• Berita
  • Mengenang Seniman Gambar Amenkcoy Lewat Antologi Puisi Aa Uih

Mengenang Seniman Gambar Amenkcoy Lewat Antologi Puisi Aa Uih

Antologi puisi Aa Uih diluncurkan di pameran peringatan meninggalnya Mufti Priyanka alias Amenkcoy, seniman gambar yang mewarnai skena musik underground di Bandung.

Pameran dan peluncuran buku antologi puisi Aa Uih di Hybridium, Dago Giri, Bandung, pertengahan Juni 2025. (Foto: Yopi Muharam/BandungBergerak)

Penulis Yopi Muharam25 Juni 2025


BandungBergerak.idAntologi puisi Aa Uih membuka ruang untuk mengenal kembali sosok Mufti Priyanka alias Amenkcoy, seniman yang dikenal lewat gambar-gambar (artwork) indienya, yang meninggal 7 Juni tahun lalu. Antologi menampilkan tulisan-tulisan Amenk dan sejawat. Seniman yang mewarnai belantara musik underground ini kerap membubuhkan tulisan nyeleneh dan spontan ke dalam ilustrasi atau artworknya. Banyak tulisannya yang bernada satire kritik sosial. 

“Pada kelelawar aku mengadu, pada nada-nada sumbang aku sandarkan makna pembangkangan,” atau, “Ayang belongs to Aa / Aa belongs to Ayang. Mari bersenggama dengan halal,” merupakan contoh tulisan Amenkcoy. Kalimat-kalimat tersebut menjadi bagian dari gaya khas Amenk, yang menggabungkan bahasa sehari-hari dengan gaya subversif, jenaka, sekaligus puitis.

Zulfa Nasrullah, sastrawan asal Kabupaten Bandung, menilai karya-karya tulis Amenk sangat personal dan langsung. Amenkcoy tak sungkan menyajikan tulisan apa adanya; ia mencatat bagaimana coretan, perbaikan tulisan, hingga kesalahan ketik dalam tulisan-tulisannya. Contoh, dalam satu puisinya berjudul “Berapi”, tertulis:

“Berap, berapa lama kau mengejar matahari [coret] mentari, hingga tak sadar akan malam yang terganti [coret] berganti. Berlari mecari jalan yang tak berakhir hingga tak ada waktu tersisa merangkai mimpi.”

“Amenk nunjukin ke kita bahwa manusia enggak pernah final,” ujar Zulfa Nasrullah, di diskusi pameran AA Uih, Sabtu, 14 Juni 2025.

Gembira Putra Agam—kerabat, penulis, dan sastrawan—menambahkan bahwa puisi Amenk tidak perlu dimaknai, tapi dialami. “Amenk memberi banyak pengalaman yang ganjil, kocak, terus yang manis, manja,” ujarnya.

Ia juga mengutip pendapat Will Christie dalam “The Language of Poetry”, bahwa puisi memperdalam dan memperumit pengalaman hidup dengan kesadaran bahasa. Bagi Gembira, tulisan Amenk berjalan di jalur tersebut.

“Dari sudut pandang sastra ini diklaim sebagai puisi konkret atau puisi visual,” tandasnya.

Kumpulan antologi puisi Aa Uih diluncurkan bertepatan dengan pembukaan pameran bertajuk sama di Hybridium, Dago Giri, Bandung, pertengahan Juni 2025. Dalam ruangan pameran yang putih dan memanjang, karya-karya Amenk—mulai dari ilustrasi yang pernah digunakan sebagai sampul album musik indie atau underground, zine atau majalah indie, hingga coretan atau sketsa yang belum pernah dipublikasikan—menghidupkan kembali kehadirannya.

Ghonyu, exhibition project Hybridium dan panitia penyelenggara, menjelaskan pameran dan peluncuran buku antologi puisi “AA Uih” telah dirancang sejak awal tahun. Pameran ditujukkan untuk mempringati kepulangan Amenk yang ke-satu tahun.

Menurutnya, “Aa Uih” dalam bahasa Sunda berarti "kakak pulang", yang dimaknai sebagai kepulangan Amenk, sekaligus kehadirannya kembali melalui karya. Pameran menekankan pada arsip-arsip Amenk yang masih tersimpan baik.

“Jadi emang untuk mengenang seperti kayak gitu,” ujar Ghonyu.

Pameran dan peluncuran buku antologi puisi Aa Uih di Hybridium, Dago Giri, Bandung, pertengahan Juni 2025. (Foto: Yopi Muharam/BandungBergerak)
Pameran dan peluncuran buku antologi puisi Aa Uih di Hybridium, Dago Giri, Bandung, pertengahan Juni 2025. (Foto: Yopi Muharam/BandungBergerak)

Pengaruh Amenk

Pameran dan peluncuran antologi puisi AA Uih diiringi penampilan musik dari Tetangga Pak Gesang dan Nyilsaujana, serta diskusi. Erwin Windu Pranata alias Ewing, seniman dan kerabat Amenk, mengungkapkan bahwa Amenk banyak terpengaruh oleh Eko Nugroho, seniman asal Yogyakarta. Bahkan, skripsi Amenk ketika kuliah di Seni Rupa Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung membahas komik-komik karya Eko.

Erwin menjelaskan bagaimana Amenk sudah menanamkan kebiasaan membuat komik sejak duduk di kelas seni: “Lalu disebarkan lagi ke teman sebelahnya, terus teman sebelahnya dia terus nyambung sampai ke belakang dan menjadi sebuah komik gitu.”

Seniman Herry Sutresna, saat membuka pameran,  menyoroti kepekaan Amenk dalam melihat detail. “Amenk menjadikan satu hal yang menarik dan divisualisasikan entah menjadi ilustrasi atau menjadi bentuk puisi,” ujar vokalis band Homicide yang akrab disapa Ucok.

Karya-karya Amenkcoy yang detail, disertai tulisan-tulisan satire, memberikan pengaruh bagi orang-orang yang bersinggungan di dunia skena musik, seperti Trio Muharam, seniman dan penulis, yang juga menulis di antologi AA Uih.

Trio pertama kali mengenal Amenk lewat pameran di kampusnya, STSI (kini ISBI), pada 2009. Karya Amenk yang kontras dengan pakem akademik menjadi titik awal keterpaparan Trio. “Sampai kemudian saya terpapar dengan tulisan-tulisan dan karya-karya Amenk,” ujarnya.

Menurut Trio, Amenk adalah sosok guru dalam berkarya. Dalam antologi “Aa Uih”, ia menulis bahwa teks-teks Amenk membuka ruang eksplorasi baru dalam seni rupa. “Teks-teks saya juga itu berangkat dari apa yang Amenk sampaikan,” tulisnya.

Suatu hari, Trio sempat meminta Amenk menulis kata pengantar untuk buku perdananya. Dalam tulisannya, Amenk menulis: “Seorang seniman mempunyai cara kerja yang serba misterius. Kinerja kreatifnya memandu penilaian publik pada sebuah tatanan hasil proses demi proses yang menjadi refleksi di keseharian hidup kita.”

Seniman Mufti Priyanka Amenkcoy dan Zine Sleborz. (Foto: Tegar Muhammad untuk BandungBergerak.id)
Seniman Mufti Priyanka Amenkcoy dan Zine Sleborz. (Foto: Tegar Muhammad untuk BandungBergerak.id)

Avant Garde Kebablasan

Amenk dikenal luas sebagai ilustrator dengan gaya khas guratan tinta cina. Karya-karyanya hadir di berbagai lini: dari poster musik hingga buku puisi. Di balik gaya visual yang dianggap tajam dan vulgar, sosok Amenk di kehidupan sehari-hari dikenal sebagai pribadi ramah dan lemah lembut (someah, dalam bahasa Sunda).

Hilmy Fadiansyah, salah satu penulis dalam antologi, mencatat Amenk pernah berkelakar dengan menyebut dirinya sebagai “avant garde kebablasan”. Dalam esai “Amenk dalam Langkah Kaum Kumal”, ia menulis: “Saya tak terlalu paham tentang gaya dan teknik penulisan dalam sastra, tetapi yang saya rasa tulisan Amenk betul-betul avant garde mentok. Kampring tapi ketagihan,” tulisnya.

Tulisan-tulisan Amenk tidak mengikuti gaya penulisan umum, melainkan nyeleneh, asing, tetapi sederhana. Justru dari keasingan dan spontanitas itulah, karakter Amenk muncul kuat.

“Walaupun sangat banyak yang berat dengan kata-kata, yang memang tidak umum ditemukan di puisi-puisinya itu, tapi kita merasa dekat aja gitu,” ujar Hilmy.

Proses berkarya Amenk disebut “kerja ketidakseriusan dalam keseriusan”, sebuah pendekatan yang membuat karyanya melekat dalam ingatan dan terasa jujur. Di pameran dan peluncuran antologi puisi Aa Uih, para kerabat, seniman, dan penulis sepakat: Amenk telah berpulang, tapi ia tetap hadir dalam setiap karya satire dan membumi.

Baca Juga: Perginya Seniman Sleborz Mufti Priyanka Amenkcoy
Panitia Jumaahan Menggelar Doa untuk Almarhum Array, Komikus Mata Merah Bandung

Karya-karya seniman Mufti Priyanka Amenkcoy dan Zine Sleborz. (Foto: Tegar Muhammad untuk BandungBergerak.id)
Karya-karya seniman Mufti Priyanka Amenkcoy dan Zine Sleborz. (Foto: Tegar Muhammad untuk BandungBergerak.id)

Perjalanan Visual Amenkkcoy

Mufti Priyanka alias Amenkkcoy atau Amenk, wafat Jumat, 7 Juni 2024, dalam usia 44 tahun. Ia dimakamkan di TPU Rancacili, Bandung. Kepergiannya meninggalkan duka mendalam, terutama di kalangan seniman visual, pegiat zine, dan komunitas musik underground.

BandungBergerak menurunkan artikel terkait kepergian Amenk. Disebutkan, Amenk bukan musisi, namun kontribusinya dalam dunia musik sangat terasa. Ia adalah seniman visual yang kerap menggarap artwork untuk berbagai band indie ternama seperti Melancholic Bitch, Seringai, Milisi Kecoa, dan White Shoes and The Couples Company. Lewat ilustrasinya, Amenk merangkai identitas visual yang unik dan melekat di benak pendengar.

Karya dosen Program Studi S1 Kriya Tekstil dan Fashion di Telkom University ini cenderung absurd dan satire, menggabungkan kritik sosial dengan estetika punk yang liar dan ugal-ugalan. Salah satu karya terkenalnya, poster "A Stone A Mean Live", menggambarkan anak punk mencium tangan polisi—sebuah paradoks yang menyentil logika dan norma.

Zine menjadi medium yang mempertemukannya dengan banyak sahabat dan pengagum. Salah satunya adalah Tegar, guru dan zinester dari Bandung. Tegar mengenal Amenk lewat zine dan merch Melancholic Bitch, hingga akhirnya mereka berkolaborasi dalam proyek-proyek zine seperti Sleborz—zine solo Amenk yang lahir dari ruang-ruang eksperimental pameran kecil, komik lokal, dan dunia maya. Nama “Sleborz” sendiri berasal dari istilah yang berarti ‘ugal-ugalan’, diberikan oleh rekannya, Darto.

Zine bukan hanya media cetak bagi Amenk, tapi medan yang membebaskannya dari batasan wacana arus utama. Dalam Zine Fest 2013 Bandung, ia membawa angin segar dengan zine-zine visual yang tidak hanya bicara tentang musik atau politik, tapi juga membuka ruang bagi seniman visual untuk menyuarakan ekspresi mereka.

Salah satu pameran tunggal pentingnya, bertajuk Sleborz, digelar pada 2011 di Padi Artground, Bandung. Seniman Heri Sutersna alias Ucok Homicide menulis pengantar pameran tersebut dan menyebut karya Amenk sebagai eksplorasi detail absurd yang menggugah, penuh satire, dan memiliki daya kritis tinggi.

Karya-karyanya juga menjadi bahan kajian akademis. Citra Kemala Putri dalam penelitiannya menyebut bahwa ilustrasi Amenk kerap menampilkan fenomena sehari-hari yang kontradiktif, lucu, bahkan vulgar, diselingi narasi tulisan tangan yang provokatif. Gayanya yang khas membuatnya mudah dikenali, terutama pada desain kaus band-band indie seperti Melancholic Bitch dan Seringai.

Di balik kepopulerannya, Amenk adalah sosok yang rendah hati dan hangat. Ia tak pernah menganggap dirinya bintang, meski banyak orang mengidolakan karyanya. Bagi banyak orang yang mengenalnya, Amenk bukan hanya seniman, tapi juga sahabat, guru, dan penggerak ruang kreatif alternatif.

Kini, Amenkkcoy telah berpulang. Namun karya dan semangat bebasnya terus hidup dalam tiap gambar, zine, dan, kini, ia dikenang melalui antologi buku puisi AA Uih.

***

*Kawan-kawan dapat mengikuti kabar terkini dari BandungBergerak dengan bergabung di Saluran WhatsApp bit.ly/ChannelBB

Editor: Iman Herdiana

COMMENTS

//