• Berita
  • BANDUNG ZINE FEST 2024: Orang-orang Muda Bertemu dalam Isu Konflik dan Penggusuran

BANDUNG ZINE FEST 2024: Orang-orang Muda Bertemu dalam Isu Konflik dan Penggusuran

Konflik dan penggusuran terkait sengketa lahan disoroti zine-zine dari Bandung, Surabaya, Malang, dan Yogyakarta. Dengan zine mereka menyuarakan hak ruang hidup.

Seorang anak sedang memilah zine di lapak Bandung Zine Festival 2024, Jalan Badak Singa, Bandung, Sabtu, 20 Januari 2024). (Foto: Hizqil Fadl Rohman/BandungBergerak.id)

Penulis Hizqil Fadl Rohman22 Januari 2024


BandungBergerak.id - Terhitung ada 110 lapakan zine yang memadati Bandung Zine Festival 2024. Zine-zine ini mengulas beragam tema. Namun ada satu garis benang merah yang diangkat beberapa zine terbitan dari dalam dan luar Bandung, yaitu konflik diwarnai kekerasan oleh aparat negara, sengketa lahan, dan penggusuran.

Isu-isu menyagkut ruang hidup itu sekaligus menampilkan wajah zine sebagai media perlawanan terhadap kemapanan. Zine terbitan Integrated Arts Bandung, misalnya, mengangkat peristiwa penggusuran karena proyek Rumah Deret Tamansari. Zine ini menurunkan laporan juralistik dan esai berjudul “Masih Satu, Masih Melawan” tentang satu-satunya warga Tamansari yang melawan demi hak-haknya yang tergusur, yaitu Eva Eryani.

Lalu, zine dari Yogyakarta mengangkat penggusuran di area keraton; zine dari Malang mengangkat tragedi Kanjuruhan, peristiwa maut terbesar di jagat sepak bola. Kisah kelam ini terjadi di Stadion Kanjuruhan, ketika suporter banyak yang meregang nyawa karena kehabisan napas setelah menghirup gas air mata dan berdesak-desakan.

Beriktunya, zine dari Surabaya menuliskan kasus sengketa lahan antara pembisnis dan warga di Tambak Bayan. Jadi jelas, kegelisahan festival zine ini menunjukkan bahwa rakyat di berbagai kota di Indonesia menghadapi persoalan sama: terancamnya ruang hidup karena berkonflik dengan penguasa.

Diskusi tentang pergerakan penerbitan zine di Bandung Zine Festival 2024, Jalan Badak Singa, Bandung, Sabtu, 20 Januari 2024). (Foto: Hizqil Fadl Rohman/BandungBergerak.id)
Diskusi tentang pergerakan penerbitan zine di Bandung Zine Festival 2024, Jalan Badak Singa, Bandung, Sabtu, 20 Januari 2024). (Foto: Hizqil Fadl Rohman/BandungBergerak.id)

Media Pergerakan

Penerbitan zinetak luput dari pergerakan subkultur di suatu kota. Corak ini juga muncul dalam Bandung Zine Festival 2024 yang digelar di Badak Singa 6 Communal Space, Jalan Badak Singa No. 6, Kota Bandung, Sabtu, 20 Januari 2024.

Contohnya, pergerakan pemberdayaan perempuan yang dilakukan Alienpung di Tangerang. Dengan media zine, perempuan aktivis zine ini melakukan aktivasi ruang di sebuah lembaga pemasyarakatan (lapas) perempuan Tanggerang.

“Pernah juga bekerja sama dengan lapas perempuan Tanggerang kan. Kita ngajarin ibu-ibu itu bagaimana caranya bikin sesuatu yang bisa dikoneksikan dengan orang luar. Ya sudah kita bikin zine saja, itu cara yang paling simpel dan murah,” kata penerbit zine #SzETROOM dari Jakarta, di sela-sela bincang-bincang soal zine di Bandung Zine Festival 2024.

Sependapat dengan Alienpung, Kurnia Yaumil Fajar sebagai penerbit dari Sokong mengutarakan bahwa zine merupakan media murah untuk kebebasan berekspresi. Zine hadir sebagai wadah dan persebaran berbagai gagasan-gagasan.

Zine Sokong sendiri dalam sebuah edisinya menampilkan judul “Sebelum Semua Pucat Pasi” yang mengambarkan kekelaman akan penggusuran yang terjadi di area keraton Yogyakarta.

“Dulu itu rumah huni yang dipinjamkan oleh sultan. Terus kemudian ada revitalisasi yang itu untuk mengembalikan wujud keraton seperti pada mulanya. Jadi mereka mulai memindahkan orang-orang di sana juga menghancurkan rumah yang berada di area pinggir keraton. Makanya itu judulnya ‘Sebelum Semua Pucat Pasi’,” ungkap Kurnia Yaumil Fajar.

Hal yang sama terjadi di Surabaya dan Malang, bagaimana sebuah gagasan dapat masuk dalam ruang-ruang konflik dengan zine. Abraham (32 Tahun) sekalu inisiator Subzine Fest yang berbasis di Surabaya mengutarakan perihal kekelaman akan tragedi kanjuruhan yang terjadi di Kota Malang.

“Dari teman-teman (zine) Pena Hitam itu masih membawa isu yang sampai saat ini sebenarna belum selesai. Pasti kamu tahu Kanjuruhan itu masih belum selesai dan teman-teman membawa zine itu untuk menyuarakan isu tersebut,” terang Abraham.

Di Kota Surabaya, lanjut Abraham, terjadi sengketa lahan di Tambak Bayan antara pengusaha dan masyarakat. Melalui zine, sengketa lahan ini bisa terus disuarakan dengan keberpihakan kepada warga terdampak.

Pengunjung memilah zine di lapak Bandung Zine Festival 2024, Jalan Badak Singa, Bandung, Sabtu, 20 Januari 2024). (Foto: Hizqil Fadl Rohman/BandungBergerak.id)
Pengunjung memilah zine di lapak Bandung Zine Festival 2024, Jalan Badak Singa, Bandung, Sabtu, 20 Januari 2024). (Foto: Hizqil Fadl Rohman/BandungBergerak.id)

Festival Lagi Setelah Vakum karena Pandemi

Bandung Zine Festival 2024 bisa dibilang ‘pestanya] komunitas zine. Festival ini cukup lama padam terutama karena pukulan pandemi Covid-19. Sekarang para pegiat zine bisa kembali berfestival sembari menghidupan kembali ruang-ruang bagi penerbit independen agar senantiasa eksis menawarkan kreativitas dan gagasan kepada publik.

Abraham mengakui sudah lama menanti Bandung Zine Festival. Ia terakhir kali mengikuti festival ini pada 2018 sebelum pandemi. “Setelah itu aku menanti-nanti kapan ya ada Bandung Zine Fest. Nah, kejadian nih hari ini dan akhirnya ada lagi, dan sesuai bayanganku,” kata Abraham.

Tidak hanya beragam zine, festival ini menawarkan berbagai pernak-pernik menyita mata seperti poster, stiker, buku, kaos, gantungan kunci, dan lain-lain. Bandung Zine Festival juga sebagai ajang diskusi yang membahas sepak terjang distribusi zine di masing-masing kota.

Kurnia Yaumil Fajar yang baru pertama kali memeriahkan Bandung Zine Festival merasa banyak menemukan hal baru di festival ini. Hal ini bisa menjadi rujukan untuk komunitas zine lainnya. Ia lantas menceritakan lika-liku dalam membuat festival zine di Yogyakarta yang cukup rumit; dibutuhkan komitmen untuk menciptakan ruang. “Namun sekarang kami lagi mencoba untuk bikin ruang bersama itu,” katanya.

Zine Sokong yang digagas Kurnia dan kawan-kawannya saling terhubung dengan penerbit zine di Bandung, yakni Raws Syndicate yang bergerak di ruang lingkup fotografi. Kurnia optimis bahwa eksistensi dari zine akan terus lestari, selagi sesama pegiat zine bisa dipertemukan dan saling berbagi dalam festival-festival.

Baca Juga: Di bawah Lindungan Masjid Al Islam Tamansari
Dampak Penggusuran Sawah dalam Pertunjukan Seni Ciganitri Kiwari
Dari Penggusuran Tamansari sampai Korban Salah Tangkap Polisi

Seorang pegiat zine di lapak Bandung Zine Festival 2024, Jalan Badak Singa, Bandung, Sabtu, 20 Januari 2024). (Foto: Hizqil Fadl Rohman/BandungBergerak.id)
Seorang pegiat zine di lapak Bandung Zine Festival 2024, Jalan Badak Singa, Bandung, Sabtu, 20 Januari 2024). (Foto: Hizqil Fadl Rohman/BandungBergerak.id)

Tangtangan Keberlanjutan

Hiruk-pikuk yang dihadapi para pelaku zine bukannya tidak ada tangtangan. Mereka tidak terlepas dari masalah pendanaan yang berdampak langsung terhadap keberlanjutan zine. Setidaknya ada tiga lini pembiayaan yang dihadapi zine, yaitu penerbitan, karya, dan harga jual zine untuk pembaca (masyarakat).

Nah, kurasa salah satu tangtangannya adalah itu sih, harus menjual berapa dan untuk menarik pembaca agar tertarik dengan karyanya. Itu sih yang paling sering,” ungkap Abraham.

Alienpung menimpali, bagaimana memutarkan modal dari sebuah zine menjadi kunci agar terus berproduksi. Hal itu bisa teratasi dengan konsistensi dari penerbitan zine itu sendiri dan membuat aktivitas untuk menarik pembaca.

“Memutarbalikan modal itu yang paling utama biar terus produksiannya. Kalau zine dijadikan aktivitas reguler itu mungkin lebih terstruktur si modal untuk zinenya,” tegas Alienpung.

Kurnia juga menambahkan, pegiat zine juga harus menemukan ruang-ruang baru agar aktivitas mereka bisa eksis. Dengan begitu, zine bisa dikenal oleh khalayak.

*Kawan-kawan dapat membaca lebih lanjut artikel tentang Penggusuran di Kota Bandung melalui tautan berikut ini

Editor: Iman Herdiana

COMMENTS

//