• Berita
  • 731 Hari Pandemi Covid-19 dalam Catatan Visual Pewarta Foto Indonesia (PFI) Bandung

731 Hari Pandemi Covid-19 dalam Catatan Visual Pewarta Foto Indonesia (PFI) Bandung

Pameran foto 731 Pewarta Foto Indonesia (PFI) Bandung menampilkan 57 foto tunggal dan empat cerita foto karya 15 jurnalis foto. Merekam dua tahun pandemi Covid-19.

Pengunjung melihat foto-foto karya jurnalis foto anggota Pewarta Foto Indonesia (PFI) Kota Bandung dalam Pameran Foto 731 di Gedung Indonesia Menggugat, Kota Bandung, Rabu (2/3/2022) sore. (Foto: Prima Mulia/BandungBergerak.id)

Penulis Reza Khoerul Iman3 Maret 2022


BandungBergerak.id – Sudah selama dua tahun, atau sekitar 731 hari, pandemi Covid-19 berlangsung di Indonesia, dan selama itu jurnalis menjadi satu dari sedikit profesi yang secara konsisten berada di garda depan. Lewat tulisan, foto, dan video, para pewarta mengabarkan fakta yang berguna bagi pengambilan keputusan baik oleh warga, komunitas, maupun pemerintah.  

Karya-karya foto yang menjadi catatan visual dua tahun pagebluk itulah yang dipamerkan oleh Pewarta Foto Indonesia (PFI) Bandung kepada publik lewat pameran foto berjudul “731” di Gedung Indonesia Menggugat, Kota Bandung. Pameran menampilkan 57 foto tunggal dan empat cerita foto karya 15 pewarta foto yang sudah tayang di berbagai media di Jawa Barat.

Dibuka pada Rabu (02/03/2022), Pameran Foto 731 bakal berlangsung di tiga tempat berbeda di sepanjang bulan Maret 2022 ini. Mulai dari Gedung Indonesia Menggugat, pada 2-8 Maret 2022, pindah ke Kiara Artha Park pada 9-15 Maret 2022, dan berakhir di Hallway Space, Pasar Kosambi pada 20-27 Maret 2022. Direncanakan pada 22 Maret 2022, akan digelar juga diskusi tentang nasib jurnalis di tengah pandemi Covid-19.

“Pameran ini menjadi salah satu pengingat bagi kita semua, baik itu bagi pribadi atau di wilayah sosial, buat lebih berhati-hati untuk ke depannya ketika kita berhadapan lagi dengan, entah itu pandemi Covid-19 atau pandemi lainnya,” tutur Septianjar Muharram, Ketua Pewarta Foto Indonesia (PFI) Bandung.

Raisan Al Farisi, ketua pelaksana Pameran Foto 731, mengaku panitia pameran sempat patah arang ketika situasi pandemi Covid-19 semakin memburuk. Rencana awal PFI Bandung menyelenggarakan pameran pada pertengahan tahun 2021 lalu terpaksa dibatalkan.

“Alhasil setelah tujuh bulan kita berdiam diri (pameran digelar). Walaupun sebetulnya kami (para pewarta) tidak sepenuhnya berdiam diri, malah kita banyak mengumpulkan banyak foto di tengah puncak pandemi Covid-19 di Indonesia. Jadi sebagian besar foto di sini kami ambil di tengah puncak Covid-19,” ucapnya.

Sejumlah foto di Pameran Foto 731 mewakili banyak kejadian selama pandemi Covid-19 berlangsung. Perjuangan penanganan pandemi yang tidak ada ujungnya hingga rasa duka yang silih-berganti selama menjadi lanskap yang ditampilkan.

Baca Juga: Pameran Foto Kisah Senyap, dari Penggusuran Tamansari hingga Kerusakan Sungai di Papua
PROFIL PHOTO’S SPEAK: Kawah Tempa Jurnalis Foto Bandung

Pameran Foto 731 menampilkan 57 foto tunggal dan empat cerita foto karya 15 jurnalis foto PFI Bandung, dibuka di Gedung Indonesia Menggugat, Kota Bandung, Rabu (2/3/2022) sore. (Foto: Prima Mulia/BandungBergerak.id)
Pameran Foto 731 menampilkan 57 foto tunggal dan empat cerita foto karya 15 jurnalis foto PFI Bandung, dibuka di Gedung Indonesia Menggugat, Kota Bandung, Rabu (2/3/2022) sore. (Foto: Prima Mulia/BandungBergerak.id)

Pandemi dan Jurnalis

Selama pandemi berlangsung, rumah sakit dan kuburan menjadi tempat yang setiap harinya didatangi oleh para jurnalis. Laporan dalam bentuk tulisan, foto, atau video tentang perkembangan situasi pandemi Covid-19 sudah menjadi santapan sehari-hari.

“Teman-teman yang berprofesi sebagai jurnalis adalah subgarda terdepan selama Covid-19 terjadi. Mereka banyak yang terpapar Covid-19, bahkan ada satu teman saya yang wafat karenanya. Jadi kita semua merasakan hal yang sama dan mendapat kesulitan yang sama,” ucap Ismar Patrizki selaku Kurator Pameran Foto Jurnalistik 731.

Kegelisahan yang dirasakan oleh para pewarta foto dan reprorter tulis ketika berada di garda terdepan selama Covid-19 tidak bisa dihindarkan. Hal ini membuat adrenalin dan mental para pewarta benar-benar terpacu.

“Saya kira, keterlaluan kalau ada orang yang masih gak percaya Covid, karena kita yang menyaksikan dengan mata sendiri bagaimana orang meninggal dan dikuburkan,” ucap Raisan Al Farisi. 

Editor: Tri Joko Her Riadi

COMMENTS

//