• Cerita
  • Mengenal Diri Bersama Seniman Pantomim Bandung

Mengenal Diri Bersama Seniman Pantomim Bandung

Selain menyuguhkan aksi pantomim, peringaan Hari Pantomim Sedunia di Bandung kali ini menghadirkan pameran arsip tentang perjalanan pantomim di Indonesia.

Peringatan Hari Pantomim Sedunia (Word Mime Day) 2022 di Cudeto Digital Cafe Creative Community Space, Jalan Cilaki no. 34 Bandung, Selasa (22/3/2022). (Foto: Emi La Palau/BandungBergerak.id)

Penulis Emi La Palau23 Maret 2022


BandungBergerak.idPeringatan Hari Pantomim Sedunia (Word Mime Day) 2022 di Bandung menghadirkan aksi dan diskusi. Dibuka dengan penampilan seniman pantomim Wanggi Hoed dan pemotongan pita secara simbolik oleh Elvin Gunawan, dokter kesehatan jiwa sekaligus Co-Founder Ruang Empati. Ada kaitan erat antara seni pantomim dan kesehatan mental.

Dalam kesunyian malam, Wanggi mencoba mengeskplorasi seni pantomimnya. Ia memberikan imajinasi kepada pengunjung yang hadir, ketika berada di suatu ruang gelap dan terbatas, atau dalam kondisi terkarantina, dengan kesendirian dan kesepian dalam ruang.

Pada situasi itu manusia bisa melihat dan bertemu dengan dirinya sendiri. Akan datang cahaya yang memberi terang dalam gelap.

Penampilan Wanggi Hoed tersebut sejalan dengan tema yang diusung dalam peringatan hari lahirnya Marcel Marceau, seniman pantomim asal Prancis, bertajuk ‘Syair Hening, Jampi Jempe’. Menurut Wanggi, Jampi merupakan mantra, sedangkan jempe berarti diam, sunyi atau hening.

Jampi menggambarkan dalam setiap ucapan adalah doa. Dan hal itu adalah hal yang sangat dekat dengan masyarakat, namun sering kali luput atau dilupakan.

“Jadi memang Jampi Jempe ini sebagai bahasa lokal yang ‘cing atuh cicing heula, tong grasa grusu’. Jempe heula, renungkan itu. Coba ngobrol dengan diri sendiri, lewat mantra-mantara dalam dirinya. Berbicara lagi dengan diri sendiri itu yang luput saat ini,” kata Wanggi, usai berpantomim, di Cudeto Digital Cafe Creative Community Space yang menjadi lokasi pusat peringatan Hari Pantomim Sedunia, Jalan Cilaki no. 34 Bandung, Selasa (22/3/2022). 

Selain menyuguhkan aksi pantomim, peringaan Hari Pantomim Sedunia kali ini menghadirkan pameran arsip tentang perjalanan pantomim di Indonesia. Arsip ini menjadi media edukasi bagi masyarakat tentang seni pantomim. Juga untuk menghargai pemikiran-pemikiran para pendiri pantomim.

Pada pameran tersebut dipambang berbagai poster penampilan pantomim sejak 2009, juga laporan-laporan berita tentang pantomim.

Menurut Wanggi, seni gerak tanpa suara tersebut tentu tak asing di telinga masyarakat. Namun, masyarakat masih memerlukan edukasi lebih agar memahami seni pertunjukan melalui gestur tubuh ini.

“Cuma balik yang mereka (masyarakat) belum tahu adalah isi kepala atau isi gagasan yang dilonatarkan melalui pertunjukkan pantomim. Karena pertunjukan pantomim itu bahasa sunyi yang tersebunyi. Dia misterius, dan di sanalah kemisteriusan itu seperti diri kita sebagai manusia,” terangnya.

Ke depan, Wanggi Hoed berharap, seniman pantomim bisa terus menyebarkan dan menginklusifkan pantomim di tengah masyarakat.

Peringatan Hari Pantomim Sedunia (Word Mime Day) 2022 di Cudeto Digital Cafe Creative Community Space, Jalan Cilaki no. 34 Bandung, Selasa (22/3/2022). (Foto: Emi La Palau/BandungBergerak.id)
Peringatan Hari Pantomim Sedunia (Word Mime Day) 2022 di Cudeto Digital Cafe Creative Community Space, Jalan Cilaki no. 34 Bandung, Selasa (22/3/2022). (Foto: Emi La Palau/BandungBergerak.id)

Baca Juga: KABAR DARI REDAKSI: BandungBergerak.id Membutuhkan Dukunganmu
Ingatan Masa Kecil 1965-1970 (51): Berharap Kaya dengan Mengabdi Siluman Anjing, Siluman Bagong, Siluman Ular, Buta Ijo, atau Kesrek Seumur Hidup
Mendefinisikan Ulang Ruang Aman dalam Gerakan Kolektif

Pantomim dan Kesehatan Jiwa

Ada hubungan antara seni pantomim dan kesehatan mental, bahwa pantomim bisa menjadi media untuk memahami diri dan emosi. Dari sudut pandang ilmu kesehatan jiwa, selama ini upaya mengenal diri dan emosi menjadi problem sosial.

Psikiater Elvin Gunawan mengatakan, beberapa penelitian menyebutkan pantomim sangat baik untuk terapi pada pasien pascatroke. Pasien yang mendapat terapi pantomim akan mempelajari gesture tubuh, mengekspresikannya, melatih emosi, termasuk mempelajari cara berbicara.

Sebuah penelitian menyebutkan bahwa pantomim mengandung proses jangka panjang dalam merangsang ingatan jangka panjang pada memori. Menurut Elvin, beberap kali Ruang Empati membikin video yang berusaha menjelaskan perilaku ekspresi tapi tanpa menggunakan kata yang terlalu riuh.

Video minim kata tersebut berusaha membantu mememberi penjelasan ke pasien bahwa memahami suatu bahasa tidak harus selalu dengan mendengarkan kata-kata, melainkan bisa melihat dari gerak tubuh seperti yang ada pada seni pantomim.

Elvin juga memaparkan bahwa pantomim sebagai salah satu teknik yang paling baik untuk terapi pada pasien-pasien yang memiliki gangguan neuro psikiatri. Pantomim baik untuk anak-anak dengan autisme, karena di dalam gerakannya ada proses motorik yang dilatih. Dengan memberi latihan pantomim, anak-anak diajarkan cara mengobservasi hingga membahasakan emosinya.

“Jadi makanya mengapa ini sangat membantu apalagi ada ekspresi emosi, yang kita tahu sekarang banyak sekali orang sulit sekali mengekspresikan emosinya. Jadi ketika itu dilatih lagi dan mereka bisa mengekspresikan itu dengan baik, biasanya itu membantu dalam proses terapinya,” ungkap Elvin Gunawan.

Seniman pantomim lainnya, Dede Dablo, berharap masyarakat lebih dekat dengan seni pertunjukan pantomim. Tak hanya di pertujukkan, tetapi juga dalam keseharian. Bahkan menurut Dede, seni pantomim sebenarnya sudah dikenal masyarkat sejak kecil, tanpa mereka sadari.

“Semoga di hari pantomim ini masyarakat lebih aware lagi,” katanya.

Peringatan Hari Pantomim Sedunia sudah diperingati 11 tahun untuk mengenang kelahiran Marcel Marceau, aktor pantomim Prancis yang lahir 22 Maret 1923 (meninggal 22 September 2007). Pada peringatan di Bandung tersebut, acara dijadwalkan akan berlangsung selama tiga hari, dari 22 hingga 25 Maret 2022. Selain dimeriahkan aksi pantomim, acara juga menghadirkan pertunjukan musik akustik dari Dimas Wijaksana, deklamasi puisi, dan lain-lain.

Editor: Iman Herdiana

COMMENTS

//