• Berita
  • Bandung Protest: Pembantaian di Palestina, Pembiaran Kehancuran Kemanusiaan

Bandung Protest: Pembantaian di Palestina, Pembiaran Kehancuran Kemanusiaan

Aksi Bandung Protest diikui oleh warga Gaza yang tergabung dalam Global Youth Coalition for Quds and Palestine (GYCFQP).

Aksi Bandung Protest di Monumen Bola Dunia, Bandung, Sabtu, 12 Juli 2025. (Foto: Yopi Muharam/BandungBergerak)

Penulis Yopi Muharam14 Juli 2025


BandungBergerak.id“Kita berkumpul di jalan. Bersolidaritas dengan warga Gaza, warga Palestina. Yang menghadapi kejahatan yang sangat hebat. Kita menolak Apartheid, melawan genosida,” tegas Yusuf, warga Gaza, Palestina saat berorasi di aksi solidaritas Bandung Protest yang diselenggarakan, di Monumen Bola Dunia, Kota Bandung, Sabtu, 12 Juli 2025.

Di aksi kali ini, dua warga Gaza turut ikut serta merapatkan barisan dengan massa aksi solidaritas. Mereka anggota Global Youth Coalition for Quds and Palestine (GYCFQP). Satu minggu ke depan mereka akan berkeliling di Bandung dan Jakarta untuk mengabarkan kondisi yang dialami warga Palestina.

Global Youth Coalition for Quds and Palestine berupaya menggalang dukungan dari pemuda seluruh dunia untuk meningkatkan kesadaran dan memperjuangkan solusi yang adil bagi rakyat Palestina. Mereka menuntut agar Palestina terbebas dari penjajahan Israel, dan mendorong kemerdekaan penuh rakyat Palestina.

Yusuf mengatakan, tidak ada perdamaian yang terjadi di Gaza, Palestina hingga sekarang. Serangan udara dan darat, terus dilancarkan Israel dan menyasar warga mulai dari anak-anak, perempuan, hingga lansia. Kekejaman Israel terus dihadapi rakyat Palestina sejak serangan brutal 7 Oktober 2023 silam.

Bashar Zaghmout, sekretaris jenderal GYCFQP menjelaskan, kedatangan mereka bukan sekadar kunjungan silaturahmi saja. Dia datang ke Indonesia untuk bekerja sama dengan rakyat Indonesia dalam mendukung Yerusalem dan Palestina agar isu Yerusalem dan Palestina dapat didengar di mana-mana, baik di tingkat politisi, parlemen, serikat pekerja, pemuda, mahasiswa, maupun universitas.

“Jika Palestina baik, Indonesia baik, bangsa ini baik, dan dunia baik,” ujarnya. “Jika Palestina merasakan sakit dan sedang mengalami penderitaan, seluruh dunia akan merasakannya,” lanjutnya.

Baca Juga: Aksi Longmars Solidaritas untuk Palestina di Bandung, ...
Bandung Protest Mengecam Serangan Israel ke Rumah Sakit Indonesia di Gaza

Serangan Terus Melebar

Perkembangan kondisi warga Palestina setiap harinya kian memprihatinkan. Sejak awal tahun 2025, Israel melebarkan seranganya ke Jenin, Tepi Barat Palestina. Bashar menjelaskan, sudah dua minggu Masjid Al Aqsa kosong, tak dapat dipakai ibadah karena dihalangi pendudukan Israel.

Sama seperti Gaza, banyak kemah di Jenin dihancurkan lewat serangan udara dan darat. Melansir dari laporan Al Jazeera, pada 21 Januari 2025 Israel melancarkan serangan ke Jenin, setelah gencatan senjata Gaza dimulai.

Sedikitnya serangan Israel itu menewaskan 12 orang di seluruh wilayah Gubernuran Jenin, pada Selasa 21 Januari, disusul dua orang tewas pada Rabu malamnya. Serangan itu juga menyebabkan 35 orang terluka.

Di Tepi Barat, kata Bashar, masyarakat dihalang-halangi untuk berangkat ke sekolah, ke rumah sakit, hingga ke tempat kerja. Upaya penghalangan tersebut merupakan omong kosong dari rencana perdamaian yang digemborkan oleh negara-negara Israel dan Amerika Serikat.

“Tetapi kenyataannya, setiap hari lebih sulit daripada hari sebelumnya dalam hal pemboman, penargetan, pengepungan, kelaparan, dan hal-hal lainnya,” ungkapnya. Tidak hanya itu, banyak dari warga Gaza hingga saat ini ditawan oleh zionis Israel dan ditempatkan di kem-kem pengungsian yang menjadi kem konsentrasi.

Dia menayangkan banyak dari negara-negara besar yang membiarkan kolonialisme dan pembantaian modern ini terus terjadi. “Sayangnya, banyak negara di dunia terlibat dalam pendudukan ini. Beberapa mendukungnya dengan senjata, beberapa dengan media, dan beberapa tetap diam tentang kejahatan ini,” lanjut Bashar.

Peserta aksi solidaritas, Elni Pujayanti mengatakan alasan dirinya ikut ke aksi ini karena terdorong rasa kemanusiaannya. Dia tak kuasa untuk berdiam diri ketika melihat setiap hari pembantaian yang dilakukan Israel atas rakyat Palestina. “Kenapa kita enggak tergerak gitu? Kenapa kita diam aja melihat yang terjadi sekarang di Palestina?” ujarnya kepada BandungBergerak.

Perempuan asal Garut itu menegaskan bahwa pembantaian di zaman modern ini tak bisa dibiarkan. Satu-satunya cara untuk melawan penindasan itu ialah dengan turun ke jalan.

“Kita tahulah dari awal 2023 masih seperti ini tapi memang yang kita bisa lakukan adalah bersuara maka lakukanlah,” tuturnya.

***

*Kawan-kawan dapat mengikuti kabar terkini dari BandungBergerak dengan bergabung di Saluran WhatsApp bit.ly/ChannelBB

Editor: Iman Herdiana

COMMENTS

//