Menulis untuk Perubahan, Advokasi Keadilan Iklim Bersama Pemuda Lintas Iman Kota Bandung
Petani kecil, nelayan tradisional, masyarakat adat, perempuan, anak-anak, difabel, lansia, dan pekerja informal paling terdampak perubahan iklim.
Penulis Tim Redaksi24 Juni 2025
BandungBergerak.id - Antusiasme peserta program Workshop Jurnalisme Pemuda Lintas Iman dalam menyuarakan keadilan iklim menemukan ruang praktik dalam sesi pelatihan langsung yang digelar Minggu, 22 Juni 2025 di Kota Bandung. Para peserta—yang terdiri dari pemuda berbagai agama dan organisasi kepemudaan—mendalami keterampilan jurnalistik melalui workshop intensif meliputi tiga sesi utama: Dasar-dasar Liputan Jurnalistik, Dasar-dasar Foto Jurnalistik, dan Menemukan Isu serta Merancang Liputan.
Kegiatan ini merupakan bagian dari program SMILE (Strengthening Youth Multifaith Leader Initiative on Climate Justice through Ecofeminism) yang diinisiasi oleh Eco Bhinneka Muhammadiyah, berkolaborasi dengan BandungBergerak. Sesi ini melanjutkan pembekalan daring yang telah dilaksanakan pada 12–13 Juni 2025 lalu, di mana peserta dikenalkan pada nilai-nilai lintas iman dan isu keadilan iklim secara konseptual. Melalui pelatihan luring, peserta kini diberi kesempatan untuk mempraktikkan langsung keterampilan jurnalistik yang berpihak pada komunitas dan kelompok rentan.
Sebanyak 15 pemuda lintas iman dari berbagai latar belakang agama dan komunitas hadir dalam workshop ini, membawa semangat kolaborasi untuk memperkuat narasi media yang inklusif dan partisipatif dalam menyuarakan keadilan iklim.
Alif Jihad Rais, Program Staff SMILE Eco Bhinneka Muhammadiyah, menjelaskan bahwa pelatihan ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran lingkungan dan menciptakan ruang kolaboratif bagi pemuda lintas iman.
“Kami berharap, dari sini lahir karya jurnalistik bergaya storytelling yang tidak hanya informatif, tapi juga empatik dan menggugah. Hasil karya ini dapat menjadi media advokasi keadilan iklim dan mendorong lahirnya kebijakan rumah ibadah hijau di Kota Bandung,” ungkap Alif.
Peserta mendapatkan bimbingan langsung dari para praktisi media profesional. Materi Dasar-dasar Liputan Jurnalistik disampaikan oleh Awla Rajul (Penulis, Bandung Bergerak), yang memperkenalkan teknik peliputan berita berbasis komunitas.
Sesi Foto Jurnalistik dibawakan oleh Virliya Putricantika (Penulis, Bandung Bergerak), yang menekankan peran visual dalam memperkuat pesan keadilan iklim dan memperluas daya jangkau narasi di ruang publik.
Sementara itu, sesi “Menemukan Isu dan Merancang Liputan” dipandu oleh Tri Joko Her Riadi, Pemimpin Redaksi Bandung Bergerak. Ia menekankan pentingnya kepekaan terhadap isu-isu ekologis yang ada di sekitar, serta bagaimana menyusunnya dalam kerangka liputan yang tajam dan berpihak.
“Liputan dimulai dengan memahami isu, banyak membaca, dan menengok data. Proses ini penting untuk memberikan gambaran utuh, menghindari bias dan diskriminasi,” tegas Tri. “Dengan meliput, komunitas bisa punya bekal data yang kuat untuk advokasi,” lanjutnya.
Workshop ini tidak sekadar pelatihan teknis, melainkan juga ruang pembelajaran empati dan strategi perubahan sosial berbasis media. Peserta diajak merancang liputan yang membumi, memanusiakan, serta kontekstual—sebagai wujud kontribusi nyata dalam gerakan keadilan iklim di Bandung dan sekitarnya. Di tengah krisis iklim yang semakin nyata, para peserta didorong tidak hanya menjadi saksi, tetapi juga menjadi penyampai cerita yang mampu menggugah dan menggerakkan perubahan.
Baca Juga: Orang Muda Lintas Iman di Kota Bandung Menggali Akar Krisis Iklim dari Kehidupan Sehari-hari
Orang Muda Lintas Iman Bandung Menyuarakan Keadilan Iklim dengan Jurnalisme

Menurut data Wahana Lingkungan Hidup (WALHI), perubahan iklim di Indonesia tak hanya menghadirkan ancaman ekologis, tetapi juga krisis sosial dan demokrasi. Data Badan Nasional Penanggulangan Bencana mencatat peningkatan bencana iklim sebesar 81 persen dalam rentang 2010–2022, berdampak pada lebih dari 20 juta jiwa. Di balik angka ini, wajah-wajah yang paling menderita justru datang dari petani kecil, nelayan tradisional, masyarakat adat, perempuan, anak-anak, penyandang disabilitas, hingga kaum lansia dan pekerja informal—kelompok yang ironisnya paling sedikit berkontribusi terhadap krisis ini.
Masyarakat adat menghadapi paradoks: meskipun mereka menjaga sepertiga hutan alam dunia dan melindungi 80 persen keanekaragaman hayati global, pengakuan negara terhadap hak wilayah adat masih minim. Dari 30,2 juta hektare wilayah adat yang telah diregistrasi mandiri, baru 1,1 persen yang diakui secara hukum selama satu dekade terakhir.
Nelayan tradisional tak kalah terdesak. Survei KNTI 2023 menunjukkan 72 persen mengalami penurunan hasil tangkapan, dan 86 persen merasa risiko kecelakaan meningkat akibat perubahan iklim. Di sisi lain, negara justru mendorong konsumsi ikan sebagai solusi pangan, tanpa menjamin keselamatan dan keberlanjutan hidup nelayan kecil.
Perempuan juga memikul beban ganda. Di NTT, mereka harus menempuh jarak jauh demi mendapatkan air saat kekeringan. Perempuan Dayak Ngaju di Kalimantan kehilangan kemampuan bertanam benih lokal karena musim yang tak menentu. Bahkan di kota, perubahan iklim memicu kenaikan pengeluaran rumah tangga untuk kebutuhan dasar seperti air bersih.
Penyandang disabilitas pun lebih rentan ketika bencana datang. Hambatan akses informasi dan layanan membuat tingkat kematian mereka empat kali lebih tinggi dibandingkan warga lain dalam peristiwa iklim ekstrem.
Tentang Program SMILE Eco Bhinneka Muhammadiyah
Eco Bhinneka Muhammadiyah saat ini tengah melaksanakan program Strengthening Youth Multifaith Leader Initiative on Climate Justice through Ecofeminism (SMILE), yaitu inisiatif untuk memperkuat kepemimpinan kaum muda lintas iman dalam menghadapi perubahan iklim melalui pendekatan keadilan gender dan ekofeminisme. Program ini mendorong keterlibatan aktif generasi muda—terutama perempuan dan kelompok disabilitas—dalam membangun kesadaran, pengetahuan, dan aksi konkret dalam mencegah serta menghadapi krisis iklim. Salah satu pelaksanaan utama program ini berada di kawasan Jawa Barat. Kegiatan Eco Bhinneka Muhammadiyah dapat diikuti melalui website ecobhinnekamuhammadiyah.org dan Instagram @ecobhinneka.
***
*Kawan-kawan dapat mengikuti kabar terkini dari BandungBergerak dengan bergabung di Saluran WhatsApp bit.ly/ChannelBB