Dongker, Band Punk Bandung dengan Lirik Antipenggusuran
Dongker konsisten menyuarakan akar rumput melalui lirik lagunya. Salah satu lagu mereka berjudul "Tuhan di Reruntuhan Kota".
Penulis Ryan D.Afriliyana 28 Juli 2025
BandungBergerak.id - Dalam setiap karyanya, Dongker, band punk kelahiran Bandung, tak pernah lepas dari isu-isu sosial yang dekat dengan masyarakat pinggiran. Band yang lahir dari kalangan mahasiswa Fakultas Seni Rupa dan Desain Institut Teknologi Bandung (ITB), sejak awal sudah menunjukkan keberpihakannya pada nasib akar rumput, terutama dalam konteks penggusuran dan ketidakadilan sosial.
Dongker yang terdiri dari Arno (gitaris dan vokalis), Delpi (gitaris dan vokalis), Bilal (bass), dan Dzikrie (drummer) selalu memasukkan simbol-simbol linguistik yang kuat dalam setiap lagu mereka. Dalam diskusi dan bedah lirik lagu "Tuhan di Reruntuhan Kota" yang digelar oleh Labtek Indie dan Manusa di Fragment Project, Bandung, Senin, 21 Juli 2025, Delpi menjelaskan bahwa dalam setiap lagu yang diciptakan, mereka selalu fokus pada lirik yang erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari.
Contohnya, lirik "Lapar lebih nyata dari dosa," yang terinspirasi dari pengalaman drummer mereka yang memiliki masalah kemarahan yang dipicu rasa lapar. "Dia akan marah kalau dia lapar. Jadi dia waktu tingkat 3 atau 4 itu baru sadar kalau dia tuh sering marah ketika dia lapar," ujar Delpi, menjelaskan asal mula lirik tersebut.
Namun, lagu ini lebih dari sekadar menggambarkan frustrasi individu. Lirik "Tuhan di Reruntuhan Kota" juga menyiratkan gambaran tentang romantisme kota yang tak hanya indah, tetapi juga penuh harapan yang hampa. Pada bait terakhir, liriknya berbunyi:
Siapa/
Diriku/
Di tengah kota tanpa harapan?/
Kenapa/
Bertahan?/
Karena cinta dan kenangan.
Frasa "Kenapa bertahan karena cinta dan kenangan" menurut Delpi mewakili perjuangan mereka yang terpaksa bertahan di tengah-tengah penggusuran dan ketidakadilan. "Itu kayaknya poin paling kuat untuk membuat orang terus mau berjuang kan?" ungkap Delpi.
Bagi Dongker, setiap perjuangan bermuara pada cinta, baik untuk tempat-tempat yang pernah memiliki cerita besar maupun untuk kenangan yang tersisa. "Akhirnya itu yang perlu kami jadikan bahan bakar terkuat untuk mempertahankan sesuatu," tutur Delpi.
Tuhan di Reruntuhan Kota
Judul lagu ini terinspirasi dari karya band Amuk Redam yang menulis "Tuhan di Reruntuhan," yang berasal dari puisi Chairil Anwar. Dongker memilih untuk menambahkan kata "Kota," menjadikannya "Tuhan di Reruntuhan Kota." Perubahan ini menurut Delpi, digunakan agar lebih bersifat artistik dan menekankan pada seni daripada hanya mengungkapkan kondisi geografis.
Respons Dongker terhadap kondisi sosial di sekitarnya, terutama soal isu-isu penggusuran dan ketidakadilan, tampak jelas dalam setiap karya mereka. Delpi menegaskan bahwa mereka tetap bebas dalam mengemas pesan yang ingin disampaikan.
"Karena ini misi kami mau disebarkan kayak gimana pun, mau dibikin kayak gimana pun mungkin secara hukum atau kondisi hukum Indonesia sekarang masih relatif cukup aman," ujarnya.
Dongker, meskipun dikenal dengan lirik-lirik yang terkesan kasar, tetap merasa bahwa hal itu adalah cara mereka untuk mengungkapkan kekesalan dan kemarahan terhadap kondisi sosial yang ada, seperti tampak pada lagu "Tahi Anjing".
"Kalimat yang biasa disebut sama orang-orang, yang paling gampang diucapkan dan umum bagi orang-orang," ujar Delpi.
Arno, gitaris dan vokalis lainnya, menambahkan bahwa kalimat-kalimat tersebut merupakan representasi dari kekesalan atau amarah. "Ya, salah satu mungkin yang paling gampang ya tahi anjing," ungkap Arno.
Meskipun terdengar keras, lirik-lirik tersebut berfungsi sebagai saluran bagi perasaan yang tidak terungkapkan oleh banyak orang, terutama mereka yang hidup di pinggiran kota.
Baca Juga: Tentang Punk, Dentangan Keras dengan Kontribusi Luas
Lima Puluh Tahun Kelahiran Sex Pistols dan Revolusi Punk, Kita Artikan Apa?
Politik Kota Bandung dalam Perspektif Dongker
Sebagai band yang lahir dari akar rumput, Dongker menganggap Bandung, tempat mereka tumbuh dan berkembang, sebagai kota yang dikuasai oleh politisi dengan agenda yang seringkali manipulatif dan tidak jelas.
"Bagi saya partai pemangku kebijakannya itu menyebalkan, bebal, dan itu teh turun temurun, enggak akan bisa diubahlah," Arno menilai.
Hal ini menunjukkan ketidakpuasan Dongker terhadap struktur kekuasaan yang ada di Bandung, serta bagaimana mereka berjuang melalui musik untuk menyuarakan perlawanan. Di sisi lain, mereka tetap optimis dan merayakan perjuangan tersebut melalui karya mereka.
"Di tatanan geografis Bandung, di mana banyak masalah, kita ya kadang pesimis tapi ya kira rayakan aja keseruan itu dengan musik," ujar Arno. Baginya, musik bukan hanya sekadar hiburan, melainkan alat untuk melawan ketidakadilan yang terjadi di sekitarnya.
Dongker dengan tegas mengusung genre punk rock yang dikenal dengan ciri khas suara gitar yang kasar, tempo cepat, dan aksi panggung yang energik. Mereka mengaku selalu menyerap isu sosial yang terjadi di sekitar mereka, termasuk penggusuran yang meresahkan masyarakat.
Hal itu tercermin dalam lagu-lagu mereka, seperti "Bertaruh Pada Api," serta lagu-lagu sebelumnya yang mengangkat pengalaman mereka setelah beberapa kali manggung di kawasan Dago Elos dan Tamansari, yang terkena dampak penggusuran.
Musik protes, menurut Michael Kennedy dan Joyce Bourne Kennedy dalam buku mereka “Musik Sebagai Metode Kritik Sosial-Politik”, adalah sebuah bentuk ekspresi yang digunakan untuk menyuarakan ketidakadilan sosial dan politik, serta perasaan emosi yang muncul akibat peristiwa besar seperti perang. Dongker, dengan musik mereka yang berisi pesan-pesan kritis, menjadi bagian dari tradisi musik protes ini, menyuarakan ketidakadilan bagi mereka yang terpinggirkan.
Kelahiran Dongker sendiri terjadi di tahun-tahun penggusuran kampung kota Tamansari oleh proyek rumah deret Pemkot Bandung. Dongker dibentuk pada tahun 2019 di Bandung oleh empat orang mahasiswa ITB yang memiliki latar belakang seni. Mereka memulai perjalanan musik mereka dengan merilis beberapa single dan EP, termasuk “Demo 2019”, “Upaya Memaki”, dan “Menghibur Domba di Atas Puing”. Salah satu lagu mereka yang membuat Dongker semakin dikenal adalah “Bertaruh Pada Api”.
Dongker terus konsisten dalam berkarya, menyuarakan perlawanan terhadap ketidakadilan melalui musik punk yang energik dan lirik yang tajam. Dengan semangat perlawanan yang terus mengalir, Dongker membuktikan bahwa mereka adalah band punk yang terus menyuarakan mereka yang terpinggirkan di kota mereka sendiri.
...
*Kawan-kawan dapat mengikuti kabar terkini dari BandungBergerak dengan bergabung di Saluran WhatsApp bit.ly/ChannelBB