Classics in the Movies, Menikmati Perjalanan Sinematik dalam Balutan Musik Klasik
"Cineclasics: Classics in the Movie" menjadi konser kedua Bandung Symphony Orchestra. Membawakan perjalanan sinematik dari lagu tema film-film ternama.
Arianna Eliasavitri
Penulis asal Bandung
3 Agustus 2024
BandungBergerak.id – Setelah menggelar konser pertama mereka pada tanggal 3 Februari 2024 kemarin dengan judul “When Bach Meets Barbie: A Musical Evolution” di IFI Bandung, Bandung Symphony Orchestra kembali mengadakan konser mereka. Konser kedua dengan judul Cineclassics: Classics in the Movies yang digelar pada 27 Juli 2024 lalu berhasil membuat Teater Gedung Administrasi Pusat (GAP) Universitas Kristen Maranatha bercahaya.
Seperti sebelumnya, Bandung Symphony Orchestra membagi waktu konser dalam dua sesi. Sesi pertama dilangsungkan pada pukul 16.00 WIB, dan sesi kedua pada pukul 19.00 WIB.
Seperti tema yang dalam konser tersebut, Bandung Symphony Orchestra membawakan deretan lagu dari sejumlah film yang lekat di benak publik.
Emosi serta rasa penonton dibawa naik turun bak roller coaster mengikuti rangkaian lagu-lagu yang disajikan. Bagaimana tidak, lagu di awal-awal saja sudah disuguhkan dengan alunan haru dari lagu “When you Wish Upon a Star”, dilanjutkan dengan “Love Theme” dari Cinema Paradiso.
Tak sampai disitu untuk lagu ketiga yang dibawakan secara Medley dari film Star Wars diawali dengan “Binary Sunset” yang ingin mengajak para penonton ke galaksi yang jauh, sedang “Princess Leia's Theme” lebih mengarah pada bagaimana kita merayakan pada kekuatan cinta serta harapan dalam ketidakpastian. Setelah dibawa ke galaksi yang jauh serta merayakan kekuatan cinta Medley ini ditutup dengan lagu yang mengubah emosi penonton menaik jauh dari haru serta lembut kepada judul “Main Title” yang ingin mengajak para penonton kepada petualangan luar angkasa yang berwarna.
“Main Theme” membawa emosi penonton stabil menggebu-gebu, serta bersama-sama meluncur ke dunia penuh keajaiban dan misteri yang disalurkan dari sebuah komposisi musik film legendaris Jurassic Park. Menyusul “Laskar Pelangi” yang kembali menurunkan emosi penonton menjadi lembut serta haru, mengajak untuk terus terinspirasi pada mimpi serta berjuang bagi masa depan.
Lagu-lagu yang diambil dari film karya Marvel Studios menjadi rangkaian yang kembali dibawakan secara Medley dengan rincian awal “Can You Dig It” yang menjadi komposisi musik dari film Iron Man 3, dilanjutkan dengan “Spiderman Theme” dari Spider-Man: Homecoming mengajak penonton seolah-olah berada di dunia dinamis serta penuh petualangan dari Peter Parker. Kemudian “Avengers Main Theme” menjadi penutup dari Medley film-film besutan Marvel Studios.
Setelah rangkaian Medley serta beberapa lagu, Intermission hadir sebagai momen di mana para audiens dapat mengistirahatkan badan atau hanya sekedar ke kamar kecil setelah emosi serta feel penonton dibawa naik turun dari awal penampilan. Intermission atau saat sela diberikan kurang lebih 15 menit lamanya.
Konser kembali dimulai “Le Cygne atau The Swan” karya Camille Saint Saëns menjadi pembuka setelah saat sela 15 menit kembali membawa emosi penonton pada suasana mendayu-dayu karena alunan yang begitu lembut dan hangat.
Selanjutnya, “How To Train Your Dragon“ menjadi Medley ketiga dengan berisikan dua lagu. Pertama, “Test Drive” yang kembali membawa emosi penonton naik karena lagu ini ingin mengajak audiens pada momen penuh adrenalin dan keberanian, serta “Romantic Flight” Emosi penonton kembali diubah menjadi emosi yang hangat karena memberi makna seolah dalam pelukan momen-momen yang penuh dengan kehangatan dan kasih sayang.
“The Shire”, “There and Back Again”, serta “The Fellowship” menjadi pengisi rangkaian Medley film Lord of The Rings yang menciptakan suasana baru.
“Kala Sang Surya Tenggelam” menjadi lagu lanjutan setelah Medley film Lord of The Rings.
Lagu-lagu dari film La La Land menjadi Medley terakhir yang sekaligus menjadi rangkaian akhir dari konser tersebut. “Mia and Sebastian Theme”, “Another Day of Sun”, “Someone in the Crowd” mendapat atensi dari penonton terlebih saat pemusik meneriaki “Someone in the Crowd” di tengah-tengah lagu. “City of Stars” kembali membawa penonton mendapat emosi halus nan hangat. Terakhir, “A Lovely Night” memperlengkapi kesempurnaan Medley film La La Land ini.
Dengan berakhirnya Medley film La La Land bukan sepenuhnya konser ini usai. Teriakan audiens yang diiringi dengan tepukan tangan menyoraki “We Want More” membuat pemusik mengadakan Encore atau penampilan tambahan dengan kembali membawakan dari La La Land.
Baca Juga: Belajar Musik Orkestra di ITB Bersama Adi MS
Agar Musik Klasik Indonesia tak Terpinggirkan
Blusukan Musik Klasik di Klassikhaus Recital Rama Widi dan Billy Aryo
Para Pemusik
Bandung Symphony Orchestra menghadirkan permainan 14 alat musik yang berbeda. Berikut para punggawanya.
Violin I beranggotakan Veronica Emily Hadinata sebagai concertmaster Nerissa Eva Budiman sebagai co-concertmaster yang juga sebagai Soloist di beberapa lagu, Marvelyn Joana Giselle Sutanto, Claire Marcia Irawan, Audrey Keiko Wilona.
Violin II sendiri berisi Jerry Geiger, Gracesella Chrysanthi, Gabriella Margareth H. Panjaitan, Dionisius Pratama, Felisha Huang.
Viola Dian Tri Puji Astuti, M Ruhan Tazkyah, Rollof Jons Rasera
Cello sendiri berisikan 4 orang Aileen Natasya, Sasanti Nathania Cahyaningtyas, Kaycee Tjandradjaja, Muhamad Reza Agisni.
Contrabass Fakhry Muhammad Khoiri.
Flute Sarah Tunggal, Nicholas Jones Kuswara
Oboe Rini Finlayson
Clarinet Anchelmia Chyntia H. A., George Abraham Elroy
Trumpet Issa Teenan, Melciades
Trombone Timotius Williyanto
Tuba Erwin Harnoko
Percussions FIlipus Wisnumurti, Maria Jessa Tiffany, Vincent Matthew
Harp Lovy Frans
Piano Lydia Angelina
Tim Pengaba Nathan Budiman, dan Kasih Karunia Indah
Narrators Arianna Eliasavitri & Ian Jeremy
Master of Ceremony (MC) Brian Gilbert Santoso beserta seluruh panitia yang terlibat berhasil membawa konser Cineclasics: Classics in the Movie menggema dan mengesankan serta mendapat banyak riuh tepukan tangan positif dari kurang lebih 300 penonton per sesi.
Membawa pemain yang dan semua yang terlibat larut dalam kebanggaan dan haru.
Hormat, puas, dan penuh apresiasi dipancarkan dari para penonton secara langsung maupun tersirat. Segala sukar, panik, canggung, gugup telah ditumpahkan diganti dengan lega dan serta bangga karena konser ini telah terlaksana dengan baik.
Hormat diberikan secara penuh kepada seluruh penonton yang sudah meluangkan waktunya serta memberikan riuh positif untuk menonton konser Bandung Symphony Orchestra.
Karya-karya mereka kerap dibagikan melalui laman akun Instagram mereka dengan nama @baso.bdg.
*Kawan-kawan dapat membaca artikel-artikel lain tentang seni dan budaya