Perjalanan Spiritual Isyana Sarasvati dalam Film Musik Under God’s Plan
Film musik Under God’s Plan disutradarai Dani Huda. Hasil interpretasi terhadap lagu Isyana Sarasvati.
Penulis Fitri Amanda 16 Juli 2025
BandungBergerak.id - Di tengah kehampaan yang nyaris pekat, terdapat satu cahaya yang menembus gelap. Sesosok tubuh meringkuk menyerupai janin dalam rahim ibu. Nyanyian mengalun dengan nada tinggi dan jernih, seperti menggema di ruang kosong.
Adegan tersebut membuka film musik Under God’s Plan dari Isyana Sarasvati bersama Mantra Vutura yang disutradarai Dani Huda, seniman yang bergelut di bidang visual dan audiovisual yang membagikan pengalaman dan perjalanan kreatifnya di diskusi The Room 19, Bandung, Jumat, 11 Juli 2025.
Dani Huda menceritakan awal ia menggarap Under God’s Plan yang merupakan film musikal tentang perjalanan spiritual sang penyanyi, Isyana Sarasvati. Dani diminta menginterpretasikan lagu Isyana secara jujur. Ia diberi kebebasan penuh dalam penggarapan film musik berdurasi kurang lebih delapan menit ini.
Permintaan tersebut datang pada sepuluh hari terakhir di bulan Ramadan. Sebagai seorang muslim, Dani momen tersebut merupakan hari-hari yang sakral dan spesial untuknya bersama sang pencipta. Ia merasakan spirit ketika mendengar musiknya untuk kali pertama.
“Ketika saya mendapatkan berita ini di sepuluh hari terakhir (Ramadan) kok rasanya humble, ya? Rasanya sangat membumi gitu dan mungkin banyak perjalanan spiritual yang susah untuk dijelaskan dalam visual, ya,” ungkap Dani.
Untuk mencari inspirasi, Dani melakukan bermeditasi. Ia berusaha menerjemahkan musik tersebut ke dalam visual. Ia kemudian teringat pada gurunya yang mengenalkan dan mengajarkan tarian sufi. Tarian ini seperti bentuk ekspresi kebahagiaan tertinggi yang datang dari Tuhan, pengalaman spiritual yang mendalam yang dapat dirasakan seseorang seolah ia sangat dekat dengan Tuhan.
Saat melakukan tarian sufi, ia merasakan kehadiran Tuhan. Tarian yang dilakukan dengan cara berputar ini membawa larut sang penari ke dalam pusaran yang Maha Kuasa. Tarian sufi kemudian ia masukkan ke dalam film musik yang ia garap.
Melalui film ini, Dani bukan hanya menjadi seorang sutradara yang menginterpretasikan sebuah musik dan kemudian menciptakan karya visual dari itu, tetapi juga merasakan ulang perjalanan spiritualnya sendiri.
Baca Juga: Classics in the Movies, Menikmati Perjalanan Sinematik dalam Balutan Musik Klasik
Uluwatu Orchestra UI Garap Film Musikal Sangkuriang Bersama Komunitas Tunarungu
Menemukan dan Memaknai Diri
Dani memulai karirenya sebagai fotografer otodidak. Dari fotografi, ia menyelami dunia produksi video klip dan membangun rumah produksi untuk mengerjakan proyek-proyek film. Ia melakukan banyak perjalanan. Tahun 2022 ia mengikuti program residensi di hutan Amazon.
Di Amazon, ia bermeditasi setiap pagi. Di tengah-tengah kedekatannya dengan alam, untuk pertama kalinya ia merasa benar-benar terhubung dengan alam. Dari pengalamannya di Amazon, muncul pertanyaan dari dalam dirinya: Apa sebenarnya yang ia lakukan selama ini? Apa yang ia cari?
Pertanyaan-pertanyaan itu kemudian terjawab secara perlahan. Dani merasa dunia saat ini bergerak sangat cepat karena teknologi yang semakin canggih. Di saat yang sama, ia merasakan kehampaan ketika menjalankan sebuah proses.
Ia lantas mengenal medium analog seluloid, sebuah sistem perekam gambar bergerak yang menggunakan film seluloid, yaitu lembaran plastik tipis yang dilapisi dengan lapisan peka cahaya. Baginya, teknologi analog ini mengubah segalanya. Ia tidak mendapatkan hasil yang instan, ia harus menunggu, ia harus berproses dengan waktu yang tidak sebentar.
“Di umur 30 ini saya baru mendapatkan esensi apa yang mau saya cari, yaitu saya ingin selalu berporses,” ungkap Dani.
Apa yang dirasakan Dani ternyata bukan miliknya sendiri. Salah satu peserta diskusi, Aida (27 tahun), mengungkapkan bahwa pengalamannya menyaksikan dan membicarakan karya Dani justru membantunya memahami sesuatu yang selama ini samar.
Aida tidak mengerti persoalan mengenai film, tetapi setelah ia mendengar langsung pengalaman Dani, Aida mengaku bahwa ia seperti masuk ke dalam dunianya Dani dan ternyata dari sana ia juga bisa belajar melihat dirinya sendiri.
Aida yang akhir-akhir ini mulai belajar lebih peka terhadap alam pun merasakan kegelisahan. Ia khawatir bahwa alam di masa yang sekarang ini perlahan akan hilang karena ulah manusia, tetapi ketika Dani membicarakan tentang keterhubungannya dengan alam dan keyakinannya bahwa alam akan selalu memberi yang terbaik dan alam akan baik-baik saja, Aida merasa tersentuh. Ia mendapatkan perspektif baru.
Selain itu, diskusi tentang film musikal bersama Dani mengubah cara pandang Aida tentang hubungan antara seniman dan karyanya. Baginya kedua hal tersebut tidak dapat dilihat secara terpisah.
“Karena menurut aku, seniman itu adalah sesuatu yang esensial dan harus juga dilihat dan dibicarakan ketika kita ngomongin karyanya,” ucap Aida.
***
*Kawan-kawan dapat mengikuti kabar terkini dari BandungBergerak dengan bergabung di Saluran WhatsApp bit.ly/ChannelBB