• Buku
  • RESENSI BUKU: Pendidikan Indonesia Masa Pagebluk dan Pekerjaan Rumahnya

RESENSI BUKU: Pendidikan Indonesia Masa Pagebluk dan Pekerjaan Rumahnya

Buku “Harapan, Dilema, Pergulatan" karya Anggi Afriansyah penting bagi praktisi pendidikan yang ingin memahami konteks sejarah dan filosofi pendidikan Indonesia.

Buku Harapan, Dilema, Pergulatan karya Anggi Afriansyah. (Foto: Laila Nursaliha)

Penulis Laila Nursaliha27 Juli 2025


BandungBergerak.id – Hanya 10,2 persen penduduk Indonesia yang berhasil menyelesaikan pendidikan tinggi, sementara angka putus sekolah di desa hampir dua kali lipat dibanding kota. Realitas ini menggarisbawahi bahwa setelah hampir 80 tahun merdeka, Indonesia masih bergulat dengan persoalan klasik yang sama: ketimpangan akses pendidikan. Bagaimana praktik dan kebijakan pendidikan di Indonesia merespons tantangan ini?

Buku "Harapan, Dilema, Pergulatan" karya Anggi Afriansyah hadir sebagai refleksi mendalam terhadap kondisi pendidikan Indonesia, khususnya di masa pandemi. Buku ini memetakan hal-hal penting yang perlu menjadi sorotan dalam masalah pendidikan di Indonesia melalui lima bagian utama: janji pendidikan, pemikiran tokoh bangsa, bahasan toleransi, kebijakan pendidikan, dan pendidikan di masa pandemi.

Kebanyakan masyarakat Indonesia tampaknya memiliki ingatan yang pendek terhadap peristiwa sejarah. Banyak permasalahan yang memerlukan nafas panjang dan konsistensi berlanjut namun digarap seperti proyek Sangkuriang. Dasa dasar asumsi tersebut, dan banyak kebijakan berulang namun tak kunjung selesai, buku ini mengingatkan kita tentang masalah klasik namun selalu menghantui. DIrangkung dalam kata kunci yang menjadi benang merah dalam buku ini yaitu ketimpangan akses, ketimpangan sosial ekonomi, pentingnya guru, kebijakan konsisten, dan toleransi. Kelima konsep ini tidak berdiri sendiri, melainkan saling terkait dalam membentuk panorama pendidikan Indonesia yang kompleks.

Baca Juga: RESENSI BUKU: Membaca (Kembali) G30S dari Tilikan Siauw Giok Tjhan
RESENSI BUKU: Fotografi sebagai Konstruksi Sosial dan Epistemik
RESENSI BUKU: Mengais Asa Revolusi

Menelisik Diri dan Posisi Keilmuan

Bacaan yang dihadirkan dalam buku ini, membuat pembaca menelisik kepada diri tentang siapa diri kita? Kedirian sebagai masyarakat Indonesia. Tentang tujuan dan arah-arah yang perlu dicapai. Terkadang kita menjadi bangsa angin-anginan di mana angin melaju ke utara, ikut ke utara, begitu pun sebaliknya. Seolah-olah tak punya pijakan yang ada. Padahal banyak tokoh bangsa yang bisa dijadikan rujukan.

Hal itu dibahas dalam bagian pemikiran tokoh bangsa. Afriansyah menghadirkan pengingat penting bahwa pendidikan Indonesia perlu kembali merujuk kepada para pendiri bangsa. Dia menampilkan beberapa cerita inspiratif mulai dari Ki Hadjar Dewantara, kisah Hasyim Asy'ari dalam menerima tamu, hingga gaya parenting Wahid Hasyim dan Ibu Sholichah.

Rujukan kepada tokoh-tokoh pendiri bangsa ini bukan sekadar nostalgia, melainkan titik tolak untuk perenungan mendalam tentang orientasi pendidikan Indonesia yang sering kali berkiblat ke Barat. Afriansyah menekankan pentingnya kontekstualisasi pendidikan yang tidak hanya responsif terhadap tantangan global seperti globalisasi, tetapi juga memperhatikan kearifan lokal yang telah teruji waktu. Pendekatan ini menunjukkan keunikan perspektif penulis yang berusaha menyeimbangkan antara modernitas dan tradisi, antara tuntutan zaman dan nilai-nilai luhur bangsa.

Bukan hanya sekedar Identitas, posisi keilmuan seperti ilmu alam dan ilmu sosial perlu ditempatkan secara adil sesuai dengan tempatnya. Memang tidak mudah mengajarkan keilmuan sosial humaniora, namun bukan berarti tidak penting. Perlu usaha lebih lanjut agar keilmuan ini diserap dalam pembelajaran peserta didik, sehingga peserta didik bisa memiliki kompetensi sosial yang diharapkan.

Tentu saja, upaya-upaya ini belum bisa berjalan secara maksimal. Salah satu di antaranya guru masih gagal menjadi intellectual transformative seperti apa yang diharapkan oleh Henry Giroux. Guru masih saja hanya sebagai pelaksana administratif pengajaran, bukan mengembangkan intelektual secara keseluruhan.

Kebijakan, Pagebluk, dan Ketidakpastian

Bagian yang paling aktual dan masih perlu dari buku ini adalah pembahasan tentang pendidikan di masa pandemi. Afriansyah dengan tajam menganalisis bagaimana visi pendidikan memerlukan tidak hanya kolaborasi antara berbagai pihak, tetapi juga komitmen konsisten dari pemerintah.

Sebagai kumpulan tulisan kolom yang ditulis selama periode 2020-2022, buku ini menjadi catatan yang perlu diperhatikan tentang  dinamika pendidikan Indonesia di masa yang paling menantang. Dampak sistem pendidikan di masa pandemi, masih perlu mendapat perhatian serius karena pemulihan pendidikan tidak dapat dicapai dalam waktu singkat.

Yang menarik, Afriansyah tidak hanya mengkritik tetapi juga menawarkan perspektif konstruktif tentang bagaimana pendidikan Indonesia dapat bangkit dari keterpurukan. Dia mengingatkan bahwa persoalan-persoalan dalam tatanan pendidikan Indonesia memang terbilang klasik, namun bukan berarti tidak dapat diselesaikan.

Karya Afriansyah ini lebih menekankan pada aspek humanis dan tokoh-tokoh bangsa sebagai rujukan. Pendekatan ini memberikan dimensi baru dalam inspirasi yang bisa ditawarkan mengenai tokoh-tokoh yang bisa kita rujuk dan jadikan panutan. Ketika membacanya, terasa lebih hangat sebab menghadirkan cerita-cerita yang mungkin tak banyak orang ketahui seperti gaya pengasuhan, dan hal kecil yang berpengaruh besar pada tokoh-tokoh yang terjadi semasa hidupnya.

Kekuatan utama buku ini terletak pada kemampuan penulis menggabungkan analisis kontemporer dengan kebijaksanaan para tokoh bangsa. Namun, di sisi lain, beberapa bagian sepertinya masih belum terselesaikan dan memerlukan penjelasan yang lebih mendalam tentang bagian-bagian setiap permasalahan.

Bagian pembahasan kebijakan, Afriansyah mengajak pembaca mengenali dan mengakui bahwa masalah pendidikan di Indonesia merupakan permasalahan yang berulang tiap berganti kebijakan dan pemerintahan.

Buku ini direkomendasikan untuk praktisi pendidikan yang ingin memahami konteks sejarah dan filosofi pendidikan Indonesia, pembuat kebijakan yang membutuhkan perspektif holistik dalam merancang pendidikan, dan masyarakat umum yang ingin memahami kompleksitas pendidikan di Indonesia.

Kehadiran buku ini, mengingatkan - masyarakat Indonesia - pernah mengalami masa terputus dari hiruk pikuk dunia. Pagebluk yang merenggut hal paling berharga dari manusia. Ia juga menjadi ruang kontemplasi bagi arah selanjutnya. Hari ini, seharusnya kita mengentaskan Pekerjaan rumah yang belum selesai. Pekerjaan rumah yang perlu dituntaskan satu persatu, jika tidak bisa sekaligus dikerjakan. Paling penting, pekerjaan rumah ini bisa dituntaskan dan bisa dimulai pengerjaannya apabila semua khalayak tahu bahwa masalah-masalah ini merupakan sebuah pekerjaan rumah.

Informasi Buku

Judul: Harapan, Dilema, Pergulatan

Penulis: Anggi Afriansyah

Penerbit: Upakata

Tahun: 2025

 

 

*Kawan-kawan dapat menikmati tulisan-tulisan lain Laila Nursaliha, atau membaca artikel-artikel lain tentang Resensi Buku

Editor: Ahmad Fikri

COMMENTS

//