pemerintah. “Cuma ya apa daya kita enggak bisa ngelakuin apa-apa, dari pemerintah juga kayaknya adem-adem aja. Jadi cuman ini yang bisa kita lakuin gitu,” tambahnya.
Senada dengan itu, Loami, anggota lainnya, menyatakan bahwa mereka mengusung semangat Bandung hip-hop against genocide. “Kita mengekspresikan kebebasan itu di gerakan-gerakan kita (break dance),” ujarnya. “Nah, kita itu ingin saudara-saudara kita di Palestina itu bisa dapat kebebasan yang sama dari apa yang kita lakukan di sini,” lanjutnya.
Selain komunitas hip-hop, komunitas sepatu roda Seven Rollers juga ikut ambil bagian. Saat longmars berlangsung, belasan anggota komunitas, dari anak-anak hingga orang dewasa, meluncur di aspal sambil membawa poster dukungan. Mereka bahkan sempat menampilkan pertunjukan freestyle singkat di tengah jalan.
Karin, salah satu anggota Seven Rollers, mengatakan bahwa seluruh komunitasnya mendukung kemerdekaan Palestina. Ia sendiri ikut aksi sebagai bentuk suara menentang genosida yang dilakukan Israel.
“Palestina itu benar-benar free gitu. Jadi kita juga berusaha untuk memboikot,” ujarnya.
Karin juga mengajak putrinya yang berusia enam tahun ikut serta. Keduanya tampak berseluncur bersama dalam aksi. Alasan Karin membawa sang anak adalah agar sejak dini ia memahami pentingnya rasa kemanusiaan dan melihat langsung kondisi yang dihadapi rakyat Palestina.
“Jadi anak-anak jadi tahu bagaimana kondisi Palestina saat ini,” terangnya.
***
*Kawan-kawan dapat mengikuti kabar terkini dari BandungBergerak dengan bergabung di Saluran WhatsApp bit.ly/ChannelBB