• Buku
  • BUKU BANDUNG #55: Maestro Musik Si Bengal Harry Roesli

BUKU BANDUNG #55: Maestro Musik Si Bengal Harry Roesli

Harry Roesli lahir dari orang tua militer. Darah seni mengalir dari kakeknya, Marah Roesli, penulis roman Sitti Nurbaya.

Buku Harry Roesli Si Bengal dari Bandung, penulis Idhar Resmadi, penerbit Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia (Desember 2020). (Foto: Muhammad Zahran Nauvalliado/BandungBergerak.id)

Penulis Muhammad Zahran Nauvalliado21 Desember 2022


BandungBergerak.id - Sejak kecil, Djauhar Zaharsyah Fachrudin Roesli-atau populer dipanggil Harry Roesli sudah hidup di dalam keluarga yang mapan dan terpandang. Ayahnya, Roeshan Roesli adalah seorang tentara Pejuang Kemerdekaan Indonesia. Ia pernah menjabat sebagai Komandan Pusat Polisi Militer Angkatan Darat (Danpuspomad) dari tahun 1956-1961. Sementara Ibunya merupakan seorang dokter spesialis anak yang terkenal di Bandung.

Nama Roesli sendiri ada kesinambungannya dengan fakta di mana Harry menjadi seorang seniman. Kakeknya, Marah Roesli adalah seorang sastrawan majalah Poedjangga Baroe yang dipublikasi sejak tahun 1933 hingga 1942. Marah Roesli terkenal dengan tulisannya novel roman Sitti Nurbaya. Dari kakeknya inilah, bakat seni Harry Roesli dialirkan.

Jalan hidup Harry Roesli diceritakan kembali dalam buku “Harry Roesli: Si Bengal dari Bandung” yang ditulis Idhar Resmadi. Idhar memulai bukunya dengan topik di mana musik sudah seperti menjadi bagian hidup Harry Roesli sejak usia dini hingga di saat ia menginjak usia remaja, di mana ia tidak direstui oleh orang tuanya untuk bermusik. Memang pada kala itu, profesi pemusik dinilai belum bisa menjadi tonggak hidup.

Kisah bengal seorang Harry Roesli saat remaja dituangkan dengan menarik walau terbilang singkat. Orang tua Harry Roesli sangat protektif dan bisa dibilang memanjakan Harry. Alih-alih memilih jalan yang aman seperti ketiga kakaknya, Harry justru menerjuni bidang musik yang dihalau oleh kedua orang tuanya tersebut.

Namun pada akhirnya orang tuanya luluh setelah diyakini habis-habisan oleh ketiga kakaknya tersebut, dengan syarat Harry diharuskan untuk memiliki ijazah pendidikan. Maka dari itu, Harry Roesli memilih untuk berkuliah di Jurusan Teknik Mesin, Institut Teknologi Bandung.

Dalam buku ini, diceritakan pula kisah pertemanannya dengan banyak orang. Mulai dari Harry Pochang, teman SMPnya yang sampai beranjak dewasa menemaninya bermusik, lalu Remy Sylado, selaku seseorang yang membantu Harry Roesli dalam karier bermusiknya, dan masih banyak lagi.

Karier Harry Roesli dalam bermusik dideskripsikan dengan baik oleh Idhar Resmadi. Laporan akan kegiatan bermusik Harry Roesli cukup banyak didokumentasikan oleh Majalah Aktuil dengan wartawan Remy Sylado, seseorang yang memiliki peran penting dalam alur hidup Harry Roesli.

Buku ini juga menyinggung gejala snobisme (gejala meniru-niru seseorang yang sedang melambung popularitasnya. Harry beranggapan bahwa gejala ini penting dalam dunia permusikan Indonesia untuk mendapatkan apresiasi masyarakat yang lebih luas.

Lalu, ada cerita pula mengenai Harry yang dimasukkan ke penjara karena mengritik pembangunan TMII pada tahun 1971. Dia disekap di balik jeruji besi selama 3 bulan imbas demonstrasi mahasiswa yang terjadi di tahun tersebut. Juga terdapat serangkaian peristiwa lainnya yang berkaitan dengan karier bermusiknya.

Baca Juga: BUKU BANDUNG #51: Kisah Jin dalam Botol dan Pilgub Jabar Pascaruntuhnya Orde Baru
BUKU BANDUNG #52: Lawatan Sejarah yang Paling Sunyi
BUKU BANDUNG #53: Menilik Pergeseran Pemilikan Tanah Era 70an

Buku Harry Roesli Si Bengal dari Bandung, penulis Idhar Resmadi, penerbit Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia (Desember 2020). (Foto: Muhammad Zahran Nauvalliado/BandungBergerak.id)
Buku Harry Roesli Si Bengal dari Bandung, penulis Idhar Resmadi, penerbit Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia (Desember 2020). (Foto: Muhammad Zahran Nauvalliado/BandungBergerak.id)

Rock Opera Ken Arok

Satu peristiwa besar dalam hidup Harry Roesli dituangkan dengan baik oleh Idhar Resmadi dalam buku ini, yaitu Rock Opera Ken Arok. Sebuah opera yang dikatakan oleh Maman S. dari majalah Aktuil, sebagai opera yang freak. Bagaimana tidak, musik rock yang identik dengan anak muda dikolaborasikan dengan kesenian yang tinggi levelnya. Opera ini dikenal melanggar banyak prasyarat opera yang sesungguhnya. Acara yang berlangsung selama 45 menit ini, walaupun kendala tidak bisa dikecualikan, dapat dikatakan sukses besar.

Kritik demi kritik muncul mengomentari pertunjukkan tersebut, namun Harry menerimanya dengan lapang dada. Dikatakan pula dalam buku ini bahwa Rock Opera Ken Arok ini dirilis sebagai album rekaman. Adalah suatu pencapaian yang luar biasa jika satu acara yang sudah dibuat, dilirik lalu dijadikan sebuah album.

Selain peristiwa-peristiwa sebelumnya yang sudah disebutkan, masih banyak cerita lainnya mengenai Harry Roesli yang terjun untuk mengkritik perpolitikan di Indonesia. Namun di setiap bab, tidak pernah satu pun situasi di mana Harry Roesli berhenti dalam karier bermusiknya.

Buku ini dengan cermat dan lengkap menceritakan alur hidup Harry Roesli sejak dirinya kecil hingga ajal menjemputnya. Pembawaan Idhar Resmadi dalam menceritakan kembali akhir hayat Harry Roesli sungguh membuat hati terenyuh hingga berlinang air mata. Cerdas, karena dapat menggiring perasaan pembaca ke dalam situasi yang menyedihkan.

Ada kalimat yang membuat resensator terkagum-kagum, “Jika insinyur itu diciptakan, menjadi musisi dan seniman itu dilahirkan. Sosok seniman yang mengikuti piilihan hati terlahir 100 tahun sekali, sedangkan setiap tahunnya selalu muncul insinyur,” (hlm. 26).

Menjadi dewasa dengan memilih jalan hidup sendiri merupakan tindakan yang sangat berani karena menentang pengaturan hidup oleh orang tua. Namun, tindakan inilah yang membuat seorang manusia dapat melangkah lebih jauh tanpa mencemaskan doktrin-doktrin orang lain. Clever.

Informasi Buku

Judul               : Harry Roesli: Si Bengal dari Bandung

Penulis             : Idhar Resmadi

Penerbit           : Hibah dari Fasilitasi Bidang Kebudayaan 2020, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.

Cetakan           : Pertama, Desember 2020

Tebal               : xiii + 360 hlm; 14x20 cm

ISBN               : 978-602-73975-6-9

Editor: Redaksi

COMMENTS

//