• Liputan Khusus
  • Savior Rangers dari Masjid Salman ITB, Berdakwah tentang Sampah dengan Tindakan

Savior Rangers dari Masjid Salman ITB, Berdakwah tentang Sampah dengan Tindakan

Savior Rangers Masjid Salman ITB memiliki visi bahwa masjid merupakan model peradaban Islam yang ramah lingkungan, wabil khusus di bidang pengelolaan sampah.

Jemaah salat di Masjid Salman ITB, Kota Bandung , Kamis (25/4/2021). Masjid ini didirikan YPM Salman ITB pada tahun 1963. (Foto: Prima Mulia/BandungBergerak.id)

Penulis Tim Redaksi28 Agustus 2025


BandungBergerak - Selepas salat duhur, tiga orang muda berseragam biru tua segera menyibukkan diri melipat kardus, memilah botol plastik, dan menimbang sampah organik di sudut pelantaran Masjid Salman ITB. Mereka merupakan komunitas peduli lingkungan Savior Rangers. Komunitas ini menunjukkan cara pandang pada masjid, bahwa ruang ritual ini tak sekadar tempat ibadah, melainkan pusat peradaban dan kepedulian terhadap lingkungan.

Savior Rangers lahir saat Ramadan tahun 2021 di Masjid Salman ITB. Waktu itu kegiatan di bulan puasa baru saja bergeliat setelah jeda panjang karena pandemi Covid-19. Panitia kegiatan Ramadan era Covid memiliki Divisi Zero Waste yang bertugas melakukan kampanye soal perlakuan terhadap sampah pada jamaah masjid. Mereka juga menyediakan tempat-tempat sampah di lingkungan masjid kampus teknik tertua di Indonesia.

Divisi Zero Waste juga memberi edukasi ke jamaah mengenai memilah sampah. Mereka berdiri di depan tempat sampah dan membimbing jamaah bagaimana cara memilah sampah. Namun langkah ini dirasa belum cukup dalam mengkampanyekan gaya hidup nol sampah. Maka mereka kemudian membentuk Savior Rangers atau Salman Environmental Rangers yang bergerak di isu lingkungan di bawah naungan Bidang Pengkajian & Penerbitan (BPP) Masjid Salman ITB.

“Awalnya kita cuma sediakan tempat sampah dan edukasi jamaah. Tapi sekarang udah ada divisi khusus yang ngurus organik, daur ulang, sampai kebersihan area dari kotoran kucing,” cerita Diniana Sara, Koordinator Savior Rangers, saat ditemui, Minggu, 24 Juli 2025.

Sara tak pernah menyangka ia akan memimpin gerakan pengelolaan sampah di Masjid Salman ITB. Kini gerakan Savior Rangers Salman terus berkembang dengan sistem yang lebih struktur. Fokus komunitas ini ada lima, antara lain Zero Waste Rangers yang berfokus pada edukasi pemilihan dan pengelolaan sampah, Farming Rangers berfokus pada fasilitas hidroponik dan pertanian di Masjid Salman, Water Rangers bertugas mengelola air wudhu dan limbah air agar lebih efisien, Energy Rangers mendorong penggunaan energi terbarukan dengan memanfaatkan panel sruya di atap Masjid Salman, dan terakhir Cat Rangers yang mengurusi kucing-kucing liar di Salman agar tetap aman, bersih, serta tidak mengganggu jamaah.

Meski demikian, tidak semua program bisa dijalankan sekaligus. Tahun 2024 mereka fokus pada Zero Waste Rangers. Baru di tahun ini mereka meningkatkan fokus pada Farming dan Cat Rangers.

Tempat sampah terpilah di Masjid Salman ITB, Bandung, Minggu, 24 Juli 2025. (Foto: Dafa Nuwayyar/BandungBergerak)
Tempat sampah terpilah di Masjid Salman ITB, Bandung, Minggu, 24 Juli 2025. (Foto: Dafa Nuwayyar/BandungBergerak)

Sistem Pengelolaan Sampah ala Savior Rangers

Sistem pengelolaan sampah yang dilakukan Savior Rangers berusaha membentuk lingkaran keberlanjutan. Sampah organik yang mulanya beban diolah menjadi bermanfaat. Alur pengelolaan sampah menjadi lebih tertata. Jamaah masjid membuang sampah ke tempat yang sudah berlabel edukatif. Hal ini memudahkan petugas mengangkut ke tempat pengolahan sampah.

“Karena fokus utama kami edukasi. Prosesnya begini, jamaah buang sampah itu diedukasi lewat label dan pendampingan, kemudian sampah dikumpulkan di TPS Savior, dipilah, dan ada juga sampah daur ulang dijual ke pihak ketiga,” ujar Sara.

Dari sejak awal mereka tidak langsung membuang sampah ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Mereka mengolah sampah secara mandiri terlebih dahulu, mulai sampah residu yang diserahkan ke komunitas Maju Bersama Rongsok untuk diolah menjadi Refuse Derived Fuel (RDF). Savior Rangers juga pernah bekerja sama dengan West4Change dan program Sedekah Sampah dengan komunitas di Cigadung.

Menurut Sara, Savior Rangers pernah juga menjadi nasabah Bank Sampah Induk (BSI). Tetapi karena angkutannya sering penuh akhirnya kerja sama ini berhenti. Kerja sama dengan DLH Kota Bandung juga belum sepenuhnya lancar.

Tantangan terbesar Savior Rangers dalam melakukan kampanye dan pengelolaan sampah bukan di masalah teknis, melainkan dari kebiasaan. Edukasi sampah kerap berhadapan dengan sikap jamaah. Respons mereka beragam, ada yang antusias, cuek, bahkan ada yang tersinggung saat diedukasi.

“Karena itu, PR kami adalah memastikan internal Salman dulu yang teredukasi. Kami sedang menyusun SOP untuk semua bidang agar kompak dalam menjalankan gerakan lingkungan,” tambahnya.

Dampak perubahan kecil juga mulai terasa. Dari tahun ke tahun data yang dikumpulkan Savior Rangers menunjukkan pemilahan sampah semakin meningkat. Cleaning service Masjid Salman pun ikut terbantu dengan adanya komunitas ini. Mereka tidak lagi kewalahan mengurusi sampah.

“Sekarang lebih ringan tugas cleaning service . Bahkan kami buat SOP dan aturan denda untuk kegiatan kaderisasi yang meninggalkan sampah. Ada juga pemeriksaan sampah rutin dari Savior,” terangnya.

Tidak hanya di Masjid Salman, Savior Rangers juga mulai mengedukasi pemilihan sampah jauh ke luar lingkungan mereka. Savior Rangers melakukan edukasi ke sekolah dan kampus lain. Mereka membawa semangat bahwa masjid adalah pusat transformasi sosial selain sebagai tempat ibadah.

Mesin penghancur sampah organik kering di TPA Savior Masjid Salman ITB, Bandung, Minggu, 24 Juli 2025. (Foto: Dafa Nuwayyar/BandungBergerak)
Mesin penghancur sampah organik kering di TPA Savior Masjid Salman ITB, Bandung, Minggu, 24 Juli 2025. (Foto: Dafa Nuwayyar/BandungBergerak)

Suara Jemaah

Keberadaan komunitas Savior Rangers mendapat apresiasi jemaah. Hana, 25 tahun, mahasiswi pascasarjana Teknik Lingkungan mengatakan, gerakan pemilihan sampah sangat penting untuk mendorong kesadaran masyarakat. Sebab realitasnya masih banyak masyarakat yang belum sadar memilah sampah.

“Jadi perlu ada (Savior Rangers) bagaimana sih memilah sampah dari sumbernya,” kata Hana.

Ia berharap semakin banyak masyarakat yang memilah sampahnya sendiri. Gerakan Savior Rangers pun diharapkan lebih meluas lagi. Kendati demikian, Hana tidak mengetahui program-program Savior Rangers secara mendetail. Namun yang jelas, suasana Masjid Salman terasa nyaman dengan sistem pemilahan sampahnya.

Sama halnya dengan Hana, Ahmad, 20 tahun, mahasiswa astronomi, mengaku awalnya tak begitu peduli soal pemilahan sampah. Ia tertarik dengan sistem kampanye Savior Rangers yang sistematis.

“Tapi pas lihat sistemnya rapi, jadi ikut milah. Harapannya sih kampanye mereka makin luas dan kreatif,” ujar Ahmad.

Kurban di Masjid Salman ITB dikemas dengan kemasan plastik hasil pengumpulan dari warga, Jumat, 6 Juni 2025. (Foto: Aqeela Syahida Fatara/BandungBergerak)
Kurban di Masjid Salman ITB dikemas dengan kemasan plastik hasil pengumpulan dari warga, Jumat, 6 Juni 2025. (Foto: Aqeela Syahida Fatara/BandungBergerak)

Kurban Ramah Lingkungan

Selain Ramadan, salah satu acara terbesar di Masjid Salman ITB adalah penyembelihan hewan kurban. Pada Idul Adha 1446 H, Jumat, 6 Juni 2025 lalu, Masjid Salman ITB melaksanakan penyembelihan dan penyaluran hewan kurban secara luas dan terstruktur. Ada 70 ekor sapi dan 880 ekor domba yang dihimpun dari jamaah, dengan distribusi menyebar hingga 25 provinsi di Indonesia. Penyebaran ini dilakukan bekerja sama dengan 104 mitra, termasuk 30 kampus dari Papua hingga Aceh, yang dipilih berdasarkan lokasi yang minim hewan kurban.

Di Masjid Salman sendiri, dilakukan penyembelihan 17 ekor sapi dan 52 ekor domba, dengan bantuan 800 mahasiswa sukarelawan dari seluruh universitas di Bandung Raya yang tergabung dalam Panitia Pelaksana Program Ramadan dan Idul Adha (P3RI). Persiapan kepanitiaan dimulai sejak Januari 2025.

“Sangat-sangat menarik kegiatan ini yang jarang ada di kampus lain, jadi aku pengen banget dapet pengalaman di kepanitiaan ini,” ujar Hana Mufidah, mahasiswi UPI.

Penyaluran daging kurban dari Salman dilakukan kepada sekitar 1.800 penerima di lingkungan sekitar, seperti pedagang, instansi, dan karyawan ITB.

“Jadi fokusnya ke sana dulu, selebihnya mungkin ke beberapa masjid yang melakukan permohonan bantuan,” ujar Syachrial, Direktur Rumah Amal Salman.

Sebelum disembelih, seluruh hewan kurban telah melalui proses pengecekan kesehatan selama satu bulan, mulai dari lokasi awal hingga saat tiba di Salman, bekerja sama dengan Dinas Peternakan Kota Bandung dan dokter hewan.

Sebagai bagian dari upaya menjadi masjid kampus percontohan yang ramah lingkungan, Masjid Salman ITB menerapkan prinsip kurban green. Di sinilah peran penting Salman Environmental Rangers atau Savior Rangers. Pengelolaan sampah selama kurban dilakukan dengan prinsip zero waste. Sampah dipilah secara bijak agar dampaknya seminimal mungkin bagi lingkungan.

Dalam penyaluran daging, digunakan 600 besek anyaman bambu hasil kerja sama dengan pengrajin lokal Jawa Barat. Selain itu, dikumpulkan juga 1.000 – 2.000 wadah plastik hasil donasi jamaah, yang dikumpulkan sejak sebulan sebelum hari raya. Dengan demikian, kurban di Masjid Salman ITB bisa mengurangi sampah plastik.

Langkah-langkah ini menunjukkan bahwa Masjid Salman ITB tidak hanya melaksanakan ibadah kurban secara syariat, tetapi juga mengusung misi sosial dan lingkungan. Fokusnya tak hanya pada penanganan kemiskinan dan stunting melalui distribusi kurban, tetapi juga pada pengelolaan kurban yang berkelanjutan dan ramah lingkungan.

Baca Juga: Warisan dari Penghayat Lembang: Menjaga Mata Air, Merawat Bawana
Menyemai Generasi Perempuan Pemelihara Bumi di Aisyiyah Boarding School Bandung

Kurban di Masjid Salman ITB diselenggarakan secara ramah lingkungan, Jumat, 6 Juni 2025. (Foto: Aqeela Syahida Fatara/BandungBergerak)
Kurban di Masjid Salman ITB diselenggarakan secara ramah lingkungan, Jumat, 6 Juni 2025. (Foto: Aqeela Syahida Fatara/BandungBergerak)

Menuju Masjid Peradaban Hijau

Savior Rangers memiliki visi besar. Mereka ingin menjadikan masjid sebagai model peradaban Islam yang ramah lingkungan. Sara berharap gagasan ini bisa menginspirasi masjid kampus lainnya di Indonesia.

Berdasarkan data resmi, pada Ramadan 2025 lalu rata-rata sampah yang terkumpul setiap hari di Masjid Salman ITB sebanyak 51 kilogram sampah. Volume ini memang belum berkurang signifikan, tapi kualitas pemilihan menunjukkan peningkatan.

Dengan hadirnya Savior Rangers, Masjid Salman ITB tidak lagi mengirim sampah ke TPA. Masjid Salman ITB menjadi contoh rumah ibadah dengan sistem pengelolaan sampah mandiri.

Meski demikian, di luar lingkungan masjid, Kota Bandung masih menghadapi pekerjaan besar pengelolaan sampah. Berdasarkan data Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Bandung 2024, setiap hari kota ini menghasilkan lebih dari 1.500 ton sampah, dengan hanya sebagian kecil yang berhasil didaur ulang. Sisanya menumpuk di TPA Sarimukti yang kapasitasnya kritis.


*Reportase ini dikerjakan Ahmad Solihin Ardiansyah & Dafa Nuwayyar Ilmia, dengan dukungan data dari Aqeela Syahida Fatara. Liputan ini bagian dari program SMILE (Strengthening Youth Multifaith Leader Initiative on Climate Justice through Ecofeminism) yang diinisiasi Eco Bhinneka Muhammadiyah dan berkolaborasi dengan BandungBergerak

Editor: Iman Herdiana

COMMENTS

//