Komunitas Aleut Kenalkan i-Walk, Aplikasi Wisata Sejarah Tanpa Pemandu
Aplikasi i-Walk Komunitas Aleut meraih juara pertama Bandung Datathon 2021. Dengan aplikasi ini, wisatawan bisa berwisata sejarah secara mandiri tanpa pemandu.
Penulis Reza Khoerul Iman24 November 2021
BandungBergerak.id - Komunitas Aleut keluar sebagai juara pertama pada kompetisi Bandung Datathon 2021 yang dihelat Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) Kota Bandung bekerja sama dengan City of Melbourne. Dalam kompetisi ini, Komunitas Aleut mengusung ide i-Walk, yaitu aplikasi panduan wisata sejarah Self-Guided Historical Walking Tour.
Melalui acara bertajuk “Workshop Datathon: Pengelolaan Data Sejarah untuk Aplikasi Wisata Sejarah Kota” pada Sabtu (20/11/2021), Komunitas Aleut memperkenalkan ide i-Walk kepada publik di Bandung Creative Hub.
“i-Walk adalah aplikasi Self-Guided Historical Walking Tour,” tutur Annisa Almunfahanah, selaku moderator.
Pandemi Covid-19 sempat membuat ruang publik tertutup sampai waktu yang tidak ditentukan. Hal ini memberikan dampak yang cukup buruk pada sektor pariwisata yang membutuhkan akses ruang publik dan melibatkan banyak orang, termasuk di Kota Bandung.
Kota Bandung menjadi destinasi wisata yang digemari masyarakat, salah satunya wisata sejarah. Hal ini didukung dengan adanya bangunan cagar budaya (BCB) sekitar 1.700 bangunan. Dengan jumlah tesebut Kota Bandung menjadi kota yang memiliki BCB terbanyak di Indonesia.
i-Walk hadir sebagai inspirasi bagi inovasi aplikasi sejarah di Kota Bandung. Selain itu, ide yang akan diterapkan dalam sebuah aplikasi ini menjadi solusi di bidang pariwisata ketika pra dan pascapandemi Covid-19. Dengan menerapkan konsep Self-Guided Historical Walking Tour, wisatawan yang datang ke Kota Bandung bisa menikmati berbagai tema tur wisata sejarah dengan berjalan kaki, dipandu melalui aplikasi i-Walk.
Diharapkan ide yang dirancang oleh Komunitas Aleut ini dapat menarik kembali wisatawan berdatangan ke Kota Bandung, melakukan reaktivasi ruang-ruang publik. Tak hanya itu, aplikasi i-Walk dirancang inklusif karena ramah bagi penyandang disabilitas tunarungu dan tunanetra.
Data Sejarah dalam Aplikasi Wisata Sejarah
Data sejarah menjadi bahan utama dalam pengelolaan tur wisata sejarah dan aplikasi wisata sejarah. Dalam pengelolaannya, data sejarah dikelola menjadi konten yang menarik, dan dapat diperkuat dengan peta untuk membantu menentukan posisi kita dan berbagai objek sejarah. Hasilnya dapat menjadi tur wisata sejarah, bahkan dapat diimplementasikan ke dalam aplikasi wisata sejarah.
“Data sejarah dikompilasi dengan peta karena ada sebagian orang yang gak sadar, misalnya tahu tempat sejarahnya tapi gak tahu pemetaannya di mana. Oleh karenanya pemetaan ini membantu, dan lahirlah tur wisata sejarah,” tutur Hevi Fauzan, salah seorang pegiat Komunitas Aleut.
“Tur ini dapat disajikan secara offline sebagaimana yang selalu kita lakukan sebelum pandemi dengan ngaleut, dan dapat dikolaborasikan juga dengan i-Walk selama pra dan pascapandemi,” tambah Hevi.
Dalam pencarian fakta sejarah, ada beberapa poin yang perlu diperhatikan. Pertama, mencari data dari berbagai sumber (heuristik). Kedua, memilah data yang paling akurat dari berbagai sumber yang telah dipilih (kritik). Ketiga, interpretasi data yang menyesuaikan dengan kebutuhan. Keempat, menuliskan atau mempresentasikan data sejarah yang telah diinterpretasikan (historiografi).
“Bagi akademisi istilah ini bukanlah satu hal yang asing, dan ini merupakan salah satu metodologi sejarah,” ucap Hevi.
Baca Juga: Komunitas Aleut Susur Rantai Sejarah Bandung Sampai Gunung
Sahabat Heritage Indonesia: Mencintai Cagar Budaya dengan Berkomunitas
i-Walk dan Pembuatan Rute Wisata Sejarah
Langkah selanjutnya setelah data sejarah dapat dijadikan konten yang menarik adalah dengan menyajikannya ke dalam bentuk tulisan, atau dengan membuat tur wisata sejarah. Untuk pembuatan tur wisata sejarah, ada beberapa poin yang diperlukan agar menjadi satu tema tur yang dapat disajikan.
Pertama, menentukan tema rute. Hevi menilai bahwa tema rute menetukan interpretasi apa yang akan dipakai pada satu titik, misalnya Gedung Merdeka. Kalau temanya konferensi Asia-Afrika akan menceritakan hal-hal yang dibutuhkan saja. Jadi pembahasan tentang Societeit Concordia tidak akan disajikan dalam tur yang bertemakan konferensi Asia-Afrika, karena tidak ada konteksnya.
Kedua, menentukan titik penceritaan atau objek sejarah. Hevi menyarankan jika pemilihan titik penceritaan atau objek sejarah untuk pembuatan rute, alangkah baiknya memperhatikan geografinya, misalnya tur sepeda terkait bangunan art deco di Kota Bandung. Dalam penentuan titik penceritaannya, tidak mungkin kita mendahulukan Hotel Savoy Homann sebelum Grand Hotel Preanger. Sebab nantinya para pesepeda akan menerobos jalan yang satu arah.
Kaitannya dengan i-Walk, Hevi menjelaskan bahwa seluruh susunan titik penceritaan tadi dijadikan aplikasi untuk memandu setiap penggunanya. Selain itu, i-Walk menyediakan juga fitur bagi pengguna untuk membuat rute tur sendiri.
“Apa yang sudah Komunitas Aleut! lakukan bertahun-tahun (membuat tur wisata sejarah) dijadikan sebuah ide untuk diimplementasikan sebagai aplikasi bernama i-Walk dengan mengusung konsep self guided historical tour,” ucap Hevi.
Dalam Kompetisi Bandung Datathon 2021 itu, desan juri menentukan lima tim sebagai pemenang. Selain Komunitas Aleut yang keluar sebagai juara pertama, ada pula SJabar Creative dengan ide E-RW (juara kedua), juara ketiga dimenangkan oleh tim Create it dengan ide Create It, juara keempat dimenangkan oleh tim Bandung Halal Tourism dengan ide Bandung Halal Tourism, dan juara kelima dimenangkan oleh tim Oke Garden dengan ide Oke Garden.