• Dunia
  • Membandingkan Bahaya Varian Omicron dengan Delta 

Membandingkan Bahaya Varian Omicron dengan Delta 

Para ilmuwan khawatir varian omicron akan memperpanjang pagebluk. Data ilmiah masih minim.

Warga memadati pusat belanja di kawasan Alun-Alun Bandung, 3 Mei 2021. Banyak warga yang menyerbu pusat-pusat perbelanjaan di wilayah perkotaan sejak H-10 lebaran tanpa menghiraukan protokol kesehatan. (Foto: Prima Mulia)

Penulis Iman Herdiana30 November 2021


BandungBergerak.idDunia kini mewaspadai penularan varian omicron, mutan baru dari virus corona penyebab penyakit Covid-19. Hasil penelitian sementara, varian omicron mampu menyebar cepat seperti varian delta, walaupun para ilmuwan masih terus mengkaji dan mengumpulkan data varian yang pertama kali ditemukan di Afrika Selatan itu.

Indonesia telah bergerak mengantisipasi masuknya varian dengan kode B.1.1.529 itu. Satgas Penanganan Covid-19 telah mengeluarkan Surat Edaran No. 23 Tahun 2021 tentang Protokol Kesehatan Perjalanan Internasional Pada Masa Pandemi Covid-19 yang mulai berlaku 29 November 2021.

Melalui regulasi terbaru tersebut, pemerintah memberlakukan penutupan sementara pintu masuk ke Indonesia yaitu dengan menangguhkan pemberian visa kepada warga negara asing (WNA) dengan riwayat perjalanan dalam 14 hari terakhir ke Afrika Selatan dan negara-negara terinfeksi varian omicron.

“Daftar negara ini dapat ditambah jika ada konfirmasi transmisi lokal di negara lainnya. Sebagai tindak lanjut, ketentuan ini akan diberlakukan dalam 1x24 jam ke depan,” kata Koordinator Tim Pakar dan Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19, Wiku Adisasmito, melalui siaran persnya.

Mutasi omicron membuat ilmuwan tercengang. Mereka menilai omicron sebagai makhluk paling aneh yang pernah mereka lihat sampai saat ini. Omicron memiliki segerombolan mutasi yang sulit diatur, tidak pernah ada varian dengan begitu banyak mutasi yang dikumpulkan dalam satu virus.

Benjamin Neuman, seorang ahli virus di Texas A&M University, mengatakan omicron sebagai “kotak hitam” yang lengkap karena saing banyaknya mutasi, sebagaimana dikutip dari The Washington Post.

Disebutkan bahwa kemunculan omicron seakan menjawab kekhawatiran ilmuwan bahwa virus corona, SARS-CoV-2, akan berevolusi menjadi patogen yang lebih licin dan sulit dipahami, dan mampu menghindari garis pertahanan awal dari sistem kekebalan, termasuk menetralkan antibod atau vaksin.

Meski demikian, ilmuwan lainnya percaya bahwa elemen lain dari sistem kekebalan tubuh manusia yang disebut sel T "pembunuh" akan mampu memberikan perlindungan cadangan, terutama melindungi dari penyakit parah, bahkan untuk penyakit yang ditimbulkan varian baru seperti omicron.

Omicron memiliki sekitar 30 mutasi yang tersebar di proteinnya. Antibodi berusaha menetralkan virus yang menyerang protein tersebut. Namun mutasi itu diperkirakan akan mampu mencegah kerja antibodi.

Lebih Kuat dari Varian Delta?

Sayangnya, masih sedikit data yang bisa dipelajari ilmuwan dari mutasi omicron berdasarkan urutan genomnya. Dan tidak ada yang tahu apakah mutasi akan mengubah virus menjadi sesuatu yang bahkan lebih berbahaya daripada varian delta atau entah bagaimana melemahkan kekuatan omicron.

“Omicron seperti lagu 'One Piece at a Time' oleh Johnny Cash, di mana dia membentuk sebuah mobil dari potongan-potongan mobil curian yang berbeda-beda,”kata Benjamin Neuman.

Mutasi tersebut membuat omicron unik, berbeda dari varian lain. Namun para ilmuwan tidak ingin mendahului fakta: belum banyak diketahui bagaimana mereka berperilaku dalam dunia nyata. Tetapi jika omicron memiliki tingkat kekebalan tinggi, maka para pembuat vaksin harus merevisi formula mereka. Dan ini akan menjadi kemunduran besar dalam upaya dunia untuk keluar dari pandemi.

Kemungkinan lain: omicron bisa mengikuti alpha, beta, lambda, gamma, mu dan varian lain yang memiliki mutasi yang mengkhawatirkan tetapi kemudian didorong hampir punah oleh varian delta yang lebih menular. Dengan kata lain, apakah omicron akan mampu mengalahkan varian delta?

“Kami berada dalam pandemi delta sekarang. Apakah ini mengalahkan delta? Harus dibuktikan,” kata Robert F. Garry Jr., ahli virologi di Universitas Tulane yang meneliti mutasi pada omicron. “Delta adalah virus yang cukup bagus, kan? Ini bagus dalam hal menular. Yang ini harus menunjukkan beberapa karakteristik luar biasa untuk mengunggulinya.”

Para ahli masih terus melakukan pengujian-pengujian di laboratorium untuk meneliti karakteristik omicron. Tapi omicron sangat baru sehingga membutuhkan waktu dalam pengujian laboratorium.

“Kelihatannya suram, tetapi perlu diuji dan kami tidak tahu bagaimana mutasi ini akan bekerja bersama,” kata Bette Korber, ahli biologi teoretis di Los Alamos National Laboratory.

Omicron mungkin belum sepenuhnya diuji dalam persaingan langsung dengan delta. Varian delta, pertama kali diidentifikasi di India awal tahun ini, setidaknya dua kali lebih menular daripada versi pertama dari virus corona yang diidentifikasi di Wuhan, Cina, hampir dua tahun lalu. Pada musim panas, delta telah mengarahkan hampir semua varian lain di planet ini.

Afrika Selatan sempat mengalami tingkat penularan virus yang rendah sebelum omicron muncul dan memulai menginfeksi. Penularan di Afrika Selatan bisa mewakili peristiwa superspreader acak.

Pengalaman menawarkan beberapa harapan bahwa omicron bisa memudar sebagai ancaman. Varian lain — misalnya, mu — telah muncul dengan mutasi yang diketahui menurunkan potensi antibodi. Ketika varian mu muncul di California Selatan, itu menjadi berita utama selama satu atau dua minggu sebelum dihancurkan oleh delta.

Baca Juga: Ilmuwan Dunia Mendeteksi Varian Baru Mirip Delta, Vaksinasi Covid-19 Perlu semakin Dipercepat
Nama Varian Baru Virus Corona untuk Hindari Stigma
Menyikapi Varian Covid-19 dari India, Inggris, dan Lainnya Jika Masuk Indonesia

Asal Usulnya tidak Jelas

Ilmuwan mencatat bahwa asal usul omicron tidak jelas. Varian ini bukan keturunan delta, meskipun memiliki beberapa mutasi delta. Dengan pengujian dan pengawasan genomik di beberapa daerah, para ilmuwan tidak yakin berapa lama varian ini telah beredar. Ada kemungkinan bahwa omicron telah berevolusi secara bertahap dalam populasi manusia.

Kemungkinan lain, masih spekulatif tetapi dibahas oleh banyak ilmuwan dalam beberapa hari terakhir, bahwa omicron berevolusi selama berbulan-bulan dalam pasien immunocompromised dengan infeksi berkepanjangan. Pada pasien yang diobati dengan terapi seperti antibodi monoklonal atau serum pemulihan, strain virus yang dapat bertahan dari serangan berpotensi mengumpulkan sejumlah mutasi. Kasus-kasus seperti itu telah didokumentasikan, tetapi tidak diketahui apakah bisa menyebabkan wabah pada populasi umum.

Kristian G. Andersen, seorang ahli imunologi di Scripps Research Institute, mendukung dugaan lain: Bahwa virus ini mungkin berasal dari binatang. Dia mendasarkan itu pada serangkaian mutasi yang sebelumnya tidak terlihat pada manusia. Virus corona adalah patogen umum yang dapat berpindah dari manusia ke populasi hewan – dan berpotensi kembali lagi.

Virus corona telah bermutasi dengan mantap, dengan kecepatan yang cukup santai. Beberapa mutasi yang bertahan, menjadi tertanam dalam kode genetik virus ke depan, telah menawarkan keuntungan bagi "kebugaran" virus.

Demikian juga, kurangnya data hingga saat ini telah mencegah para ilmuwan mencapai kesimpulan tentang apakah omicron lebih mampu menyebabkan penyakit parah. Para pejabat Afrika Selatan mengatakan mereka belum melihat bukti lonjakan penyakit parah. Angelique Coetzee, dokter Afrika Selatan yang merawat pasien omicron pertama di sana, mengatakan pasiennya sejauh ini cenderung memiliki kasus ringan atau tanpa gejala. Sebagian besar kasus awal Afrika Selatan terjadi di antara orang yang lebih muda, yang cenderung tidak memiliki infeksi parah dari virus secara umum.

Apa pun riset awal tentang tentang omicron, otoritas negara harus cepat tanggap mengantisipasinya. Apa yang bisa dilakukan ialah dengan terus mendorong vaksinasi sebagai cara terbaik untuk mempersiapkan varian virus corona baru.

Indonesia sudah mengalami bagaimana tercabiknya sistem kesehatan karena pagebluk varian delta pada tahun kedua pandemi ini. Ini tentunya bisa menjadi pengalaman dan peringatan bersama.

Editor: Redaksi

COMMENTS

//