• Berita
  • Pesan Menjaga Alam dari Ritual Ngertakeun Bumi Lamba di Gunung Tangkubanparahu

Pesan Menjaga Alam dari Ritual Ngertakeun Bumi Lamba di Gunung Tangkubanparahu

Upacara Ngertakeun Bumi Lamba di Gunung Tangkubanparahu diikuti masyarakat adat dari berbagai suku bangsa Nusantara. Disatukan rasa terima kasih terhadap alam.

Peserta Upacara Ngertakeun Bumi Lamba sedang ngalungkeun burung di Tangkuban Parahu, Kabupaten Bandung Barat, Minggu, 22 Juni 2025. (Foto: Abdullah Dienullah/BandungBergerak)

Penulis Abdullah Dienullah 25 Juni 2025


BandungBergerak.idMinggu pagi, 22 Juni 2025, ketika gunung Tangkuban Parahu masih berkabut, orang-orang beragam usia sudah berkumpul. Harum asap dupa yang terbawa angin mengisyaratkan upacara sakral Ngertakeun Bumi Lamba sedang berlangsung di wilayah Lembang, Kabupaten Bandung Barat.

Para peserta upacara memakai berbagai baju adat. Laki-laki mengenakan pangsi hitam dan iket kain batik dan perempuan mengenakan kebaya dan bawahan batik khas Sunda. Namun, di antara deret pakaian berwarna hitam dan putih tersebut, terdapat beberapa peserta yang memakai pakaian adat dari berbagai budaya lain.

Peserta Upacara Ngertakeun Bumi Lamba sedang galungkeun sesajen di Tangkuban Parahu, Kabupaten Bandung Barat, Minggu, 22 Juni 2025. (Foto: Abdullah Dienullah/BandungBergerak)
Peserta Upacara Ngertakeun Bumi Lamba sedang galungkeun sesajen di Tangkuban Parahu, Kabupaten Bandung Barat, Minggu, 22 Juni 2025. (Foto: Abdullah Dienullah/BandungBergerak)

Upacara Ngertakeun Bumi Lamba merupakan ritual tahunan. Dalam pelaksanaannya, acara ini menghadirkan berbagai macam bentuk budaya dari berbagai suku bangsa di Nusantara. Kehadiran mereka disatukan oleh nilai yang sama, yaitu penghargaan dan rasa terima kasih terhadap alam serta berbagai pemberiannya.

Hawa dingin pagi masih erat memeluk badan. Beberapa peserta upacara membaca doa sambil memegang dupa dengan khusyuk, di hadapan mereka berjejer berbagai pusaka, sesajen, dan kembang warna-warni. Para peserta semakin memenuhi lapangan upacara.

Peserta Upacara Ngertakeun Bumi Lamba sedang membawa sesajen menuju kawah di Tangkuban Parahu, Kabupaten Bandung Barat, Minggu, 22 Juni 2025. (Foto: Abdullah Dienullah/BandungBergerak)
Peserta Upacara Ngertakeun Bumi Lamba sedang membawa sesajen menuju kawah di Tangkuban Parahu, Kabupaten Bandung Barat, Minggu, 22 Juni 2025. (Foto: Abdullah Dienullah/BandungBergerak)

Upacara dimulai, berbagai tokoh adat dan budaya memberikan ucapan pembuka dan sambutan. Biarpun mereka berasal dari berbagai daerah dan adat yang berbeda, semuanya menyampaikan bahwa menjaga alam merupakan salah satu kewajiban utama yang harus dilakukan oleh semua manusia.

“Dunia ini bukan warisan leluhur, tapi titipan anak cucu kita”, ucap salah satu puun yang berasal dari Megamendung, Bogor dalam sambutannya.

Peserta Upacara Ngertakeun Bumi Lamba sedang mempersiapkan sesajen untuk ngalungkeun di Tangkuban Parahu, Kabupaten Bandung Barat, Minggu, 22 Juni 2025. (Foto: Abdullah Dienullah/BandungBergerak)
Peserta Upacara Ngertakeun Bumi Lamba sedang mempersiapkan sesajen untuk ngalungkeun di Tangkuban Parahu, Kabupaten Bandung Barat, Minggu, 22 Juni 2025. (Foto: Abdullah Dienullah/BandungBergerak)

Setelah sambutan-sambutan, para peserta diminta duduk. Dimulailah rangkaian sakral pemberkatan air suci dan doa bersama yang dipimpin secara bergantian oleh para perwakilan berbagai masyarakat adat nusantara.

Tak terasa, matahari telah mendaki cakrawala. Doa bersama telah selesai. Beberapa peserta upacara terlihat berjalan keluar dari lapangan. Beberapa peserta mempersiapkan sesajen yang akan dilempar saat puncak upacara di kawah Ratu Tangkuban Parahu.

Peserta Upacara Ngertakeun Bumi Lamba di Tangkuban Parahu, Kabupaten Bandung Barat, Minggu, 22 Juni 2025. (Foto: Abdullah Dienullah/BandungBergerak)
Peserta Upacara Ngertakeun Bumi Lamba di Tangkuban Parahu, Kabupaten Bandung Barat, Minggu, 22 Juni 2025. (Foto: Abdullah Dienullah/BandungBergerak)

Di samping menyiapkan sesajen dalam berbagai bentuk, terlihat peserta-peserta lain ada yang sedang memandikan benda-benda pusaka secara berbarengan. Ada pula peserta upacara yang memilih untuk bercengkerama satu sama lain.

Baca Juga: Ritual Adat Sunda di Kaki Gunung Tangkuban Parahu
Festival Budaya Nusantara ISBI Bandung: Membangkitkan kembali Ruang-ruang Kosong Gelap Akibat Pandemi

Peserta dari masyarakat adat Minahasa sedang melakukan pemberkatan pada Upacara Ngertakeun Bumi Lamba di Tangkuban Parahu, Minggu, 22 Juni 2025. (Foto: Abdullah Dienullah/BandungBergerak)
Peserta dari masyarakat adat Minahasa sedang melakukan pemberkatan pada Upacara Ngertakeun Bumi Lamba di Tangkuban Parahu, Minggu, 22 Juni 2025. (Foto: Abdullah Dienullah/BandungBergerak)

Setelah itu, beberapa peserta memulai perjalanan menuju kawah Ratu Tangkubanparahu, kawah terbesar di Gunung Tangkuban Parahu. Mereka membawa sesajen masing-masing dalam berbagai bentuk seperti bunga, beras, dan hasil bumi.

Perjalanan menuju kawah dilalui dengan khidmat. Beberapa peserta bersenda gurau ringan. Wisatawan pengunjung Tangkuban Parahu turut penasaran dan merekam upacara ini.

Peserta Upacara Ngertakeun Bumi Lamba di Tangkuban Parahu, Kabupaten Bandung Barat, Minggu, 22 Juni 2025. (Foto: Abdullah Dienullah/BandungBergerak)
Peserta Upacara Ngertakeun Bumi Lamba di Tangkuban Parahu, Kabupaten Bandung Barat, Minggu, 22 Juni 2025. (Foto: Abdullah Dienullah/BandungBergerak)

Di tepi kawah, para peserta upacara bergantian mengucapkan doa dan ngalungkeun sesajen ke dasar kawah. Asap dupa yang ditancapkan di pinggiran kawah terbang terbawa angin, bersamaan dengan beberapa burung yang dilepaskan oleh para peserta.

Upacara Ngertakeun Bumi Lamba meneladani ajaran para sesepuh dalam menjaga alam, khususnya gunung Tangkuban Parahu yang merupakan hulu dari sungai yang mengaliri kota Bandung. Upacara ini pertama kali diinisiasi pada 2009, sebagai hasil dari perjalanan beberapa orang ke Baduy yang meminta arahan kepada para sesepuh di sana terkait apa yang harus dilakukan untuk kembali ke ajaran para leluhur. 

Beberapa peserta sedang memanjatkan doa di Upacara Ngertakeun Bumi Lamba di Tangkuban Parahu, Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Minggu, 22 Juni 2025. (Foto: Abdullah Dienullah/BandungBergerak)
Beberapa peserta sedang memanjatkan doa di Upacara Ngertakeun Bumi Lamba di Tangkuban Parahu, Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Minggu, 22 Juni 2025. (Foto: Abdullah Dienullah/BandungBergerak)

Pesan diberikan oleh para sesepuh adalah untuk menjaga tiga gunung di sekitar Jawa Barat, salah satunya Gunung Tangkuban Parahu. Atas dasar pesan tersebut, maka diadakanlah upacara ini sebagai bentuk penjagaan dan penghargaan kepada alam yang telah memberi banyak bagi kehidupan manusia.

***

*Kawan-kawan dapat mengikuti kabar terkini dari BandungBergerak dengan bergabung di Saluran WhatsApp bit.ly/ChannelBB

Editor: Iman Herdiana

COMMENTS

//