Data Jumlah Petani di Kota Bandung 2010-2021, Saat Ini Tersisa 706 Orang
Jumlah pekerja tani atau petani di Kota Bandung sangat fluktuatif dalam 11 tahun terakhir. Pada 2021, tersisa 706 orang petani.
Penulis Sarah Ashilah23 Desember 2021
BandungBergerak.id - Di tengah era digital, dengan pertumbuhan industri yang sangat cepat, pekerjaan di bidang pertanian terlihat kian dipandang sebelah mata. Petani menjadi pekerjaan yang semakin tidak populer di mata anak-anak muda. Selain akibat pardigma tersebut, berkurangnya lapangan pekerjaan tenaga kerja tani juga merupakan dampak semakin berkurangnya lahan pertanian.
Merujuk data yang dilansir Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Bandung, diketahui jumlah pekerja tani sangat fluktuatif dalam 11 tahun terakhir. Pada 2011, jumlah petani tercatat sebanyak 2.254 orang. Dua tahun berselang, jumlahnya anjlok menjadi 838 orang.
Pada tahun 2017, jumlah tenaga tani atau petani di Kota Bandung kembali bertambah signifikan menjadi 1.636 orang. Empat tahun kemudian, pada tahun 2021, jumlahnya kembali anjlok menjadi 706 orang.
Pemerintah Kota Bandung tampaknya tidak terlalu khawatir dengan anjloknya jumlah petani. Secara terang-terangan mereka pernah meminta warga Gedebage, yang pernah digadang-gadang bakal segera jadi teknopolis, untuk bersiap alih profesi. Nasib teknopolis itu, kota terpadu yang dikembangkan dengan berbasis teknologi informasi itu, kini tak jelas.
“Dulunya sebagai buruh tani, alih profesi dengan diberikan berbagai keterampilan. Pelatihan-pelatihan itu ditujukan agar mereka mandiri dan mampu menciptakan lapangan pekerjaan dan tidak tergantung kepada pemerintah,” kata Camat Gedebage Bambang Suhari, dikutip dari siaran pers Humas Pemkot Bandung, Selasa (16/10/2018).
Data jumlah petani yang amat fluktuatif ini tidak sejalan dengan data luas lahan sawah di Kota Bandung yang terus menurun dalam jumlah signifikan dari tahun ke tahun. Yang patut dipertanyakan juga adalah tidak tersedianya data jumlah petani pada tahun 2012, 2016, 2018, dan 2019.
Ahmad Rifqi Fauzi, Annisa Nur Ichniarsyah, dan Heny Agustin dari Program Studi Agroekoteknologi, Universitas Trilogi, Jakarta, dalam artikel “Pertanian Perkotaan: Urgensi, Peranan, dan Praktik Terbaik”, menyebut bahwa aktivitas pertanian di perkotaan justru penting untuk ditingkatkan. Salah satu yang disodorkan sebagai alternatif adalah sistem pertanian urban farming. Penerapan sistem pertanian ini akan menghindarkan sebuah kota dari dampak terburuk krisis ekonomi.
Selain itu, artikel yang terbit di Jurnal Agroteknologi tahun 2016 tersebut juga menyatakan bahwa kehadiran aktivitas pertanian di wilayah perkotaan akan memberikan banyak nilai positif selain pemenuhan kebutuhan pangan. Maanfatnya bisa dirasakan juga di bidang ekonomi, ekologi, estetika, edukasi, dan bahkan wisata.