• Kampus
  • Pemutaran Film Animal Farm di Universitas Sali Al Aitaam, Mengajak Mahasiswa Mengawasi Kekuasaan

Pemutaran Film Animal Farm di Universitas Sali Al Aitaam, Mengajak Mahasiswa Mengawasi Kekuasaan

Film alegoris Animal Farm merupakan kritik George Orwell terhadap pemberintahkan yang melahirkan tiran di Uni Soviet.

Diskusi dan pemutaran film Animal Farm di Universitas Sali Al-Aitaam, Bandung, Senin, 11 Agustus 2025. (Sumber: Rahmat Abdilah/Panitia Pelaksana)

Penulis Ryan D.Afriliyana 17 Agustus 2025


BandungBergerak.idFilm Animal Farm, adaptasi dari novel George Orwell, menyuguhkan kritik tajam terhadap kekuasaan melalui kisah alegoris hewan yang memberontak. Karya ini dibuat Orwell sebagai bentuk protes terhadap sistem pemerintahan Uni Soviet di bawah Joseph Stalin. Film ini diputar di Universitas Sali Al-Aitaam, Bandung, Senin, 11 Agustus 2025.

Muhammad Ramdhan Alfarissy dari Second Floor Production menyebut film ini cerdik dalam membungkus isu kompleks tentang ketimpangan kekuasaan dan manipulasi. Film bercerita tentang sekelompok hewan yang menuntut kesejahteraan dan membebaskan diri dari majikannya, tapi kemudian justru ditindas oleh pemimpin baru dari kalangan mereka sendiri.

Menurut Ramdhan, film animasi ini adalah medium yang efektif karena membuka ruang interpretasi dan diskusi di publik. Ia juga melihat Animal Farm memiliki relevansi dengan kondisi Indonesia saat ini, khususnya dalam hal kekuasaan yang candu dan dampaknya terhadap masyarakat. 

Baginya, kekuasaan yang tidak disertai empati dan tanggung jawab hanya akan menguntungkan segelintir pihak. Maka, ruang-ruang diskusi penting untuk membangkitkan kesadaran kritis terutama di kalangan mahasiswa.

"Absolutely, mungkin bagi orang sendiri relate-relate aja sih ya, yang mana kita juga bisa melihat bagaimana kekuasaan itu sangat-sangat candu dan powerful impact-nya ke masyarakat," ungkap Ramdhan.

Baca Juga: RESENSI BUKU: Animal Farm, Hewan Ternak dengan Pemimpin Babi Haus Kuasa
Dari Dendam Kesumat Hingga Terciptanya Lingkaran Setan

Mahasiswa, Diam atau Bersuara?

Film ini menjadi pemantik refleksi tentang posisi mahasiswa sebagai entitas kritis dalam dinamika sosial-politik. Namun, realitas saat ini menunjukkan bahwa kebebasan berekspresi di kampus mulai terkikis oleh budaya takut, aturan pembungkam, dan minimnya ruang kritik.

Ketua AJI Bandung Iqbal T. Lazuardi menyatakan, sistem negara berdampak langsung pada kehidupan masyarakat, termasuk sulitnya lapangan kerja dan maraknya PHK. Ia menekankan pentingnya mahasiswa ikut mengawasi dan menyuarakan kritik terhadap sistem yang tidak berjalan baik.

Menurutnya, ekspresi kritik tidak harus selalu lewat aksi besar. Hal-hal kecil di lingkungan kampus pun sudah cukup menjadi langkah awal. "Kita jangan dulu misalnya untuk ke hal yang besar. Hal yang kecil juga bisa di kampus misalnya," ujar Iqbal.

Iqbal menyambut baik pemutaran film Animal Farm sebagai medium penyampaian kritik yang kreatif. Film ini dapat membantu mahasiswa memahami cara kerja sistem politik serta pentingnya memperjuangkan hak terutama di ruang kampus yang seharusnya menjadi ruang demokrasi mikro. Ia mengingatkan bahwa Pasal 28E ayat (3) UUD 1945 serta Pasal 19 DUHAM menjamin hak atas kebebasan berpendapat, berserikat, dan menyampaikan informasi.

"Bagus sekali gitu ya, panitia menyajikan film ini. Sehingga bisa diadopsi teman-teman ketika menyampaikan pendapatnya," kata Iqbal.

Namun tidak semua mahasiswa memilih bersikap vokal. Boy Ardiansyah dari Himpunan Ilmu Komunikasi Universitas Sali Al-Aitaam mengungkapkan pilihannya untuk diam selama kampus berjalan dengan benar. Menurutnya, diam bukan berarti apatis, tetapi bentuk menjaga kenyamanan. Ia tetap memantau arah kebijakan kampus dan menolak jika dianggap tidak peduli. Banyak mahasiswa lain, katanya, juga lebih memilih zona aman selama perkuliahan mereka berjalan lancar.

"Aku bisa simpulkan kalau mereka itu lebih memilih nyaman. Nyaman plus amanlah bisa dibilang. Ya, ngapain harus terjun ke masalah itu," kata Boy saat menjadi pemantik pada nobar dan diskusi Film Animal Farm. 

***

*Kawan-kawan dapat mengikuti kabar terkini dari BandungBergerak dengan bergabung di Saluran WhatsApp bit.ly/ChannelBB

Editor: Iman Herdiana

COMMENTS

//