Bencana Banjir dan Longsor masih Mengancam Bandung Sepanjang Musim Hujan Tahun ini
Salah satu penyebab luapan air hujan di Kota Bandung adalah tidak maksimalnya drainase.
Penulis Tim Redaksi8 Desember 2021
BandungBergerak.id - Musim hujan tahun ini diprediksi masih akan berlangsung dalam waktu yang cukup panjang, disertai cuaca ekstrem yang bisa memicu bencana hidrometeorologi seperti angin puting beliung, longsor, banjir dan lain-lain. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memperkirakan puncak musim hujan terjadi antara Januari hingga Maret 2022.
Ramalan cuaca dari BMKG menjadi peringatan bagi lokasi-lokasi yang kerap dilanda bencana hidrometeorologi, termasuk di Kota Bandung yang memiliki titik-titik banjir dan longsor. Kepala BMKG Bandung, Teguh Rahayu, mengatakan fenomena La Nina menjadi faktor utama yang memengaruhi cuaca ekstrem sepanjang musim hujan tahun ini.
“Dengan demikian, seluruh wilayah Jawa Barat dan juga khususnya wilayah Bandung Raya perlu meningkatkan kewaspadaan terhadap dampak yang ditimbulkan oleh kejadian La Nina,” kata Teguh, saat dihubungi, Selasa (7/12/2021).
Sementara peluang hujan untuk Kota Bandung pada awal Desember ini diprediksi sangat tinggi, antara 85-98 persen. Meskipun begitu, sifat hujannya diprediksi normal sekitar 75-100 milimeter.
Ramalan cuaca terdekat, Kamis (9/12/2021), Bandung akan diguyur hujan hingga beberapa hari ke depan. Suhu Bandung akan berada pada 20,2-28,2 derajat Celcius, dengan kecepatan angin antara 20-22 kilometer per jam, sedangkan tiingkat kelembaban sekitar 60-92 persen.
“Saat ini, indeks IOD (Indian Ocean Diople) sudah mencapai -0,39. Apabila pada satu bulan ke depan semakin negatif, maka variabilitas curah hujan akan semakin membesar,” tutur Teguh Rahayu.
Baca Juga: Mengenal Karakter Gunung Semeru, Meletus lalu Tertidur
Eksekusi Lahan di Jalan Jawa oleh PN Bandung, Warga Merasa Teraniaya
Siaga Banjir dan Longsor
Seperti musim-musim hujan sebelumnya, banjir dan longsor menjadi jenis bencana hidrometologi yang harus diwaspadai. Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung telah menggelar apel Siaga Bencana Hidrometologi di Plaza Balai Kota Bandung, Selasa (7/12/2021) kemarin.
Apel dipimpin langsung oleh Wali Kota Bandung, Oded M. Danial, yang menyatakan kegiatan tersebut sebagai langkah preventif dan mengantisipasi dampak bencana yang dapat terjadi selama musim hujan.
"Ini merupakan upaya Kota Bandung terus siap siaga. Kita harus antisipasi potensi bencana terutama banjir dan longsor. Kata para ahli, ada ancaman patahan lembang, oleh karena itu kita harus tetap siaga," tutur Oded, melalui siaran persnya.
Oded mengingatkan masyarakat agar memiliki kepekaan terhadap kondisi daerahnya. Sebab sumber daya manusia yang dimiliki oleh pemerintah sangatlah terbatas.
"Untuk itu saya berharap kolaborasi dengan masyarakat semakin kuat. Demi memperkokoh upaya-upaya antisipasi, kewaspadaan dan kesiapan dalam menghadapi kemungkinan bencana hidrometeorologi," ungkapnya.
Di tempat yang sama, Kepala Diskar PB, Dadang Iriana mengimbau masyarakat untuk terus waspada. Terutama mereka yang tinggal di bantaran sungai dan daerah-daerah yang berisiko terjadi longsor. Ia menyebut titik rawan longsor di Kota Bandung terdiri dari Coblong, Cidadap, dan Mandalajati.
Drainase Dikeluhkan Warga
Banjir akan diperparah jika fungsi drainase kurang optimal. Salah satu titik langkanan banjir di Kota Bandung akibat bermasalahnya sistem drainase adalah Jalan Raya Cibaduyut. Mufid Danang (28), warga Cibaduyut, mengatakan tidak perlu menunggu hujan deras untuk melihat banjir sekitar wilayahnya. Banjir biasanya terjadi di kolong jembatan tol Cibaduyut sejak awal musim hujan Oktober lalu.
“Daerah yang pasti kena banjir itu biasanya di kolong jembatan tol, kalau udah banjir macetnya panjang. Sekarang aja musim hujan, udah gak tahu berapa kali air meluap. Di sini banyak selokan-selokan mampet terus alirannya jadi makin gak jelas,” ungkapnya, kepada Bandungbergerak.id.
Selain Cibaduyut, tentu banyak sistem drainase lainnya yang memerlukan penanganan. Dan masalah drainase ini memerlukan intervensi dari Pemkot Bandung, penanganannya tidak bisa diserahkan kepada masyarakat.
Upaya Jangka Panjang
Pemerintah, termasuk Kota Bandung, disarankan agar memiliki upaya jangka panjang dalam menghadapi bencana hidrometeorologi akibat cuaca ekstrem, seperti banjir dan lain-lain. Salah satunya adalah dengan mengembalikan fungsi lahan hijau.
Memang dampak dari upaya ini tidak akan terasa dalam jangka pendek. Tetapi menurut Presiden Bandung Mitigasi Hub (BMH) pemerintah harus punya upaya jangka panjang yang dijalankan sejak sekarang.
“Kalau penyebabnya bencana karena pengubahan guna lahan di hulu, kita harus mengkajinya sedemikian rupa, seperti bagaimana rencana tata ruangnya? Bagaimana implementasi dan evaluasinya? Itu kemudian, yang harus kita lihat. Jadi memang untuk mengatasi masalah bencana di musim hujan, seperti banjir ini harus secara holistik. Mana yang bisa dilakukan oleh masyarakat, mana yang bisa dilakukan oleh pemerintah melalui regulasi-regulasi yang sudah ada,” terang Aria Mariany, saat dihubungi BandungBergerak.id.
Lebih lanjut, Aria mengungkapkan idealnya di setiap wilayah memiliki sistem peringatan dini seperti yang dilakukan oleh Jaga Balai, organisasi masyarakat di wilayah Majalaya, Kabupaten Bandung. Mereka memiliki metode tersendiri dengan melihat tanda-tanda alam. Jika terlihat awan mendung di daerah hulu, Jaga Balai akan memperhitungkan waktu, seberapa lama air akan turun ke daerah hilir. Dengan begitu, Jaga Balai dapat memperingati masyarakat dalam waktu satu atau dua jam sebelum terjadinya banjir.
“Kebetulan konsentrasi Bandung Mitigasi Hub ini belum sampai sistem peringatan dini. Masih lebih pada edukasi dan sosialisasi, di tengah masyarakat. Seperti ke sekolah-sekolah misalkan. Tapi sejak pandemi kita mensosialisasikan program secara online lewat webinar. Temanya beragam, salah satunya tentang bagaimana menghadapi cuaca ekstrem tadi. Masyarakat harus aware dulu, kalau sudah sadar mereka bisa mengetahui ancamannya tuh apa,” terang Aria Mariany.
*Liputan ini hasil kerja sama reporter BandungBergerak.id: Bani Hakiki dan Sarah Ashilah