• Berita
  • Menjelang Nataru, Dokter RSHS Mengingatkan Kembali Gelombang Covid-19 pada Juni dan Juli

Menjelang Nataru, Dokter RSHS Mengingatkan Kembali Gelombang Covid-19 pada Juni dan Juli

PPKM Level 3 yang akan berlaku di Bandung sebaiknya dibarengi dengan edukasi protokol kesehatan dan vaksinasi Covid-19 terutama kepada anak muda.

Antrean pasien di Puskesmas Tamblong, Bandung, 28 Juni 2021. Puskesmas di Kecamatan Sumur Bandung ini terus dipenuhi warga yang berobat, sebagian besar memerlukan pemeriksaan dengan prosedur penanganan skrining Covid-19. (Foto: Prima Mulia)

Penulis Emi La Palau3 Desember 2021


BandungBergerak.id - Dokter Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung mengingatkan anak-anak muda agar tidak euforia dalam menyambut perayaan tahun baru. Pandemi Covid-19 belum selesai. Dunia saat ini mewaspadai omicron, varian baru virus corona yang masih diteliti tingkat penularan dan keganasannya.

Menghadapi momen tahun baru tersebut, Pemkot Bandung juga berencana mengadopsi kebijakan pemerintah pusat dengan memberlakukan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Level 3. Sejumlah jalan akan ditutup, serta di beberapa lokasi akan diberlakukan sistem ganjil genap.

Meski demikian, rekayasa lalu lintas dinilai masih kurang tanpa meningkatkan disiplin penggunaan protokol kesehatan dan vaksinasi Covid-19 terutama kepada generasi muda. Pembatasan mobilitas, ditambah prokes dan vaksinasi, menjadi kunci dalam menghadapi kemungkinan gelombang baru penularan Covid-19.

Dokter penanganan Covid-19 RSHS Bandung, Anggraini Alam, mengingatkan agar masyarakat tidak lengah, selalu menggunakan masker, menjaga jarak, mencuci tangan, menghindari kerumunan, dan jika tidak ada hal mendesak, sebaiknya berdiam diri di rumah.

Dokter yang akrab disapa Anggi ini juga menyoroti vaksinasi Covid-19 di Indonesia. Menurut catatan WHO, saat ini capaian vaksinasi Indonesia masih berada di level kuning, belum hijau. Terutama pada kalangan dewasa dan remaja yang mobilitasnya cukup tinggi. Bahkan ia menilai laju percepatan vaksinasi di kalangan muda cenderung menurun. Hal ini berbeda dengan awal-awal bergulirnya program vaksinasi.

“Karena kita tidak tahu ini, kita menghadapi virus yang mutasi baru omicron. Yang kedua, selain disiplin prokes, termasuk tinggal di dalam rumah dulu saja, juga lengkapi imunisasi Covid-19-nya,” ungkapnya kepada Bandungbergerak.id, Jumat (3/12/2021).

Anggi menyarankan agar menjelang Nataru (natal dan tahun baru) ini vaksinasi mesti digenjot. Masyarakat yang baru mendapat satu dosis suntikan vaksin agar segera mengikuti dosis kedua dengan cara mendatangi puskesmas terdekat. Di sisi pemerintah, disarankan agar kembali meningkatkan sosialisasi tentang pentingnya vaksinasi ini.

Menurutnya, percepatan vaksinasi perlu kerjasama kedua belah pihak, baik pemerintah dan masyarakat. Dan perlu diingat bahwa garda terdepan dalam pencegahan penambahan kasus adalah masyarkat.

“Kita waspada, percepatan semuanya, prokes harus diterapkan. Suka lupa, garda terdepan apabila pasien sakit itu memang para tenaga kesehatan, tetapi garda terdepan agar kasus tidak melonjak adalah masyarakat,” terangnya.

Pemerintah dan masyarkat agar selalu berkaca pada gelombang penularan yang terjadi antara Mei, Juni, dan Juli lalu. Gelombang mematikan tersebut baru saja berlalu, dan semua pihak tidak boleh melupakannya. Saat itu, RSHS sendiri mengalami kebanjiran pasien Covid-19. Tingkat keterisian ruang rawat inap Covid-19 menembus 100 persen. Setiap rumah sakit mengalami krisis oksigen medis, kekurangan obat, dan ruang perawatan. Banyak pasien yang akhirnya berjatuhan.

Anggi tidak mengharapkan lonjakan pasien kembali terjadi hanya karena kelengahan mewaspadai Covid-19 yang masih ada. Terkait dengan mulai munculnya varian omicron yang dua kali lebih cepat menyebar meski gejala yang ditimbulkan tak begitu parah, Anggi tetap meminta semua orang waspada. Menurutnya, sistem imun setiap orang berbeda, bisa saja omicron pada satu orang tak begitu bereaksi, tetapi sangat bereasksi pada orang lain, terlebih bagi mereka yang memiliki penyakit penyerta atau komorbid.

“Karena kita tidak tahu lagi ini seperti apa omicron, mohon diingat bagaimana Mei, Juni, Juli. Oksigen habis, obat juga sulit, rumah sakit juga sampai sangat terbatas, banyak yang isoman kemudian bahkan meninggal,” ungkapnya.

“Mohon dikembalikan ingatan tersebut agar disiplin prokes, melengkapi vaksinasi Covid-19, dan serta mengikut petunjuk dari pemerintah,” lanjut dokter spesialis anak tersebut.

Baca Juga: Membandingkan Bahaya Varian Omicron dengan Delta
Mewaspadai Varian Omicron, Bandara Husein Sastranegara Perlu Diperketat

Peringatan bagi Remaja dan Dewasa Muda

Anak muda menjadi pihak yang harus diperingatkan karena mereka berpotensi menularkan kepada orang yang lebih rentan, misalnya orang tua mereka. Sejumlah kasus Covid-19 yang hingga kini mendapat perawatan di rumah sakit adalah orang tua.

Selain itu, anak-anak muda juga masuk dalam kelompok dengan mobilitas tinggi. Sering kali para remaja terlalu euforia berlebihan dikarenakan sudah vaksinasi dua kali, kemudian merasa terlindungi dengan aplikasi Peduli Lindungi. Untuk itu Anggi mewanti-wanti agar mereka bisa menjaga mobilitasnya, terutama demi melindungi orang tua mereka.

Kasus Covid-19 pada anak muda memang cenderung bergejala ringan. Namun di balik itu, bisa jadi berakibat fatal bagi orang tua.

“Mohon dijaga. Ini saya sudah dapat kasusnya, tidak ada gejalanya tapi ke ibunya. Jadi ibunya yang harus dalam perawatan, bapaknya mudah-mudahan gak kenapa-kenapa. Seperti itu, jadi kita harus ingat, remaja itu harus disiplin,” ungkap Anggraini Alam.

Penutupan Jalan dan Ganjil Genap di Kota Bandung

Pembatasan lalu lintas menjadi langkah pertama yang ditempuh pemerintah dalam mengantisipasi gelombang penularan baru. Pemerintah Kota Bandung misalnya akan menerapkan penutupan sejumlah ruas jalan utama untuk membatasi mobilitas warganya. Kebijakan ini mulai berlaku menjelang Nataru.

Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Bandung bersama Satlantas Polrestabes Bandung sudah menyiapkan skema penutupan sejumlah jalan saat malam tahun baru. Teknisnya akan dibantu Satpol PP dan TNI.

"Di malam nataru akan dilaksanakan beberapa penutupan jalan di ring 1 dengan pola pengaturan waktu 18.00-05.00," ucap Asep Kusmana, Kepala Unit Pendidikan dan Rekayasa (Dikyasa) Satuan Lalu Lintas (Satlantas) Polrestabes Bandung, melalui siaran pers, Kamis (2/12/2021).

Penutupan jalan bakal dilakukan di 10 lokasi, yaitu Jalan Asia Afrika-Tamblong, Jalan Naripan-Tamblong, Jalan Braga-Naripan, lalu. Jalan Banceuy-Asia Afrika, Jalan Lembong-Tamblong. Kemudian sepanjang Jalan Merdeka, sepanjang Jalan Ir. H. Djuanda, Jalan Purnawarman, Jalan Dipatiukur, dan Alun-Alun Timur.

Sekali pun dilakukan penutupan jalan, kata Asep, namun terdapat sejumlah pengecualian bagi masyarakat untuk melintas. Koordinasi juga akan dijalin bersama hotel dan pengelola pusat perbelanjaan yang masuk di dalam penyekatan.

"Itu nanti ada pengecualian, yaitu misalnya akan masuk hotel, penduduk setempat, ambulans, dan lainnya, dan tentunya tinggal menyampaikan keperluannya kepada petugas yang menjaga di titik tersebut," ujarnya.

Skema lain, akan diberlakukan pengalihan arus lalu lintas apabila di sejumlah lokasi telah terjadi kerumunan massa yang terpantau sudah melebihi kapasitas maksimal. Hal tersebut sesuai dengan peraturan penerapan PPKM Level 3 yang memiliki sejumlah aturan, salah satunya batas kapasitas hanya 50 persen.

Sistem ganjil genap juga bakal diberlakukan setiap akhir pekan. Lokasinya masih tetap di pintu keluar tol di Kota Bandung, yakni Tol Pasteur, Pasirkoja, Kopo, Moh. Toha dan Buahbatu. Serta satu penambahan di Terminal Ledeng.

"Saat malam pergantian tahun nanti rencananya akan ditambah ganjil genap ini, yaitu di perbatasan Cibiru dan Cibeureum. Tapi belum pasti, nanti menunggu dulu keputusan hasil rapat pimpinan," terangnya.

Kepala Bidang Pengendalian dan Ketertiban Transportasi pada Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Bandung, Asep Kuswara menuturkan, transportasi umum akan terkena aturan serupa, sesuai Inmendagri.

"Berdasarkan Inmendagri untuk perjalanan transportasi umum salah satunya harus vaksin dua kali dan sudah antigen," kata Asep.

Editor: Iman Herdiana

COMMENTS

//