Mengenal Sejarah Perjuangan Pos Indonesia dalam Bandung Chronicles Games 2025
Sahabat Museum Konferensi Asia Afrika (SMKAA) menggelar Bandung Chronicles Games (BCG) 2025. Museum Pos Indonesia menjadi salah satu lokasi utama.
Penulis Nabilah Ayu Lestari17 September 2025
BandungBergerak - Peran Pos Indonesia dalam perjuangan diplomatik Indonesia diangkat melalui acara Bandung Chronicles Games (BCG), yang digelar oleh Sahabat Museum Konferensi Asia Afrika (SMKAA) dalam rangka memperingati 70 Tahun Konferensi Asia Afrika (KAA) dan Hari Jadi Kota Bandung ke-215. Museum Pos Indonesia menjadi salah satu lokasi utama BCG sebagai simbol penting dalam jaringan komunikasi internasional saat KAA 1955.
Zamzam Zamakhsyari, pengelola Museum Pos Indonesia, menjelaskan bahwa Pos Indonesia memiliki kontribusi signifikan dalam penyelenggaraan Konferensi Asia Afrika. Menurutnya, Pos Indonesia menjadi salah satu garda depan dalam menghubungkan dunia melalui jaringan pos, telegram, dan layanan komunikasi lainnya.
Pada saat Konferensi Asia Afrika berlangsung, berbagai pesan diplomatik, dokumen resmi, hingga surat kabar tersebar dengan cepat ke seluruh penjuru negeri bahkan ke mancanegara.
“Sebagai salah satu bukti keterlibatan Pos dalam peristiwa Konferensi Asia Afrika adalah diterbitkannya prangko seri Konferensi Asia Afrika dan bukan hanya saat pelaksanaan saja, tetapi pada setiap acara peringatan Konferensi Asia Afrika tersebut ya, peristiwa-peristiwa tersebut, kami selalu menerbitkan prangkonya,” kata Zamzam Zamakhsyari, Sabtu, 13 Agustus 2025.
Melalui Bandung Chronicles Games, peran Pos Indonesia dalam diplomasi internasional serta nilai-nilai solidaritas dan perdamaian dari Konferensi Asia Afrika kembali dihidupkan untuk generasi masa kini.
Bandung Chronicles Games 2025 sendiri bertajuk “Memori Kolektif: Suara Solidaritas Asia Afrika untuk Perdamaian Dunia”. Acara ini mengajak para peserta untuk menelusuri tempat-tempat bersejarah di Kota Bandung yang menjadi saksi perjuangan negara-negara Asia Afrika dalam merebut kemerdekaan. Selain Museum Pos Indonesia, kegiatan juga berlangsung di Gedung Dwi Warna, tempat sidang komite KAA berlangsung pada 1955.
BCG menghadirkan pengalaman belajar sejarah secara interaktif melalui metode roleplay. Para peserta berperan sebagai delegasi negara peserta KAA dan mengikuti simulasi sidang diplomatik.
“BCG ini hadir yang memang harapannya itu, menanamkan kembali nilai-nilai Asia Afrika melalui games-games, yang diharapkan ya relevan juga gitu dengan kebutuhan mereka dan dipadukan gitu dengan pengetahuan-pengetahuan mengenai Asia Afrika, gitu,” jelas Ketua Pelaksana BCG 2025, Tri Wagi.
Baca Juga: Pameran Echoes of Resistance di Pasar Antik Cikapundung: Melawan Lupa Lewat Seni, Arsip, dan Ingatan
Membaca Sejarah Bibliosida dari Penyitaan Buku di Rumah Delpedro Marhaen
Metode permainan dalam BCG dipilih agar sejarah KAA lebih mudah diterima generasi muda.
“Gimana caranya biar si peserta tuh, ketika ikut games tuh sebelumnya mungkin udah tahu nih familiar dengan Konferensi Asia Afrika, tapi rasa-rasanya gak bisa ada media yang lebih kreatif ya di sinilah gitu Bandung Chronicles Game hadir gitu,” terangnya.
Salah satu peserta, Andika Putra, mahasiswa Universitas Terbuka, mengungkapkan bahwa kegiatan ini mempermudahnya memahami sejarah.
“Saya sebagai anak yang menyukai sejarah, tapi suka males baca sejarah panjang, justru kegiatan ini yang menjadi wadah untuk kita memahami dan mengetahui sejarah, yang dikemas dengan games yang seru,” katanya.
Hal serupa disampaikan Muhammad Gilang Ramadan, pelajar SMAN 1 Sukanagara, Cianjur.
“Aku merasa takjub banget, ternyata tujuan negara untuk ikut KAA itu mereka ingin merdeka walaupun banyak keterbatasan,” ujarnya.
***
*Kawan-kawan dapat mengikuti kabar terkini dari BandungBergerak dengan bergabung di Saluran WhatsApp bit.ly/ChannelBB