Perginya Seniman Sleborz Mufti Priyanka Amenkcoy
Mufti Priyanka atau dikenal Amengkcoy dikenal luas oleh para seniman zine dan pelaku musik indie. Karya-karyanya cenderung slebor dan satire.
Penulis Muhammad Akmal Firmansyah9 Juni 2024
BandungBergerak.id – Skena musik indie berduka. Mufti Priyanka atau dikenal Amenkkcoy berpulang Jumat, 7 Juni 2024. Di dunia musik underground, Amenk malang melintang menggarap gambar (artwork) yang menjadi sampul album berbagai band indie, mulai dari Melancholic Bitch (Majelis Lidah Berduri), Seringai, Milisi Kecoa serta White Shoes and The Couples Company.
Karya-karya dosen Program Studi S1 Kriya Tekstil dan Fashion Telkom University cenderung absurd dan satire. Ia meninggal di usia 44 tahun dan dimakamkan di TPU Rancacili, Jalan Raya Derwati, Rancasari, Kota Bandung.
Banyak sahabat berduka, salah satunya guru dan zinester Kota Bandung, Tegar yang mengagumi sosok Amenk melalui zine. Amenk adalah seniman zine terbilang produktif, di antaranya zine Sleborz. Tegar kemudian bertemu dan berkawan dengan Amenk.
“Saya mengidolakan mang Amenk dari sejak dulu dari zaman merchnya Melancholic Bitch. Saya nontonin semua interview dia, terus ada kesempatan berkenalan waktu aktif kerja di Abandonik, di sana saya mengelola Zine Collector, wawancara kolektor zine di Bandung, mang Amenk salah satunya,” ujar Tegar, kepada BandungBergerak.
Tegar mengingat saat dipersilahkan oleh Amenk untuk wawancara pukul 8 malam. Wawancara selesai hingga pukul 1 dini hari. Secara personal, Amenk merupakan idola yang tak pernah menganggap dirinya bintang padahal karya-karyanya cukup terkenal.
“Kepergian mang Amenk cukup berat, kebaikannya itu sudah meninggalkan kita semua. Waktu di rumah duka banyak rekan-rekan yang datang, teman-teman dari berbagai skena, mang Amenk orang baik, dihormati dan dicintai banyak orang,” ujar Tegar.
Mengenang Amenkcoy dari Catatan Interview Tegar
Musik dan visual, dua kata yang melekat pada Amenk. Bagi Amenk, zine adalah wilayah paling merdeka untuk bermain-main dengan karya.
Dalam catatan interview Tegar dan Amenk, disebutkan karya visualnya termuat dalam zine bernama Sleborz. Zine tersebut terinspirasi dari pameran-pameran kecil, komik undergound lokal, hingga hutan rimba internet. Sleborz merupakan zine solo pertama Amenk. Nama Sleborz bermula dari pameran yang mendeskripsikan karya, cara berpikir, dan ekspresi Amenk.
“Mang Amenk namainnya Sleborz dengan meminjam sebuah istilah untuk sesuatu yang ugal-ugalan atau slebor,” terang Tegar.
Istilah slebor disematkan oleh temannya Amenk, Darto, seorang lulusan ITB yang menjadi kurator bagi pameran tunggalnya yang kedua pada bulan Mei 2011.
Amenk merupakan lulusan Seni Rupa Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung. Ia mengenal zine sejak SMA. Zine musik merupakan zine pertama yang dikenalnya. Memasuki jenjang perguruan tinggi banyak wacana alternatif dan komunikasi antarseniman melalui zine.
“Pada saat kuliah Amenk berkenalan langsung dengan zine dikarenakan banyak wacana-wacana lokal dan pertemanan yang kembali digulirkan pada saat itu,” tutur Tegar.
Bandung Zine Fest 2013 memberikan warna baru dengan terlibatnya Amenk, beberapa zine bergenre visual hadir, tak hanya wacana musik dan ideologi politik. Kehadiran Amenk di Zine Fest sangat dihargai oleh para pelaku zine pada saat itu, dan menjadi hal yang menyegarkan juga bagi mereka untuk mengenal zine visual yang tidak melulu membicarakan tentang musik, politik, dan hal-hal berbau ideologi.
“Hal ini juga membuat mereka sadar bahwa seniman visual juga mempunyai wadah di dalam skena zine,” jelas Tegar.
Zine bagi Amenk adalah alternatif menobrak apa yang sudah mapan dalam seni visual untuk melakukan kemungkinan-kemungkinan yang tidak lumrah dan dianggap tabu.
Baca Juga: Panitia Jumaahan Menggelar Doa untuk Almarhum Array, Komikus Mata Merah Bandung
Joko Pinurbo Pergi Meninggalkan Puisi
Maestro Musik Si Bengal Harry Roesli
Memorabilia Pameran Amenkcoy
Pameran tunggal berjudul “Sleborz” digelar selama dua minggu pada 24 Juni-8 Juli 2011 di Padi Artgound, Jalan H Ir Djuanda 329 Bandung. Seniman Heri Sutersna atau Ucok Homicide menulis cacatan pembuka pameran tersebut.
“Akhirnya Amenk Pameran. Entah berapa kali rasanya, saya meyakininya untuk pameran untuk beberapa alasan yang saya tak pernah persis tahu pula kenapa ia harus pameran. Pokoknya harus. Akhirnya Amenk Pameran. Entah berapa kali rasanya, saya meyakininya untuk pameran untuk beberapa alasan yang saya tak pernah persis tahu pula kenapa ia harus pameran. Pokoknya harus,” tulis Ucok.
Poster promo A Stone A Mean Live menjadi karya magnum opus Amenk, bagi Ucok. Karya tersebut menampilkan anak punk yang mencium tangan polisi.
“Mungkin orang-orang normal paling banter hanya akan tersenyum melihat gambar anak punk mencium tangan polisi. Namun bagi kita, generasi yang diculik alien tadi, akan terpingkal-pingkal melihat hal-hal yang begitu detail digambarkan Amenk. Tentu seorang Punk mencium tangan saja sudah paradoks. Bayangkan mencium tangan polisi, simbol otoritas paten. Total oksimoron. Terlebih dengan backpatch Anarki di punggungnya,” papar Ucok.
Menurut Ucok, karya Amenkcoy selalu menampilkan detail absrud yang disengaja atau tidak, mulai dari ilustrasi sampul zine, poster, album musik, hingga produk-produk distro klotingan yang banyak dipakai orang-orang muda.
Karya-karya Amenk dalam kaus-kaus distro pernah diluas dalam penelitian ilmiah berjudul “Gaya Pencitraan Ilustrasi pada Kaos Band Indie di Indonesia” yang ditulis Citra Kemala Putri dari Fakultas Komunikasi dan Desain Universitas Informatika dan Bisnis Indonesia.
Menurut Citra, karya ilustrasi Amenkcoy biasanya mengangkat fenomena kehidupan sehari-hari yang terkadang terkesan lucu, kontradiktif, atau bahkan vulgar secara literal. Dari sekian banyak karyanya, cukup sering ditemukan objek orang muda berpakaian atribut punk yang disandingkan dengan objek lain serta dibumbui narasi tulisan tangan yang provokatif.
“Karya Amenkcoy dapat diidentifikasi dengan mudah contohnya pada kaos band beraliran pop rock asal Yogyakarta, Melancholy Bitch, dan band heavy metal, Seringai,” tulis Citra, seraya menunjukkan contoh kaus dengan karya Amenkcoy.
*Kawan-kawan silakan membaca tulisan lain Muhammad Akmal Firmansyah atau artikel-artikel tentang zine sebagai media alternatif