RESENSI BUKU: Sepasang yang Melawan #1, Sejoli Menentang Ketidakadilan
Jazuli Imam dalam buku Sepasang yang Melawan #1 (2019) bercerita tentang sepasang kekasih El dan Sekar yang menantang sistem kapitalisme.
Penulis Ryan D.Afriliyana 3 Agustus 2025
BandungBergerak.id - "Aku berada di tempat di mana aku bisa menjadi seorang yang tidak menemukan kekuatan harta, tahta, dan tentara," (halaman 17). Begitulah sepotong kalimat yang menggambarkan karakter dari El, seorang mahasiswa yang merupakan anggota UKM Teater dengan kepribadian merdeka, idealis, dan mencintai alam. Dia dicap sebagai ikon mahasiswa urakan.
Berbanding terbalik dengan EL, Sekar merupakan Ketua Himpunan Mahasiswa Jurusan. Ia terkenal sebagai sosok yang cantik dan pintar, dengan pribadi yang patuh. Kedekatan mereka berawal dari kemarahan seorang dosen bernama Ani yang tersinggung oleh perbuatan mereka. Itulah titik bermulanya mereka dijuluki 'Sepasang yang Melawan'.
Dalam buku Sepasang yang Melawan (2019) lebih memperkenalkan bagaimana karakter dari tokoh utama yaitu El dan Sekar. Buku ini tak hanya menceritakan perjalanan romansa yang rumit dan penuh idealisme. Namun memotret segala tindakan diskriminasi dan ketidakadilan sosial kepada sejumlah orang yang dikerdilkan.
Suatu waktu, El berdiri tegak dengan lantang menegur aparat kepolisian yang mengabaikan seorang perempuan paruh baya dan anak kecil yang kesulitan menyebrang jalan. Ia mengkritik aparat kepolisian yang hanya menaruh fokus 'menjaga presiden' dan bukan pada masalah sosial yang lebih nyata.
"... Dan kalian, satu, dua, tiga, empat, lima, enam, tujuh, delapan, sembilan," El mengayun-ayunkan tangannya menghitung jumlah polisi di depannya. "Sembilan orang mengabaikan semua kekeliruan yang terjadi dan memilih berdiri di sini seakan perlu menjaga presiden yang lewat dari ancaman kawan-kawan saya, yang dari jumlahnya, mereka lebih mirip sekelompok orang yang ingin main kartu ketimbang mengancam siapa-siapa," (halaman 289-290).
Di samping itu, El sering kali berbagi kebaikan, membantu usaha rumahan, dan sangat peduli kepada orang-orang yang terpinggirkan. Itu tercatat pada catatan El:
Kalau negara gak bisa ngasih buku anak-anak pelosok, ayo kita yang kasih. Kalau negara ga bisa merawat alam dan lingkungan, ayo kita yang rawat. Kalau negara ga bisa memelihara pedagang kecil, ayo kita yang pelihara. Kalau negara ga bisa ngelindungi hak minoritas, ayo kita yang lindungi. Ayo rame-rame lakukan yang tidak dilakukan negara. Ayo rame-rame gantikan peran negara. Jangan berharap pada negara.
Buku Sepasang yang Melawan mendorong mahasiswa dan pembaca untuk tidak sekadar patuh pada sistem, tetapi juga mengembangkan pikiran kritis.
El beranggapan bahwa bagi kebanyakan mahasiswa nilai kuliah adalah segalanya. Meski begitu, ia meyakini sebagian dari kebanyakan mahasiswa ada yang berani menantang, namun mereka takut.
"....Oleh karena itu banyak yang nyari aman, banyak yang aman di ketakutan-ketakutan yang mereka pilih sendiri, mereka milih diem, patuh, dan tanpa mereka sadari keadaan-keadaan seperti itu membunuh perkembangan pemikiran mereka, engga ada inovasi, ga ada inisiatif, ga ada gagasan, semuanya template," (halaman 300).
Baca Juga: RESENSI BUKU: Pendidikan Indonesia Masa Pagebluk dan Pekerjaan Rumahnya
RESENSI BUKU: Mengais Asa Revolusi
Di Mana Cinta Bersemayam
"Kekuatan terbesar di dunia adalah kekuatan cinta. Setiap masing-masing kita mempunyai itu. Dari situ pula cinta adalah sumber kebahagiaan," (halaman 387), demikianlah ungkapan El mengenai cinta. Cinta bukanlah sekadar perasaan, melainkan pelaksanaan kata-kata.
"Aku berikan cintaku pada ibuku, setiap kali aku melihatnya bahagia, aku bahagia. Aku berikan cintaku kepada kamu, setiap kali aku melihatmu bahagia, aku bahagia. Seseorang dengan cinta, ia memahami, bahwa cara terbaik membahagaiakan diri sendiri adalah dengan memabahagiakan orang lain.....Cinta adalah satu-satunya hal yang dapat membuat kehidupan kembali ke trek terbaiknya," (halaman 388).
Sekar pun terdiam memaknai setiap perkataan kekasihnya, hingga ia memahami bahwa sumber kebahagiaannya ada di mana-mana. "Sungguh sumber kebahagiaanku ada di mana-mana. Di jalan, ketika aku duduk, makan, dan bercerita pada pengemis dan gelandangan, mereka semua tersenyum, di senyum merekalah aku bahagia," (halaman 388).
Mungkin benar cinta adalah sesuatu yang tidak mudah dipahami dan sulit untuk dimaknai. Namun, El dan Sekar menyadarkan kita bahwa cinta bersemayam pada setiap jiwa manusia.
Informasi Buku
Judul: Sepasang yang Melawan #1
Penulis: Jazuli Imam
Editor: Aditya Eko, Salmi R
Penyunting: Regeg Gnuga
Penerbit: Djelajah Pustaka, Yogyakarta, Cetakan Pertama, Februari 2016. Cetakan Kedua, Juli 2016. Cetakan Ketiga, Mei 2017. Cetakan Keempat, Agustus 2017. Cetakan Kelima, Maret 2018. Cetakan Keenam, Juli 2019.
Desain & layout: Djue Inspired
Dimensi: 140mm x 210 mm.
***
*Kawan-kawan dapat mengikuti kabar terkini dari BandungBergerak dengan bergabung di Saluran WhatsApp bit.ly/ChannelBB